Thursday, November 24, 2016

Netflixin – Stranger Things

Here’s the thing. Kemarin gw udah bikin postingan panjang lebar tentang topik ini, udah 1000 kata lebih~ But then ternyata lupa di-save~ Bayangkan betapa upset-nya gw tadi pagi pas mau posting di blog~ T.T

So yeah, hai again! Liburan gw udah berjalan kurang lebih 3 minggu, and here’s what I’ve been doing: NETFLIXIN!

LOL~

Yeaaa~~~ Akhirnya gw berlangganan Netflix setelah bersabar sekian lama. Rencana awal adalah langganan Netflix sesampainya di Osi, tapi kenyataannya tugas2 kuliah langsung menggila, so I thought langganan Netflix akan mendistraksi gw dari belajar, so yeah, pending deh.

Sekarang since udah mulai liburan 3 bulan, jadi bisa nonton Netflix dengan bebas. Yang pertama kali ditonton tentu saja Stranger Things, yang sudah jadi bahan omongan sejak dirilis bulan Juli lalu. Stranger Things dirilis tepat ketika gw sampai di Melbourne. Gw inget banget waktu itu demam Stranger Things di mana-mana. Di tram, train, mall, poster2 di jalanan, dll. di internet pun orang2 rame ngomongin betapa awesome-nya series ini. So yeah, ketika akhirnya langganan Netflix, Stranger Things tentu jadi pilihan pertama buat ditonton.

Stranger Things on tram

To be honest with you, gw bukan penggemar sci-fi. Jadi gw ga mau fokus sama sci-fi-nya waktu nonton ini. I don’t care about the monster, the experiment, the science logic/fact, etc.

That being said, I think Stranger Things sangat ramah ditonton even untuk non-pecinta-sci-fi. In my case, it touched every part of my fragile heart, that for sure, and it has nothing to do with the sci-fi! It’s the story about friendship, about teenagers and teenage life, about growing up, about parenting and parenthood, about motherhood, about community, about love, about honesty, about sacrifice, about nostalgia, about reflection, dan masih banyak lagi gw ga bisa sebutin semua di sini saking banyaknya~

Kalo diminta nge-rank elemen2 Stranger Things dari yang paling keren sampai ke yang keren-juga-cuma-beda-tipis-sama-yang-paling-keren, ini urutannya:


1. The Screenplay

Screenplay-nya sumpah keren mampus~ I’m not talking about the pop culture references here, kalo itu mah butuh satu postingan sendiri buat bahas karena BANYAK BANGET! What I mean is the first thing that came to my mind when I watch it was: “ya ampun, SMP-banget~~” Seriously, semua elemen script writing-nya tuh on point bikin throwback ke zaman2 SMP yang penuh spontanitas dan intrik! LOL~ I mean the way Mike and his gang behave and respond to something, is exactly how I was when I was in Jr. high~ The line, dialogue and humor are also awesome! Sangat quotable, sangat punchy, sangat lucu, sangat emosional, sangat jujur. Ah kerenlah~


2. The Characters

Semua karakternya kuat dan real banget, like you can actually see those kind of people in real life. They are true reflection of people in a society/community. And when they talk, it’s like they are talking to you! Like you were actually part of their conversation. You can feel their emotion.

Character building-nya juga natural dan ga awkward. Progresi tiap karakter di setiap episodenya tuh kerasa deh. Like seriously, ada ga sih karakter ga penting di Stranger Things? I don’t think so~ Bahkan karakter yang cuma muncul sekali dua kali, kayak si Benny, chef restoran hamburger yang nyelametin Eleven dan akhirnya dibunuh sama orang2 Hawker’s Lab, itu aja penting. Gw suka sih tipe series yang dikit karakternya gini, jadi nontonnya bisa fokus.

Terus siapa karakter favorit gw di Stranger Things? Simply put, kalo Winona Ryder ga menang at least satu award Best Actress di award season, gw either nangis, atau nge-rant gila2an di Twitter. Not a big fan of her, barely even know her, but her rendition of Joyce Byers is simply iconic. Seriously, gw liat Joyce Byers tiap dia on-screen tuh capek banget. Ibu2 stres, frustasi, ketakutan, desperate, marah, histeris tiap hari, disangka gila, semua orang ga ada yang percaya sama omongannya.. Like.. how did she do that? So awesome I can’t even.


