Oh-My-Blimey... Alhamdulillah segala puji bagi bumi dan surga.... akhirnyaaaa jadi juga review-nyaaaa!!!
Senang-senang-senang!!! Setelah berkutat dengan segala macam emo dari bulan Juli sampe Desember, AKHIRNYA jadi juga~
Walaupun telat 155 days : 23 hours : 11 minutes : 50 seconds according to Auntie Bellatrix~ haha~ tentu saja pas lo liat lagi udah berubah angkanya~ hehehe
Thank you for always reminding me everytime i blog, Auntie Bellatrix! Yes, this post is the reason why i still put on Bellatrix picture at the top of the page, along with the expired countdown to Harry Potter and Deathly Hallows Part 2. That is to remind me.... i have an unfinished business with Harry Potter, and this is it, this post! My personal review on Deathly Hallows Part 2. :)
Ooh~ i can’t review all of them in a conclusive verdict~ i can’t~ in fact, i’m not allowed! As one true 10 years (and still counting) dedicated fan, i MUST review every single scenes in it~ pardon my perfectionism, i just got to do it! And i’m super excited about it! Wooohooo!!!
And once again, i have to tell you, if you’re NOT a Harry Potter fan, you’re out! Like now! Shoo~ shoo~
-Shell Cottage-
Poin pertama, conversation between Harry and Griphook. Man~ gw sangat terkesan dengan bagaimana David Yates mengemas adegan itu. Dialognya cerdas. Kalo di buku, dialog itu cukup panjang dan berbelit-belit, di film bisa dibikin 2 menit aja, tapi intinya dapet: gw butuh masuk ke Gringgots dan gw butuh elo buat bantuin gw. Selesai. Jawaban Griphook pun singkat tapi dalem: Bayaran gw pedang itu, take it or leave it! Selesai.
Gw suka banget gaya ngomongnya Daniel Radcliffe waktu bawain dialog ini. Tegas dan keliatan jiwa beraninya. Ini yang ngebedain karakter Harry di Part 1 dan Part 2. Di Part 1, Harry lebih nekat, gegabah, ga pikir panjang kalo bertindak, gampang panik. Di Part 2, Harry lebih berani dan tegas. Keliatan banget bedanya, perkembangan karakternya keliatan. Daniel Radcliffe hebat!
Poin kedua, conversation between Harry and Ollivander. Ini juga brilian! John Hurt (Ollivander) berhasil banget membawakan peran lelaki tua yang habis disiksa. Kesan lemah dan menderitanya dapet. Harry juga sangat hati2 pas nanya ke Ollivander. Tapiii... ini cacat kecil sih, pas Harry dengan lugasnya bilang Ollivander berbohong tentang Deathly Hallows, in fact, Ollivander didn’t know a single thing about Deathly Hallows. David Yates melakukan ini untuk apa? Untuk yang ga baca buku Harry Potter pastinyaaaaa :P
Sebenernya gw menunggu adegan Bill Weasley ngomong ke Harry soal making a deal with goblin. Tapi di film ga ditunjukin. Udah mau kecewa, eh, ternyata ada di deleted scene! Asyiklah! :D
-Gringgots-
Hermione in Disguise................ as Bellatrix!!! My most anticipated scene forevah!!! And what can i tell you! They are (Helena dan Emma) awesome!!! Tapi tentu saja tanteku lebih brilian! Hohoho~ di adegan ini, gw mengenali ekspresi yang sama Helena Bonham Carter dengan ketika ia memerankan Mrs. Bucket di Charlie and The Choholate Factory. Ekspresi ‘memelas’ waktu naik kereta Gringgots.
The Glittering Jewels and Geminio Charm! Splendid! Bellatrix emang maha tajir! Harry juga ga berlama-lama nyari Horcrux, jadi fokus adegan itu lebih ke serbuan harta Bellatrix yang makin menggunung. Perjanjian sama Griphook berakhir saat itu juga, waktu Griphook bilang: I said I let you in, but i never say anything about getting you out. Alright! Kalo gini caranya, adegan Bill Weasley nge-warning Harry jadi ga perlu2 amat. Penonton dibuat kesal sama Griphook di saat genting, ini jadi twist yang sangat menarik!
