F.U.C.K.I.N.G F.I.N.A.L.L.Y
Weekend yang beneran weekend, yang bisa napas dan santuy. Well ada sih tadi kerja tapi tipisss banget, dan konteksnya bantuin orang, bukan lanjutin kerjaan yang belum selesai kemarin.
Yeah, gw masih menjunjung tinggi asas-asas kebaikan dan hati nurani saat bekerja, walaupun kerjaan gw suka memaksa gw untuk jadi jahat sama orang lain.
Jika kalian yang baca blog ini ada yang merasa pernah gw “jahatin”, I’m really really sorry. Please tell me my mistakes and how I should make them up to you.
Anyway, enough about kerjaan. Weekend ini melakukan beberapa hal yang menyenangkan. Tontonan: ada HITC di Errthing—nonton buat bantuin anak2 kantor yang working so hard menyajikan HITC di layar hape klean semua. Nambah-nambahin views & watchers.
Terkesima sama Zico. Is he always that good? Gw kan selama ini taunya ya dia leader Block B, rapper lulusan idol gitu aja dan bestienya Mino Winner. Jadi ga expect dia se-oke itu on stage. But man stage presence-nya gokil lho, walaupun sendirian. Yo the dude flies! Conquered that stage with all that swag. Gw pun jadi suka lagu-lagunya dan langsung google. Berikut ini setlist Zico di HITC Jakarta:
1. Tough Cookie
2. Freak
3. Artist
4. Any Song
5. New Thing
6. Okey Dokey
7. Turtle Ship
8. I Am You You Are Me
9. Eureka
10. Boys & Girls
Gw taro sini soalnya abis ini mau gw bikinin playlist Spotify. Biar ga lupa.
Anyway, Niki.. Ya gitu2 ajalah. Musiknya terlalu Gen-Z buat gw. Ga relate. Ga connect. Jadi ya buat gw biasa aja. Tapi buat yang nonton langsung di sana katanya keren. Oke.
Lanjot! Gw lagi suka nonton mas-mas Scottish traveler di YouTube, Dale Phillip yang kebetulan lagi (atau baru saja) mengunjungi Indonesia. Seru deh vlog dia tuh, orangnya bawel gitu, ga jaim becanda sama orang lokal. Not typical bule yang cuma berkunjung ke tempat2 mainstream, dia rela ke pasarlah, kampunglah, jago nawar harga barang supaya ga dapet harga bulelah, wkwk.
Kemarin juga sempet tidur siang berkali2, like literally 2 jam sekali gw tidur. Ngantuk mulu gitu bawaannya. Mayanlah.
Lalu sempet yoga juga, malem2. Udah 3 minggu ga yoga, pantesan mood gw amburadul to the point ga bisa thinking straight dan selalu mengambil keputusan yang salah. But it’s all good now. Semua kesalahan udah gw redeem dan gw bener2 learned it the hard way banget.
Btw ternyata enak juga lho yoga malem. Tidur jadi pules banget setelahnya. Bangun2 badan enteng, seger, plus kulit glowing. I spent at least 10 mins in front of the mirror after face washing this morning, just to admire how glowing my skin is. :p
Speaking of skin, beberapa hari lalu gw di-scold sama Oom dan Sella, ketika beliau mengetahui gw ga pernah pake sunscreen kalo keluar rumah.
Err… Emang kenapa ya? Wkwk~~
I mean, gw emang ga pernah pake sih, ga pernah dibiasain, dan ga pernah ada yang ingetin. Gw cuma rajin pake sunscreen itu pas di Melben, karena kalo itu gw sadar betapa pentingnya untuk pake sunscreen. Mataharinya bahaya. Ketika winter pun, udara dinginnya bikin kulit mengelupas, jadi memang butuh protection.
Nah, sepemahaman gw (mungkin gw salah ya), matahari di Indo bahaya juga, tapi ya ga sebahaya Aussie, jadi gw ga pernah pake sunscreen~
But Oom made a pretty legit statement yang bikin gw langsung merasa wajib beli sunscreen saat itu juga.
“Kalo lo ga biasain pake sunscreen dari sekarang, di umur 40an kulit lo udah keriput.”
Lha anjay~
OKELAH MARI KITA BELI! Wkwk
Ada reco sunscreen yang oke ga, gaes? Gw kemarin gugel2, katanya Shiseido punya Clear Stick UV Protector oke. Atau gw bisa beli Neutrogena punya, yang dulu gw pake juga di Aussie dan sudah terbukti bagus. Hmm.. idk, wdyt? Kalo soal sunscreen top of mind gw masih Banana Boat gitu. Soalnya selama ini pake sunscreen cuma buat berenang, ga pernah buat kecantikan.
Lanjot! Jumat kemarin abis nonton Sri Asih. Yup, film superhero bikinan Screenplay Bumilangit, Joko Anwar dkk, penerus pendahulunya, Gundala (2019)—which I thoroughly enjoyed.
