Sunday, November 2, 2025

Me Wassup #115: Film Pangku, G-Dragon in Cinema Ubermensch, Halloween Party, Konser Laleilmanino

Hi guys, how yall doin?

Masih dalam edisi Seeta kebanyakan acara dan pulang malem terus, minggu ini jadwalnya lebih padet dari minggu lalu. 

Dimulai dengan hari Senin yang dipakai untuk ke dokter gigi di MMC. Kena vonis root canal lagi karena yang ternyata sebelumnya bocor sehingga bakteri masuk lagi dan sarafnya meradang lagi. Ealaaahh~ Gimana sih, MMC?! Kan gw root canal pertama kali juga di situ~ Harusnya dapet refund nih~ Perlindungan customer~ Huff~

Lalu diberitahu biaya operasinya 12juta, yang di-cover asuransi cuma 4juta. Are you kidding me? Abis gajian tiba-tiba kena liability 8juta gini?! No thanks. Pivot cari RS lain >> back to Lakesgilut Halim. Wkwk~

Udah kesana kemarin, bener emang harus root canal lagi katanya. Tapi Alhamdulillah biayanya ga 12juta. Walaupun ga bisa bayar pake asuransi, cuma disuruh bayar 500k aja per kontrol. Estimasinya 3-4 kali kontrol, jadi total 2juta. Masih mendinglah daripada 8juta~

Lanjut ke hari Selasa menghadiri gala premiere film debut penyutradaraan Reza Rahadian, Pangku. Terima kasih rekan sejawat di Awe yang kasih tiket nonton.



Reza really had come a long way since I worked with him last time in 2014. Waktu itu beliau jadi juri XXXXX Sampul. Termasuk juri yang galak, hobinya nangisin finalis. Wkwk. Kalo ada kesempatan ngobrol sama Reza sekali lagi, pengen bawa topik ini lagi. 

Anyway, Pangku gimana filmnya? Suka sih. Enteng. Very simple story. Gw udah expect film berat yang bakal mikir banget, ternyata nggak. Almost slice of life, tapi life-nya ya life of a  prostitute. Hehe~

It’s pretty heartwarming karena porsi besarnya adalah family drama. Filmnya cukup panjang tapi ga padet dialog. Cukup mengandalkan acting dan writing, scene demi scene berhasil deliver message dan emosi dengan baik. [8/10]-lah dari gw.

Paling agak kecewa sedikit sama endingnya. [spoiler alert!] Si Sartika, udah kecebur di lobang yang sama 2x—dikecewain laki-laki 2x, kok ya ga belajar dari pengalaman? Ga mengubah hidupnya untuk jadi lebih baik? Endingnya dia masih sama miskinnya, nasibnya ga berubah..

Oh well. Sudahlah, tidak perlu overthinking, itu hanya film. 

Hari Rabu, meluncur ke CGV GI untuk premier film, tapi kali ini berbayar. I am watching concert-movie, G-Dragon in Cinema Ubermensch. Finally bisa ketemu abang GD, walaupun dalam versi yang lebih budget. Hehehe~ Sorry ya bang, abis harga tiket konser u bener-bener ga make sense~



Gw nonton di Screen X, yang layarnya 270 derajat alias ada 3: depan, kanan, kiri. Mayan juga experience nontonnya, walaupun kursinya ga goyang-goyang macem 4DX. Fyi, throwback ke 2013, gw nonton One of a Kind concert-movie juga di tempat yang sama. Bedanya, waktu itu 4DX. 

Screen X is 10/10 Chef’s Kiss, apalagi kalo GD lagi perform featuring Taeyang dan Daesung, itu masing-masing layar diisi mereka, berasa dikelilingin idol. Gile, nonton konsernya langsung aja ga bisa achieve visual kayak gitu. 

Beberapa kali screen kanan dan kiri dikasih visual effect, supaya pengalaman nontonnya lebih berkesan. Kadang-kadang ditaro lyrics juga. Mantaplah. 

Yang rada kurang menurut gw adalah sound-nya, masih kurang “konser” gitu, kurang surround, kurang bikin bergetar. Masih stereo. Bass-nya ga berasa. Jadi kurang hidup. 

Satu hal yang gw syukuri setelah menonton… ternyata ga nyesel2 amat ga nonton konsernya, karena si abang sebenernya jarang nyanyi juga. Wkwk~ Banyakan adlibs and stage act—acting cool, which is fine, he IS cool. Tapi kayak… men suara lo tuh bagus, lirik lo juga bagus, udah capek-capek dibikin kok ga dinyanyiin? 