Dragon!!! Adegan kaburnya dahsyat!!! Walaupun harusnya ide ‘kabur dengan naga’ itu sebenernya idenya Harry, tapi jadi idenya Hermione, well... Anyway soundtrack-nya juga mantap! Sekilas mengingatkan gw sama soundtrack-nya How To Train Your Dragon.
ALL HELL BREAKS LOOSE! Gw sukaaaaa banget quote ini!!! Hahaha~ Lagian bener juga sih, ketika mereka berhasil kabur dari Gringgots, udah ga ada waktu lagi untuk bikin rencana karena Voldemort udah semakin dekat. Debat singkat Harry-Ron-Hermione yang menyimpulkan bahwa mereka harus balik ke Hogwarts sekarang dibawakan dengan apik sama trio paling keren ini. Salute!
-Hogsmeade-
Caterwauling Charm. Adegannya oke, gw suka. Tapi akan lebih oke lagi kalo ada dementor. Ya toh? Di bukunya kan waktu pelahap maut putus asa ga bisa nemuin Harry, mereka panggil dementor, trus Harry bikin Patronus, ketauan, ketemu Aberforth, disuruh masuk ke Hogs Head, baru deh selamet. Lebih keren toh?
Aberforth Dumbledore. Hampir 80% adegan dialog dengan Aberforth sama persis dengan di buku. Karakter Aberforth pun dibawakan Ciaran Hinds dengan bagus sekali, wibawa-nya dapet, tapi ga plek2an kayak Michael Gambon (Dumbledore), masih ada kesan lebih mudanya.
Dialognya pun ngena banget, ga perlu panjang lebar. Here’s one of my favorite:
Aberforth : What makes you think you can trust him? What makes you think you can believe everything my brother told you? In all the time you knew him, did he ever mention my name? Did he ever mention hers (Ariana)? He keeps secret, you tell me.
Harry : I trusted him.
Aberforth : That’s a boy answer! A boy who goes chasing Horcruxes on the word of a man who wouldn’t even tell him where to start! You’re lying! That’s a fool does! You don’t strike me as a fool, Harry Potter!
Harry : I’m not interested in what happened between you and your brother. I don’t care that you’ve given up. I trusted the man i knew.
That’s right! Itu menjawab semuanya. Ga perlulah Aberforth jelasin panjang lebar kisah keluarga Dumbledore. Biarlah orang2 yang ga baca buku Harry Potter bertanya2 sendiri dan tenggelam dalam rasa penasaran~ fufufu~
-Hogwarts-
Harry Potter Comeback-nya seru, disorakin satu kamar kebutuhan bikin kesan kemenangan sementara. Terus yang bikin lucu waktu ada anak yang diperintahin Neville ngasih tau orde kalo Harry udah balik, dia bilang: "DA Report! We have a new weather report! Lightning has struck! I repeat, lightning has struck!" Huahahahahahaha~ gokil!! You know, kadang-kadang gw mengagumi selera humor David Yates, karena kadang-kadang humornya cerdas gitu, dan match aja sama humornya JK Rowling, jadi ‘rasa’ humornya nyambung aja sama yang di buku. :)
Hogwarts Student March: hmmm... kesan seremnya dapet, murid-murid Hogwarts diperlakukan layaknya tahanan di rezim Snape. Cara ngomongnya Snape pas ngasih warning_thread ke anak2 itu juga excellent banget, pelan2 tapi kesan mengancamnya dapet. Harry tiba-tiba muncul pake seragam dan orde phoenix ngikutin di belakang, well, ini sebenernya gw ga suka. Harry’s supposed to be hidden, ga boleh keliatan. Eh ini malah terang2an meng-confront Snape~ Tapi quotenya gw suka sih,
"Tell them how it happened that night. How you looked him in the eye,
a man who trusted you, and killed him."