Pengennya sih kalo superhero2 gini nonton pas hari penayangannya ya, which is 17 November, apa daya 3 minggu belakangan sibux~ Jadilah baru sempet 2 minggu kemudian.
Gw menonton Sri Asih karena 2 alasan: 1) Dukung perfilman Indonesia, 2) Ini feature film pertama si Cuprit. Yes, dia waktu itu berkesempatan jadi kru behind the scene Sri Asih, tepatnya jadi talent coordinator buat Jefri Nichol dan Dimas Anggara. Mayan dibayar macem freelancer, sekaligus dapet first hand experience syuting feature film komersil. Truly an honor.
So, Sri Asih gimana?
Hmmm… Gw bener2 sangat menikmati fighting scenes yang disajikan. Gokil. Bet.
Gw suka banget adegan fighting yang digarap dengan cantik, penuh twist, gerakan-gerakan baru yang fresh, ada sentuhan budaya Indonesia (pencak silat), diberi CGI dan special effect yang mumpuni dalam durasi yang efektif. Sri Asih berhasil deliver itu semua, baik di fighting yang 1on1 atau ramean.
Gw juga suka perannya Jefri Nichol di sana. Refreshing banget dia sebagai Tangguh itu. Cowok culun. Biasanya ngeliat ni anak berantem mulu kan. Entar kalo ketemu gw cengcengin ah~ wkwk
Kebetulan udah kenal sama Nichol karena project Pertaruhan The Series beberapa bulan lalu. Baek anaknya, santun sama orang-orang. Cuma masalah di time management aja. Ga bisa on time. Ga respect waktu orang. Masalah klasik artis2 yang udah gede namanya. Paling cuma 1% artis yang nggak begini.
Lah kok jadi ngomongin Nichol? Hahaha~~
Sayangnya, cuma 2 hal itu yang gw sukai dari Sri Asih. Selebihnya pretty much forgettable. Hanya hiburan mata sebentar saja. Keluar dari bioskop tidak meninggalkan impresi yang gimana-gimana.
Pertama gw merasa film ini gagal men-deliver emosi yang seharusnya ada di setiap sequence karena hampir setiap sequence isinya adegan2 hardcore. The emotion is just flat throughout. Ini masalah writing dan akting sih, hampir ga ada genuine emotion yang bener2 kena. Satu-satunya momen gw merasa ada emosi adalah ketika [SPOILER ALERT] Alana ketemu lagi sama temen masa kecilnya, Tangguh dan mengulang quote yang ia ucapkan ke Tangguh di hari perpisahan mereka puluhan tahun lalu. That was excellent. Menyentuh.
Other than that, just flat. So something about writing dan akting yang tidak sanggup men-deliver emosi dengan baik. What a waste of talent, aktor-aktornya A-class semua yang sebenarnya lebih dari mampu untuk men-deliver ragam emosi. Gw liat akting mereka di Sri Asih pada so-so aja, bahkan Reza Rahadian. Semua bermain di level sedang, no one goes higher or beyond.
Kedua, gw terganggu sekali sama makeup-nya Sri Asih yang literally cantik terus. Makeup-nya flawless. I mean, gw ngomong gini bukannya karena gw cewek dan peduli makeup ya. It just makes no sense. Whose bright idea Sri Asih tampil dengan full makeup? Superhero harusnya tampil dengan no-makeup-makeup-look, sehingga lebih fleksibel diapa-apain mukanya.
Alana/Sri Asih dihantam berkali2, di ring rinju, abandoned factory, rumah sakit, dll, there’s no single scratch on her face. That is ridiculous. Bahkan lipstiknya pun ga luntur. Ini apaan sih? Product placement matte longlasting lipstick? Ga bisa gitu dong~
Ketiga, karakter Alana/Sri Asih herself. Dangkal. Dari kecil kita diperlihatkan sosok Alana yang berani, nekat, dan percaya diri, gitu terus sampai dewasa. Menjadikannya sosok superhero yang boring. There’s no character development. Di 1-2 kesempatan Alana dealing with more “human” emotion, seperti ketika kerasukan Dewi Api dan ibunya sakit, tapi itu pun ga deep dan ga ada hubungannya sama character development dia ke belakangnya. Akting wise, Pevita banyak pe er nih.
Keempat, there’s some contexts missing di alur ceritanya, yang membuat villain reveal (Reza Rahadian-Roh Jahat) yang harusnya epic jadi tidak sama sekali. Some mystery twist yang gagal dibangun dari awal. Yes true no one is suspecting him as a villain, tapi build up ke sananya gagal dibangun karena missing context itu.
Overall, satisfying to watch at best, but never near mind-blowing. (6,8/10)
Udah ah itu aja, udah mayan panjang postingannya. Laters!
No comments:
Post a Comment