3. The Scoring & Soundtrack






These are so LIT! Beautiful, BEAUTIFUL PIECES! Like seriously, kalo abis denger 3 soundtrack/scoring ini lo ga bergetar/degdegan/mengeluarkan emotional response dalam bentuk apapun, gw ga ngerti apa yang salah sama sistem pendengaran lo~

By the way, the last one is my absolute favorite!

Listen to the whole piece:



4. The Casting & Acting

The kid actors to be specific. Seriously, ini mereka nemu dimana sih anak2 berbakat yang acting-nya ga ada celah sama sekali ini?? Sangat natural, which I give props to the casting director and the reading process. Itu pasti bener2 digodok banget sampai berasa itu ga acting~ Cakep2 lagi anak2nya. Visual on point!



5. The Universe

NOT The Upside Down--I already told you, I don't give shit about the sci-fi~ I'm talking about Indiana suburb in 1983. I don’t know a single thing about Indiana suburb in 1983, but I really like The Duffer Brother’s representation of it. Real banget, like I would actually believe that it is an actual condition of 1983 Indiana suburb. No question, I’d just believe it. Seem to me that everything is perfectly captured. Neat.

**

So yeah, itu sebagian dari my Stranger Things addiction yang bisa gw ceritain. Mungkin postingan ini akan di-update kalo gw memutuskan untuk menonton ulang dan menemukan ide2 baru sambil jalan.

Tips dari gw kalo lo mau mulai nonton Stranger Things tapi lo bukan penggemar sci-fi/horor seperti gw: pertama kali nonton, tonton semua, jangan di-skip2. Emang horor, emang banyak adegan ngagetin, emang scoring-nya rada kampret di beberapa adegan serem, emang banyak visual/graphic/adegan yang menyeramkan, tapi plis jangan di-skip. Nanti kalo udah selesai nonton semua episode, kan ketagihan tuh, nah nonton ulang deh. Kali ini adegan2 seremnya boleh di-skip. Don’t worry, akan tetep asyik ditonton, tapi lebih peaceful. :)

Laters!

Saturday, November 5, 2016

Efek Ujian





Hi, guys!!! I’m back!!!

Yep, I’m approaching the end of the first semester and I have killed 3 assignments already, still got 1 left, but it’s okay, I GOT THIS!

Okay sebenernya gw mau cerita BANYAK BANGET soal Melbourne, karena gw udah jalan2 ke banyak tempat dan mengunjungi event2 seru yang sedang berlangsung di sini. But naah, itu bisa dilakukan entar semasa liburan 3,5 bulan. Yep, 3,5 BULAN GW LIBUR!

Gokil, ya?

Sini2 kuliah S2. Liburan pun tetep dibayar~ HAHAHA~

Just kidding~

Okay sekarang gw mau bahas isu yang lebih relevan, AHOK!

JUSSSTTTT KIDDING~~

Maksud gw relevan sama kehidupan gw sekarang, which is exam.

Jadi gw baru saja melewati tantangan hidup paling berat kedua setelah melahirkan *padahal belom pernah* and that is… final assignment.

Sini gw jabarin apa aja final assignment gw.

Seperti yang udah pernah gw jelasin di sini, gw ambil 4 mata kuliah semester ini. Hmmm… how about gw sekalian review masing2 matkulnya jadi lo bisa lebih empathy sama gw, right???

Okay here we go!