McGonagall protects Harry. Kewl.
Voldemort’s Deathly Whisper. Ditambah adegan anak-anak kesurupan dan suara gemuruh hujan. Scared the shit out of me. Excellent!
McGonagall tells Filch to put Slytherin students in the dungeon. Nah~ ga boleh dong, ini sama aja men-generalisasi semua anak-anak Slytherin itu pelahap maut. Padahal kan ngga, di dalem buku aja anak-anak Slytherin tetep dievakuasi. Keselamatan setiap anak Hogwarts itu sama pentingnya. Even mereka emang bener anak-anak pelahap maut, tetep aja harus dilindungi. Oh please, we are the good path. Dalam situasi apapun tetap harus berbuat baik dongs :)
Man the boundaries. Protect us. Ini mantap sekali pas McGonagall ngomong itu. Pasukan berbaju zirah masuk dari segala arah ditambah soundtrack yang membangkitkan tekad dan semangat. Awesome! Kecuali bagian McGonagall bilang “I’ve always wanted to use that spell.” Oh come on, old lady! This is serious! Nah kalo humor David Yates yang kayak gini gw ga suka~ Situasi lagi genting malah ditambah humor~
Hogwarts Protective Encharments. Ini juga adegannya gw suka, semua orde phoenix dan guru2 Hogwarts mengacungkan tongkat ke atas dan merapalkan mantra2 perlindungan. Protego maxima! Maximum Protection! Awesome!
Helena Ravenclaw. Gw ga suka turun tangan Luna ngasih tau Harry tentang Helena Ravenclaw. It’s supposed to be Nearly-Headless Nick. Terus pas Harry udah ketemu Helena, walaupun agak ga setuju sama dialognya, tapi kemasan adegan komunikasi mereka ini membuat gw berdecak kagum. Dark and enlighting.
Gw mengerti kenapa David Yates memutuskan membuat Helena Ravenclaw yang ngasih tau dimana horcrux terakhir, instead Harry mikir sendiri kalo itu ada di kamar kebutuhan. Biar lebih gampang dan penonton-penonton yang ga baca bukunya bisa ngerti, karena analisisnya Harry menyimpulkan dimana lokasi horcrux itu lumayan rumit. Ah~ terlalu baik lo, Yates! Biarin aja yang ga baca bukunya, itu masalah mereka kalo ga ngerti filmnya~ cih!
A LOT of Death Eaters Comrades! Gile~ gw ga nyangka bakalan sebanyak itu. Tapi makin mantep sih jadinya. Merepresentasikan dunia sihir yang udah dikuasai dark path gitu kan~ Dengan Voldemort dan Bellatrix di depan! Super!
Chamber of Secret. Well, sebenernya adegan ini ga wajib dibikin lho, Yates! Tapi inti adegan ini kan kissing-nya Ron dan Hermione. Oh well, enough said. Tapi bukannya akan lebih lucu kalau mereka kissing di depan Harry? Gw menanti2kan juga lho saat Harry berkata lemah “Is this the moment?” :p
The Battle. Dahsyat! Awwwwesome!!! Keterlibatan raksasa, arachnide, dementor, habergeons menambah nilai plus kedahsyatan perang!! RUARRR BIASAAAA!!! Gw sampe ga bisa berkata2 lagi soal adegan ini. I saw the battle and there, my life is complete. Here’s the main soundtrack of the battle. I luuuuvvv it!!! I strongly recommend an insane speaker for this!
Room of Requierement. Beda ya sama pas buku ke-6~ tapi lebih bagus sih, jadi ga kayak sekedar ‘gudang’. Dialog Harry sama Draco sebenernya ga penting, tapi bolehlah buat nambah ‘tense’. Ga lucu sih pas Ron bilang ‘That’s my girlfriend, you numpties!’ Tapi ya, apa boleh buat, kesinambungan sama adegan sebelumnya harus tetap terjaga. Fiendfyre juga exceed expectation. Serem aja gitu liat api bergunung2 yang ngejar dari belakang. Tapi edit-an komputernya agak kasar sih, keliatan ga real gitu di beberapa adegan.
