Hi, guys! How y’all doin?
I survived the first two weeks of ngekos!
Sesuai janji terakhir, ngeblog kali ini di-update dari kosan~ Hohohoho
It’s 11:00 AM, gw baru bangun bobo kedua. Apa tuh bobo kedua?? Yes, ini adalah bobo yang kedua kali di hari ini, walaupun hari ini belum setengah hari. Ceritanya tadi pagi bangun subuh untuk CFD-an sama Iif, lalu jalan sehat Sudirman-Senayan 2 jam, nailed 7km, mampir ngaso di Hutan Kota GBK, jajan di pinggir jalan, lalu balik naik MRT.
Felt refreshed!
Sampai kosan kelaparan, makan mie sedap instan, lalu lanjut minum obat, lalu kelelahan + drowsy, jadi tidur lagi deh~
Eh kok minum obat?? Sakit apa??
Well, 2 minggu di Jakarta gw banyak jetlag-nya emang, belom apa2 udah sakit. Huhu~~
Here’s what happened to me on the first two weeks of being a Setiabudi resident:
Daily sweat-off
Oh man~ Tinggal di sini emang berasa tinggal di LN deh, bener2 dipaksa harus jalan, harus gerak! Jarak dari kosan ke kantor gw lumayan jauh, sekitar 6 km. Jadi ke kantor harus naik MRT. Bisa juga sih naik ojol/taksi online, tapi ya mahal~
Dua minggu ini gw selalu menggunakan MRT ke kantor, which means gw harus jalan dari kosan ke stasiun MRT Setiabudi Astra (700m), lalu dari stasiun MRT Senayan ke Senayan City (300m). Total seminimal-minimalnya gw jalan 2km sehari-PP. Belum lagi adegan jalan-jalan di Senayan City, dll.
Karena gw berangkat kantor rada siang, around jam 9an, matahari udah di atas kepala saat gw meninggalkan kosan, langsung terpapar cahaya ultraviolet dan suhu yang panas. Alhasil, gw selalu sampai di stasiun MRT dalam keadaan bersimbah keringat, kucel, bau matahari, dan dehidrasi~
In a way, bagus sih, keringat kan menghilangkan toxin dalam tubuh kita. Ini juga olahraga effortless, ga harus gimana-gimana. Tapi on the other hand, ngaruhnya ke mood sih, kan capek ya~
Pernah gw lagi berasa capek dan bad mood banget, hari itu gw memutuskan ga naik MRT, tapi gojek. Panas juga sih, tapi at least lebih cepat. Jadi mood sampai kantor terjaga. But that’s so costly~
Jadi lesson learned-nya begitu. Kalo lebih sayang duit, naik MRT. Kalo lebih sayang mood, naik ojol/taksi online.
Can’t live without a microwave
Dua minggu di kosan, gw menyadari betapa ketergantungannya gw pada MICROWAVE. Yes, big time. Mungkin karena gw sudah mulai menggunakannya sejak kecil kali ya? Jadi ketika microwave yang tadinya selalu ada di semua rumah yang gw tinggali, lalu sekarang ga ada, wah, sakaw men!
Kalo diinget-inget bener juga sih, gw bahkan lupa kapan terakhir gw tinggal di rumah yang ga ada microwave-nya. Microwave selalu ada di rumah gw sekarang yang di Bekasi sejak rumah itu dibangun tahun 1998. Bokap gw bahkan menyediakan satu spot khusus di interior dapur untuk meletakkan microwave.
Microwave pun tidak pernah absen dari semua rumah gw di Australia, baik yang di Brunswick, Coburg, maupun Armadale. Di kampus, kantor, dan rumah-rumah kedua gw pun terlalu tersedia. Everywhere is well-set with a microwave.
Karena itulah gw tidak pernah kesulitan menemukannya. Udah kayak no brainer aja, ketika mau makan, ambil makanannya lalu taro di microwave biar anget. Voila!
Nah di kosan ini GA ADA microwave, wah itu gw sakawnya setengah mampus. Nelangsa banget gitu lho, karena gw selalu HARUS makan (terutama main course yang bernasi) dalam keadaan hangat. Kalo ga hangat, cranky shay~
Sebenernya bisa diangetin, tapi manual pake kompor~ YAWLAH HASSLE YA WAK!!! Harus nyalain kompor, ambil wok, tumis-tumis manja, tuang ke piring, bersihin woknya, baru bisa makan~ Itu pun berisiko gosong kalo salah langkah dikit aja pas menumis~
Microwave tinggal taro piring pencet 1-2 menit, kelar masalah, makan deh~
*sigh*
Intinya, biggest drive untuk segera check out dari kosan ini adalah AKU KANGEN MICROWAVE! T.T
Someday di rumah sendiri nanti, microwave adalah salah satu peralatan elektronik yang gw beli pertama kali. Nanti bikin postingannya sendiri: 10 Must-Have Electronics in My Future Home! Wkwkwk~~
Constipated and Diarrhea
Ini lucu sih. Kayaknya gw tuh stress ya gegara kerjaan, so one day gw susah boker berhari2 to the point ngapa-ngapain selalu cranky. Lalu my lovely colleague, si Oom, prihatin melihat kondisi gw, memberikan minuman fiber semacam Vegeta bernama Flimty (iya, yang BA-nya Om Ded itu). Konon setelah 3-4 jam diminum, akan langsung boker. Baiklah gw minum.
Ditunggu 3-4 jam kok ya ga boker2?
Ah paling ini another bulshit—pikir gw. Jadi gw pun melanjutkan aktivitas.
Eeehhhh ternyata efeknya baru ngaruh 6 jam kemudian di gw! Dimulai dari mules2 yang membuahkan hasil membahagiakan. Tapi kok… setelah dibuang sekali… mulesnya muncul lagi 1 jam kemudian, dan menjadi rutinitas 1 jam sekali, all the way sampai subuh!!!
Ealahhh~~
Bisa lho gw kebangun jam 4 pagi gegara mules~ Di jalan menuju kantor pun waswas. Gw sampai bawa panty cadangan in case gw shart, alias shit and fart, alias kecepirit~ WKWK
Alhamdulillah sampai di kantor situasi aman terkendali. Sampai tulisan ini diturunkan, sistem pencernaan dan pembuangan gw baik-baik saja. wkwkwk~~
$$$ situation not good
Ini sudah gw prediksi akan terjadi sih, which is fine, karena gw sudah alokasi dana juga untuk pengeluaran tak terduga. Yang gw sebel tuhhh… pengeluaran2 ini sifatnya “to fix the mood”~ :(
Lagi2 karena efek stress, gw jadi harus mengeluarkan uang lebih supaya mental health situation not getting worse~
Kerjaan gw yang sekarang lagi GILA banget. Belum sampai masuk rekor Momen Paling Melelahkan Dalam Hidup sih, tapi mungkin coming soon ada rekor baru “Momen Paling Stressful”. *sigh*
Disenyumin aja. :)
Anggap aja ini milestone. Dapetnya banyak buat ke depannya. Pecutan lebih keras supaya bisa lari lebih kencang. “Cobaan” ini akan berakhir dalam 10 hari, so bismillah!!! Semangaaattt~~
Speaking of milestone, insya auloh 2 bulan lagi akan ada milestone baru di hidup gw. Hohoho~~ So excited! Semoga lancar. Nanti gw tulis juga di blog ini ya.
Aite~ I’m telling you too much shit already. Let me just go back to the peaceful Sunday afternoon, doing nonsense, watching nonsense, before getting back to hell werk tomorrow~ Ciao!
No comments:
Post a Comment