Arts Policy and Issues
Ini mata kuliah paling susah, simply becoz gw sama sekali ga ngerti topiknya. Lo tau kan policy a.k.a kebijakan? Gw sama sekali ga pernah berususan sama itu seumur hidup~ Waktu S1 Komunikasi pernah sih bahas policy, tapi dikit banget, and helloooww itu hampir 10 taun yang lalu~~ Gimana caranya gw masih inget?! Setelah kerja jadi jurnalis, boro2 ngurusin policy, ketemu aja nggak~ Seriously, exposure gw akan per-policy-an di Indo tuh minim banget, let alone arts policy, let alone di Australia~~~ Alhasil hampir di semua tutorial session a.k.a diskusi, gw diem total. Tutorial was always a pressure to me, a real torture~ T.T

Untung dosennya baik banget, pengertian dan sangat helpful. Jadi gw ga miserable2 banget di tugas akhir. Oh! Tugas akhirnya ada 3: 1 presentasi, 1 report (2000 words), 1 essay (2500 words). Gw sedikit fucked up di report gegara grammatical error sama kurang data. But I’m pretty confident I slayed the final essay. Doakan H1 ya, supaya dapet sepatu. Hihihi, yep~~ Gw punya H1=sepatu policy. Supaya termotivasi. HAHAHAHAHA~

Arts Management
Ini matkul favorit gw! Hampir 80% isinya gw ngerti dan related banget sama career path yang gw incer sepulangnya ke Indonesia. Dosennya asyik, mantan aktor kawakan di Osi. Jadi kalo ngomong engaging banget. Gw ga pernah kesulitan fokus di kelasnya. Salah satu tugas matkul ini rada nyebelin karena tugas kelompok. Gw sangat tidak beruntung satu kelompok sama seorang lobang pantat a.k.a asshole yang suka mendominasi. Padahal kontribusi dalam bentuk idenya almost zero~ So yeah, she was a real "gatel di pantat" throughout the semester. But thank God everything went well in the end. Final assignment-nya Arts Mene mirip2 sama Arts Policy: 1 presentasi dan 1 essay (2500 words). Presentasi I think bakal lumayan nilainya, walaupun most likely ga akan perfect. Essay hopefully dapet bagus juga. Minimal H2A. Kalo ada miracle mungkin H1. Plis. Gw pengen beli sepatu. Wkwkwk~

Audience of the Arts
Kuliah marketing basically, tapi khusus produk arts. Not my favorite, dosennya ngebosenin kalo ngajar, mana kalo ngomong mirip Emma Watson and I hate Emma Watson~ :/ materinya sebenernya menarik tapi si dosen selalu gagal membawakannya dengan cara yang engaging~ But the material is definitely the easiest. Tugas pertama matkul ini membuahkan sepatu baru buat gw, so I look forward for the final assignment (essay 3000 words). Mudah2an dapet sepatu juga. I gave my all.

Presenting Academic Discourse
Ini matkul yang “terpaksa” gw ambil for the sake of masa depan perkuliahan. Isinya latihan academic writing, skill yang udah ilang dari diri gw sejak hampir 10 taun lalu. Berhubung gw akan dealing with 5000 words essay per subject (and I still have 8 freakin subjects!!), gw ambil mata kuliah ini supaya writing gw semakin mantap. Di minggu2 awal kuliahnya ga ada masalah, eh menjelang tugas akhir, no other words: I’M DEAD! Final assignment-nya, 1 presentasi & 1 literature review (2500 words) itu gw sama sekali ga tau harus nulis+present apa~ Mana gw not good with presentation~ T.T

Oke, ngomongin exam sekarang. Reaksi stress exam gw antara lain:

Panic attack. Gw seriously ga bisa tidur tenang sejak h-1,5 bulan due final assignment. Tiap malem panik: “aduuh kalo tugasnya ga selesai gimana inii~~” stuff like that-lah. Kalo tiap minggu ga achieve something juga panik, terus jadi miserable: “oh God what have I done???” stuff like that~ Tapi panic attack gw masih very under control sih, jadi gw simpen sendiri aja, ga gw gembor2in di kehidupan nyata atau socmed. Paling gw bikin postingan emo 1-2 biji, but that’s it.

Makan tambah banyak. Ini natural, realistis dan scientific. Otak bekerja lebih keras, tentu asupan tenaga juga harus banyak. Jadi makan banyak, which result in bokek dini dan badan menggendut. Tapi gapapa, gw maklumi. Ga mau ambil pusinglah. Wajar kok.

Bokek dini. Mostly karena makan sih. Makan wajib 3x sehari plus cemilan yang menunjang proses ngerjain tugas. Seriously, ada dua hal di dunia ini yang gw ga bisa belajar without > cemilan dan musik. Jadi gw rela spend banyak untuk snack, biskuit, kopi, sama Gatorade. Kadang2 sama bubble tea upsize. Nyam.