(No) Shrieking Shack. Ga mau repot2 nambah 1 set, Shrieking Shack pun diwakili rumah kaca Hogwarts. Disini Voldemort ngebunuh Snape dengan cara paling brutal. Disini juga Snape berkomunikasi terakhir kali sama Harry dan ngasih memori yang menjelaskan segalanya ke Harry. Cukup representatif.
The victims. Kalo ada yang gw sayangkan dari adegan perang Hogwarts, itu adalah tokoh2 vital ga dikasih liat saat perang. Tau2 udah mati aja gitu. Fred, Lupin, Tonks, dll~ Coba dikasih liat waktu mereka perang, pasti adegannya bisa menjelaskan dengan lebih baik.
The Prince Tale. Praktis jadi adegan favorit gw. Kenapa? Karena membuat kesan bahwa di antara Lily dan Snape pernah terjalin hubungan istimewa. Gw melihatnya kayak ada ‘affair’ di bawah alam sadar dua anak kecil itu, dan kemasan adegannya bagus. Mungkin karena soundtracknya~ Tapi gw suka aja.
Alangkah lebih bagus kalo instead adegan Snape nyamperin ke Godric’s Hollow, mendingan dimasukin adegan Lily, James, Sirius, Snape, dll waktu remaja, biar perkembangan karakter dan situasinya keliatan. One thing yang jadi pertanyaan besar gw soal adegan ini, gimana caranya make up artist dandanin Alan Rickman yang taun ini umurnya 65 taun jadi terlihat 40 taun lebih muda?! Gimana caranya??!!
-The Forest-
Resurrection Stone. Lily, James, Lupin, Sirius dibangkitkan kembali. Gw sih ngarepnya adegan ini bisa bikin gw nangis, eh nyatanya ngga~ David Yates, anda gagal. Saya kecewa.
Avada Kedavra to heaven. Ekspresi Ralph Fiennes ultimate banget waktu ngomong Avada Kedavra! Di surga, well, Daniel Radcliffe was supposed to be naked! Argh! But it was good though. Nice scene.
Back to reality. Okay this is when those things went bad! Dari mulai Harry sadar lagi sampe lanjut perang hogwarts lagi, adegan-adegan selanjutnya parah banget ga nyambung sama bukunya! Mulai dari Harry tiba2 kabur terus dikejar2 Voldemort, Ron & Hermione kejar2an sama Nagini, pelahap maut banyak yang mundur waktu liat Harry masih hidup, Harry sama Voldemort terjun dari atas, WHAT. THE. FUCK?????????????!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Here’s the thing. David Yates made the same mistakes twice. Harry itu TIDAK terang2an meng-confront Voldemort! Dia bertindak diam2, di bawah jubah gaib! Jubah gaib bahkan udah ga keliatan sejak dari Gringgots. Bellatrix Vs. Molly juga? Kenapa begitu doang?? Bellatrix harusnya duel dulu lawan Ginny, Hermione, dan Luna, baru sama Molly. Begitu pula Voldemort, harusnya lawan Kingsley, McGonagall, dan Slughorn dulu, baru lawan Harry.
Why bother adding your own unimportant scenes to the movie, when there are perfectly good ones in the book that you did not bother using at all??
WHY, YATES??? WHY????????????
