Bahkan di h-3 minggu kelulusan, masiiiihh aja ada orang yang salah mengira jurusan kuliah gw. This is insane!
Gw itu sering banget dikira jurusan Global Media and Communication (GMC) atau Communication and Media Studies (CMS). Rata-rata orang yang tau gw kuliah jurusan Ilmu Komunikasi waktu S1 atau orang yang tau kalo dulu gw kerja sebagai jurnalis, pasti mengira gw kuliah jurusan GMC atau CMS~
Mungkin karena branding jurnalis gw terlalu kuat.
Don’t get me wrong, I still love being known/called a journalist. I was a proud journalist and I still think journalist is the most awesome job in the world.
Sayangnya, kecintaan gw pada dunia jurnalisme ini tidak cukup memotivasi gw untuk mendalami ilmu jurnalisme, studi media, atau semacamnya. Karena di samping mencintai dunia jurnalisme, gw juga main hati sama dunia entertainment—sebuah dunia yang udah gw suka sejak kecil dan selama ini hanya bisa mengamati dari jauh, dari kacamata seorang jurnalis. Tapi belum pernah gw masuki sebelumnya. Walaupun sudah sering bermimpi untuk bisa masuk ke dalamnya.
Keputusan gw untuk ambil jurusan yang beda banget sama ilmu komunikasi/jurnalisme untuk S2 salah satunya dimotivasi oleh hal tersebut. Menuntut ilmu lain supaya bisa mengantarkan gw masuk dunia entertainment. Bukan sebagai artis, tapi lebih ke orang di balik layar yang bantu-bantu sepak terjang artis atau artwork atau produk entertainment atau whatever you wanna call it.
To manage them, making sure to give them platforms to express themselves. To be heard, to be seen, to be acknowledged, to be appreciated.
Demikian, gw, seperti majority orang Indonesia pada umumnya, mengambil jurusan manajemen untuk S2 (yes, jurusan gw kalo di Indo gelarnya setara dengan Magister Manajemen atau MM).
Sounds conservative? Indeed, tapi manajemen yang gw ambil spesifik untuk satu industri, yakni arts and culture. Karena menurut gw percuma mempelajari ilmu manajemen secara general untuk S2. Itu tugas S1~
Mempelajari manajemen khusus industri seni dan budaya membuat pemahaman dan pemikiran gw lebih terarah. Pengaplikasian teori yang tersedia bisa lebih tepat sasaran dan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan industri.
In conclusion, I know what I wanna do and what I wanna be. To be specific, I wanna take on a management role in entertainment industry—which is part of arts and cultural industry. That’s why I took arts and cultural management—literally, that is the name of my course.
I studied Arts and Cultural Management (manajemen seni dan budaya) and will be graduating in couple of weeks.
So, jangan salah lagi, ya. :)
No comments:
Post a Comment