The other physical effects. Misalnya minus mata nambah (another reason to buy new glasses! Woohooo!!) karena kebanyakan (baca) di depan laptop, mens ga lancar (sering telat, tapi bagus sih, ngirit softex~ hahaha~), sakit gigi & sariawan (ini aneh banget tiba2 ikut2an).

Sering begadang. Gw walaupun udah 4 bulan di sini jadwal tidur tetep aja ngikutin jam Indonesia~ Gw baru bisa tidur at least jam 2 pagi, which is jam 10 di Indonesia, dan baru bisa bangun at least jam 9 pagi, which is jam 5 pagi waktu Indo. Bagusnya adalah di masa2 kritis exam gw bisa begadang dengan lancar tanpa ngantuk. Jadi jam belajar gw makin lama, kurang lebih 6 jamlah dari jam 9 malem sampe jam 3 pagi. Jeleknya, gw jadi susah banget bangun pagi dan terpaksa skip semua kegiatan pagi yang menyenangkan, seperti lari pagi bareng temen2 atau mengejar sarapan gratis/diskon di beberapa restoran. Oh well~

Apalagi ya? Kayaknya udah sih itu aja efek stress gw. Masih bearable dan understandable, which I thank God for that. 

Gw ga mau stress membuat gw kehilangan jati diri atau semacamnya, jadi gw berusaha semaksimal mungkin untuk ga stres2 amat. Salah satunya adalah dengan mulai ngerjain tugas jauh2 hari. Ga deadliner di menit2 terakhir. 

Selain itu gw punya work-life balance policy, yang artinya antara kerja dan main itu harus bener2 seimbang. Seriously, seimbang. Jadi kalo lo belajarnya 4 jam, mainnya juga harus 4 jam. Contoh: setelah gw belajar dari jam 1-5, jam 5 gw akan keluyuran main dan ga boleh pulang sampai jam 9. I have to make sure my brain is totally refreshed before I go home. 

Gw juga memberlakukan aturan 1 minggu 500 kata buat nyicil nulis. Kalo ga sanggup 500 kata, at least ada progress signifikan yang measurable-lah, misalnya baca at least 10 articles atau email2an ama dosen seputar topik essay. Jadi ketika mau bobo di Minggu malam menuju Senin pagi, ketika gw reflecting apa aja yang udah gw accomplish minggu ini, ga ada penyesalan sama sekali.

So yeah, I think I’m good. Assignment ga sebegitunya affecting my life. It did steal loads of my precious time (and money), but that’s it.


Okay, itu kan tadi gw ya. Anak Indonesia yang otaknya ga pinter2 amat bertahan kuliah S2 di Ostrali. Sejak sampai di sini, gw selalu merasa kemampuan gw itu di bawah rata2, I mean I solely believe 99% of my friends here perform waaaayy better than me academically. Bukannya pesimis, tapi gw punya empirical evidence kenapa gw berpikiran seperti itu, and it actually makes sense. Here’s the reason why my friends are better than me:

1.    They are real artists.
Si Mawar, yang penah gw ceritain di sini, adalah musisi orkestra. Si Matahari, yang pernah gw ceritain di sini, adalah opera singer. Other than them, temen2 gw yang lain ada yang professional dancer, filmmaker, desainer, art curator yang udah go international, dll. Mereka lahir dan menetap di dunia seni. Otomatis pengetahuan dasar mereka soal seni jauh lebih kaya dibanding gw~ For example, di kuliah Arts Policy, ketika gw bingung kenapa pemerintah harus biayain proyek seni A, B, dan C, mereka udah ngerti duluan. So if I’m asking a question about that, I’d look so so so stupid~

2.    They are younger.
By younger I mean mereka belum lama meninggalkan college. Jadi otak mereka pun masih otak mahasiswa yang masih sangat fresh dipake belajar. Gw udah meninggalkan kampus 5 taun lalu, dan selama 5 taun itu gw jadi pegawai kantoran yang rutinitas sehari-harinya sama. No wonder my brain got rotten and rusty. Ketika dipake belajar lagi, ya susah~ Kemampuan fokus menurun, kemampuan menghapal menurun, kemampuan menangkap ide melambat. Belum lagi too much going on in my head, karena semua konsep yang gw pelajari di sini baru both academically and professionally, jadi otak gw otomatis mempertanyakan semua ide yang gw terima, tapi gw ga bisa nanyain pertanyaan2 itu karena it’ll make me look so stupid! So frustrating!!!