Adegan final ini harusnya bisa istimewa kalo persis kayak di buku, dimana Harry dan Voldemort berdialog ‘sedikit’ sebelum akhirnya saling serang ala Gladiator. Walaupun cuma ngomong doang, tapi kalo dikemas dengan cerdas, bisa kog jadi adegan bagus. Steve Kloves pasti bisa kog merangkum satu bab itu jadi 2 menit. Oke mungkin di buku terlalu panjang, tapi ya ga terus jadi ga jelas gitu adegannya~ Dan tongkat sihir Elder? Kenapa dipatahin?? Kan bisa buat betulin tongkat Holly-nya dulu.... dooohhhh~~~
Terus terang gw marah banget liat adegan terakhir ini. Waktu nonton di Singapore itu bawaannya pengen langsung cabut dari bioskop, pulang ke Indonesia. Gw tersinggung banget, man. Ini namanya ga menghargai jerih payah JK Rowling! One offended JK Rowling, you offended me too. You did this to us, Yates! You must pay for this!
-Epilogue-
Whoa~ what can i say?
It was awkward seeing them all in old figure, really awkward. Harry, Ron, Hermione, ga ada yang meyakinkan dandanannya. Hermione apalagi, ga ada tua2nya sama sekali. Coat, scarf, rambut digelung, itu sih Emma Watson di iklan Burberry banget! ah~ pasti konspirasi brand lagi~ Daniel Radcliffe keliatan lebih tua... beberapa taun doang, ga sampe 19 taun juga kaleee~ Ron buncitnya fake banget. Yang lumayan tua cuma si Ginny (Bonnie Wright emang dandanan sehari2nya tua, nyehehe) sama Draco.
Penonton yang ga baca buku pasti bertanya2 ‘ih itu anak siapa?? Namanya siapa??’ Karena emang ga dijelasin. Haha~
And there’s no chemistry between Harry and Albus, don’t you think? Well maybe there is since they were hugging, but it’s just not strong enough IMO.
But one thing for sure, the soundtrack was OVERWHELMING! Super duper overwhelming! Kog bisa ya si David Yates, instead of bikin sendiri soundtrack untuk tema masa depan, dia malah pake soundtrack endingnya Harry Potter 1.. Kog bisa ya?? Do you get my point?
Hmmm... this is what i have in mind. Leaving Hogwarts (yes, itu judulnya, listen to the video below) adalah soundtrack ending Harry Potter 1. Otomatis soundtrack ini membawa kita untuk flashback ke tahun 2001, saat kita baru selesai nonton Harry Potter 1. Otomatis juga kita jadi terbawa suasana waktu itu dong? Ya ngga? Well, it happened to me.
Begitu Leaving Hogwarts yang berdurasi 2.20 menit itu diputer mengiringi adegan epilog, otak gw langsung flashback ke Desember 2001, waktu gw selesai nonton premier Harry Potter 1 di Plaza Senayan sama nyokap. Waktu itu, gw bahagia banget. Gw jadi sukaaa banget Harry Potter. Again, that special feeling. I saw the scene and my life is complete. Leaving Hogwarts really brought me to that sweet memory when the wimpy 12 years old girl, feeling so happy after watching the first movie. Kebahagiaan itu kembali, tepat di saat film terakhir berakhir.
Nah David Yates pengen penonton keluar bioskop dengan perasaan bahagia seperti itu, seolah menegaskan kalau film ini happy ending. Dan memang happy ending-nya Part 2 kerasa banget setelah ditambah Leaving Hogwarts. Ini senjata pamungkasnya David Yates yang baru digunakan di akhir-lah istilahnya.
Kalo udah kayak gitu siapa yang bisa tetep marah coba?
Melalui soundtrack ini David Yates seolah minta dimaafkan gitu udah bikin adegan ending yang mengkhianati buku. Tapi permintaan maafnya ini ampuh banget. Gw aja sampe ga segan2 ngasih nilai 9 buat film ini~ Fuck, Yates! You did not do this to me, man! :D
Oh well~
So it’s done then, my review.
Hope you guys enjoy it, although i pretty much doubt it. Haha~
Kayaknya gw belom pernah bikin postingan sepanjang ini, 6 halaman Ms. Word! Crazeh~
Gapapa, buat Harry Potter apa sih yang ngga? :)
Alright, unfinished business is finished. Final words?
Mischief managed!
:)
No comments:
Post a Comment