3.    They are professionals in the field.
Other than real artists, banyak juga temen gw yang adalah professional in the field, misalnya pernah kerja di museum atau art galleries, pernah handle major arts festival di negara asalnya, akademisi seni, dan lain sebagainya. Mereka ini lebih bahaya dari temen2 yang real artists karena pengetahuan mereka ga sebatas ilmu atau skill, tapi juga applied practice. Mereka ga sekedar mengaplikasikan ilmu yang mereka punya (karena rata2 lulusan S1 jurusan seni-related), tapi juga DO SOMETHING about it. For example, itu kan gw belajar Arts Policy ya, nah gw sekelas sama orang2 YANG BIKIN POLICY. Life is good.

4.    They have been to MANY countries for arts sake.
By been I mean ga cuma main sebentar buat liburan ya, tapi tinggal lama untuk sekolah, student exchange dan kerja, ikut kompetisi seni dan handle arts project, which lead us to the last point:

5.    Their English is better.

Jadi ngerti kan kenapa gw being all miserable di kelas knowing siapa yang jadi saingan gw di sini?

Melihat tingkat intelegensia temen2 gw itu, gw berasumsi bahwa ketika gw stress gara2 exam, gw 100% yakin temen2 gw ga se-stress gw, karena mereka jauh lebih pintar dari gw. They would’ve handled it better.

But then, as time goes by, gw menemukan beberapa fenomena alam yang mematahkan asumsi gw itu! By fenomena alam I mean cerita temen2 senasib sepenanggungan. Berikut gw share:

Note: nama semua oknum disamarkan demi kemaslahatan bersama. Wkwk~~

~~Kasus Cai~~

Memasuki masa exam, Cai jadi ansos (anti-sosial) parah. Ditelpon ga angkat, di-whatsapp ga bales~ Kalo pun respon, pasti jawabannya penolakan ajakan. Padahal gw cuma ajakin makan siang~ Gw yang biasanya ketemu Cai hampir setiap hari, selama exam ketemu seminggu sekali aja udah bagus. Cai kerjaannya mengendap di perpus seharian. By seharian I mean dari jam 6 pagi sampai jam 9 malem. Paling cuma keluar sebentar buat solat. That’s crazy!

Honestly, ansos ga pernah ada dalam agenda gw, simply becoz di Aussie ini kan gw literally sendirian ya~ Don’t get me wrong, I have some new friends indeed and they are awesome, tapi gw kan not really good with new people. Jadi ya sometimes gw masih merasa I’m all alone di sini. Nah udah sendirian gitu masa gw mau ansos lagi?! Gw udah auto-ansos, apa lagi yang mau di-ansos-in?? :/


~~Kasus Kendrick~~

Kendrick ini sebenernya mirip2 gw efeknya, panic attack. Tapi dia lebih eksplisit, HAHAHAHAHA~~ Ga usah gw ceritainlah ya panic-nya Kendrick kayak gimana, ntar orangnya malu~ wkwk~~ But seriously, kalo Kendrick udah panik, celetukannya lucu2 banget. Dia hiburan bangetlah buat gw semasa exam. Setiap whatsapp pertanyaannya:




LOLOLOLOLOLOLOLOL

Terus si Kendrick ini semasa exam juga jadi sering mengeluarkan kata2 bijak~



Not necessarily motivating, but something to laugh at and actually makes us feeling better. Pesan moral: you are not alone, we are in this together. :)))


~~Kasus Nunung~~

Kasus Nunung ini paling ekstrim di antara semuanya. There was one day Nunung tiba2 out of nowhere burst into crying, all parts of her body are shaking, she was sweating like mad, she got major headache, she couldn’t speak, she couldn’t move, she almost passed out.

Horor.

Gw ga ada di TKP saat itu, cuma diceritain temen yang lagi bareng Nunung aja. Besoknya gw diceritain langsung sama Nunung dan itu horor banget. Kayak badan lo tiba2 bereaksi sendiri, padahal sebelumnya ga kenapa2, ga sakit, ga makan aneh2~ Elo to the point ga bisa kontrol badan lo, kayak ada something yang taking over your body and making such a huge mess with it. Serem, asli.

Dalam kasus Nunung, mungkin karena beban tugasnya dia lebih berat dari yang lain. Ini tugas2nya Nunung:

8000 words due 9 Nov
take home exam 4-7 Nov
outline research due 11 Nov

At first I thought, wah gokil juga. But then gw sadar kalo semua tugas gw ditotal:

12500 words + 3 presentasi

Kok…. Kayaknya exam gw lebih gokil?

But then I think again, seenggaknya tugas gw udah bisa gw cicil sejak sebulan sebelumnya, while tugasnya Nunung semuanya baru dikasih akhir Oktober, jadi 3 tugas itu harus diselesaikan in less than 2 weeks~ Kuliah gw technically udah beres sejak pertengahan Oktober, jadi gw bisa fokus ngerjain tugas, while kuliah Nunung sampai hari terakhir due exam-nya pun masih ada kelas, meaning waktu dia dalam sehari yang bisa dipake ngerjain tugas, malah harus dihabiskan belajar di kelas~ Terus outline research, OMG~ Nightmare~ Back again, there is a reason kenapa gw ambil Master by Coursework. On top of that, Nunung adalah anak hukum, yang logikanya pasti materinya lebih susah dari arts.

Oh well. Semangat ya kakak Nunung!!! Abis exam kita piknik deh, janji! Kita bikin Ice Cream Day atau MSG Day biar happy. <3 o:p="">


~~Kasus Mawar~~

Selama ini gw selalu merasa Mawar ini pinter banget dan ga pernah ada masalah akademis. But then one day, dia whatsapp gw ini:



Buset.

Gw tuh ya, se-miserable apapun kondisi gara2 exam, ga pernah berpikiran buat give up. Like… apa kata orang2 kalo gw give up?! Itu kan ga banget~ Buat gw especially, since I’m a sponsored student, apa kata orang2 yang sponsorin gw kalo gw give up??

“Bitch, we ain’t no givin you cheques for you to give up! These niggas ain’t no payin taxes for nuthang~”

Yak, sodara2. Gw ga boleh give up karena gw punya tanggungjawab langsung ke negara. Urusannya serius ini.

Balik lagi ke Mawar, gw bener2 ga abis pikir~ I mean kalo lo usaha tetep ngumpulin, walaupun isinya sampah, at least kan dapet nilai walaupun jelek~ Kalo lo ga ngumpulin sama sekali kan nilai lo 0 (nol)~ (O.o)

Tapi Mawar bilang dia udah ngitung semua nilai dia selain final assignment dan kalo di rata-rata, tanpa nilai final assignment, dia masih bisa lulus walaupun paspasan. Jadi mindset-nya dia adalah daripada gw capek2 nulis hasilnya sampah juga, mending ga usah nulis sama sekali. Walaupun hasil akhirnya akan paspasan, yang penting masih bisa lulus.

Hmmm…

Still…

Mawar kan… ga punya tanggungjawab ke negara~

Heuheuheuheu~~


~~Kasus Amazon~~

Amazon adalah temen gw yang masuk dalam kategori “professional in the field”. Dia pinter banget. Praktisi dan akademisi. Sebelum S2 di Melbourne Uni, dia pernah S2 di US dan di Brazil. Yep, ini S2 kali ketiganya dia. Gokil, right? Makanya dari awal gw udah ngaku kalahlah ama dia. There’s no way gw bisa mengalahkan orang ini sekeras apapun gw berusaha. But then, suatu hari gw nerima Whatsapp dari dia. Kira2 begini conversation kita:

Amazon: Seeta! Lo udah ngumpulin paper B?

Gw: Udah dong!

Amazon: Gw mau nanya pertanyaan B: blablabla itu maksudnya apa ya?

Gw: Menurut gw sih maksudnya xxxxxxx. Eh wait, bukannya deadline-nya tadi pagi ya?

Amazon: Iyaa.. Gw belom ngerjain..

Gw: APAH??? KOK BISA???

Amazon: Gw minta extension.. Gw ga kuat menghadapi hidup ini..



Buset kok banyak amat 6 texts + 3 presentations~ Terus gw ngitung assignment gw. 

Lah, sama kok~ 

Gw juga ngerjain total 3 presentasi & 6 essay~ Kok… gw… ga… minta extension??? Did I miss anything??? (O.o)

Terus gw kepo, gw tanya temen2 yang lain mereka pada extension apa ngga~ Ternyata ada 4 temen lain yang minta extension. Ada juga yang pasrah kena penalty, yang akan terjadi kalo ngumpulinnya lewat deadline. Setiap assignment yang dikumpulin telat akan kena penalty 2% per hari. Jadi kalo nilai lo aslinya 100, tapi lo telat sehari ngumpulinnya, 2% dari nilai itu akan dikurangi. Nilainya jadi 98. Kalo telat 2 hari, nilainya jadi 96, dst..

Anyway... Sama halnya dengan giving up, gw personally ga pernah kepikiran minta extension atau pasrah penalty. Besides you have to go through ONE HELL OF PROCEDURE buat request, extension basically makes you suffer longer, penderitaan lo jadi lebih lama. So, no thank you. I’m good with the deadlines. 

While penalty basically… well… kasarnya gini, essay2 gw itu udah sampah, masa mau dikurangin lagi nilainya~ I mean, ketika ngumpulin essay, gw emang ga bisa guarantee nilainya bagus, tapi gw bisa guarantee nilainya utuh~ so penalty, yang bikin nilai gw ga utuh… Uhmm.. nope, no thanks~

Jujur gw kaget banget ketika Amazon bilang dia minta extension. Isn’t she supposed to be very very smart??? Dia kan udah master 2x……


~~Kasus Lebah~~

Lebah ini edisi terlalu tajir untuk ga pulang. LOL~ Lebah berasal dari negeri gajah dan ladyboy, and she is homesick all the freakin time~ Dia itu selalu bilang kalo dia ga betah di Osi dan pengen pulang secepatnya. Lebah indeed langsung pulang di hari terakhir kuliah. Jadi dia ngerjain semua assignment di negeri gajah. Menurut dia, ngerjain tugas di rumahnya di negeri gajah jauh lebih efektif daripada ngerjain di Osi.

“I can think more peacefully when I’m home.” katanya.

Dia menganjurkan gw untuk pulang ke Jakarta dan ngerjain tugas di sana aja. Uhmmm… no thanks~ Mau di Jakarta maupun di Osi, kapasitas otak gw sama aja, hence ga ngaruh sama efektivitas pengerjaan tugas. Besides, spending $700 flight ticket just for me to do assignment at home, HELL NO~ Hahahaha~~ Lagian kalo di Jakarta gw ga akan konsen belajar, yang ada nonton bioskop mulu~ Bales dendam ga pernah nonton bioskop di sini~ #cedih

**

Alright sekian curcol gw soal kuliah di Melbourne Uni, well soal exam lebih tepatnya. Kuliahnya mah seru2 aja, kapan2 gw blog deh. Exam-nya yang agak sadis, atau sadis banget~

Moral of the story: S2 is not for the faint-hearted, or… S2 in Melbourne Uni is not for the faint-hearted. Terserah mau ambil yang mana, 2-2nya ga bener ga salah, tergantung interpretasi setiap orang.

IN CONCLUSION: these exam season has been one hell of a ride. I still can not accept the fact that I still have two more rounds until I graduate. But no worries-lah. I have faith. Semester 1 berat karena ini permulaan. I believe semester 2 dan 3 akan lebih mudah karena otak udah terbiasa dan udah berpola. So yeah, have faith and finger crossed!

ANYWAY SEKALIAN MAU PSA:

GW UDAH MULAI LIBUR 3,5 BULAN!!!!

Jadi yang mau main ke Melbourne within November-February, I would love to be your tour guide. You know where to find me! :)))

Thank you for reading, byeeeeee~~~~