Gw liat GD di Ubermensch nggak se-all out/se-fly Motte sih. Di Motte tuh Masyaallah Tabarakallah, kharismanya meletup-letup. Lebih lepas, lebih liar. Idk, mungkin yang kali ini sudah ada pengaruh penuaan. Hehe~

I was really happy he still brought my faves: R.O.D, Who You, That XX, Heartbreaker. Mudah-mudahan tahun depan abang menepati janji untuk comeback BigBang ya. Kita bela-belain tiketnya mau berapapun kalo BigBang mah. Walaupun ga kebayang 3 member doang gimana jadinya ya? wkwk~ 

Hari Kamis, hari tersibuk, ada 2 acara. 

Lupa bilang tadi, film Pangku mulai jam 20:00, selesai jam 22:30, baru sampai rumah jam 23:30, tidur jam 00:30, jam 7 udah harus bangun lagi.

Film GD mulainya jam 20:30, selesai jam 22:30, baru sampai rumah jam 12, baru tidur jam 1, jam 7 udah harus bangun lagi.

Dua hari berturut2 kurang tidur, basically hari Kamis itu gw zombie mode dan harus menjalani 2 acara sekaligus: Halloween Party di Kantor & Konser Laleilmanino.

Dua-duanya super fun sih, tapi ga bisa 100% karena basically lelah jiwa raga.

Halloween Party: ini comeback setelah 6 tahun yang lalu jadi Powerpuff Girl sama Echa dan Opiq di Dian. 



Kali ini di Awe, gw mewakili Orange is The New Black (OITNB) universe. <3



Cute little backstory:

Baju napi itu gw beli di toko kostum di Melbourne tahun 2017 yang mana saat itu gw lagi suka-sukanya sama OITNB. Niatnya sih buat dipake Halloween party di sana, so I want to proudly wear it.

Waktu itu sebenernya lebih into Stranger Things. Series yang pertama kali gw tonton di Netflix dan bikin gw ngefans sama brand ini yang kemudian menjadi kebutuhan primer sejak di Melbourne sampai sekarang and the whole reason I am where I am now. 

Tapi kala itu Stranger Things udah amat sangat populer sehingga yang dressing up as Eleven for Halloween pasti banyak banget. So, I went with my 2nd favorit Netflix show yang juga lagi populer di masa itu, OITNB. 

Alas, waktu itu Halloween momennya pas banget final exam. Jadi ga bisa ikutan party karena harus lembur berhari-hari ngerjain paper. Alhasil baju itu ga pernah terpakai dan menjadi penghuni senior di lemari gw, mendekam di tumpukan paling bawah selama hampir 9 tahun. 

Allah Maha Baik. Tahun 2025, siapa sangka gw bisa bergabung as employee. So, wearing my OITNB outfit for the company’s Halloween party just feels right. :’)

I will cherish this moment forever. <3


Pulang kantor, menghadang hujan deras menuju ke Istora Senayan untuk Konser Laleilmanino. 



Konsernya kelamaan! Kirain 2 jam, ternyata 3 jam, dan mulainya ngaret! Di tiket bilangnya jam 19:30 mulai, baru mulai 8:15. Gw udah expect 2 jam kelar, sehingga bisa pulang 21:30. Nope, jam 11 baru keluar Istora, setengah jam dapet GoCar, sampai rumah jam 1. This zombie bahkan udah terlalu lelah untuk makan orang. 

Kalau diliat dari sisi positifnya, ya itu tiket 300rb jadi worth it banget sih. Apalagi Laleilmanino bawa guest star banyak banget. The concert almost felt like a variety show. 

But still, it was too long for me. Ga suka konser kelamaan. Sejam pertama masih bisa singalong dan joget, sejam berikutnya sampai selesai, simply dead. Mata tetep melek aja susah. Please, I just want to go home. 

Regardless of that, teruntuk Laleilmanino, terima kasih banyak atas sumbangsihnya terhadap musik pop Indonesia. You guys touched the hearts of so many people. Membantu banyak orang untuk bisa mengekspresikan perasaannya. Membantu banyak musisi untuk mendapatkan rekognisi. Berbagi rasa dan cerita. 

Teruslah konsisten berkarya dan gw yakin 20 tahun lagi kalian akan menjadi legend di industri musik indonesia. I’m sure you’ll draw a bigger stage dan crowd. 20 tahun lagi, Istora udah nggak akan muat, yall have to do GBK. :)

Okelah itu aja buat postingan hari ini. Kebanyakan acara, capek as fuck, tapi overall fun. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan. 

And… just like that, October is officially over. Two months remaining. Anxiety is at all-time high. 

Di tengah ketidakjelasan nasib gw ini, bisa-bisanya impulsif ikutan Vietnam trip-nya Nanien 10 hari lagi! Well, I desperately need a sense of accomplishment this year, even just a little. Vietnam ada di bucket list 25 Before 40. So it was an easy decision. 

I also want to feel a sense of control again, karena terlalu banyak hal yang ga bisa gw kontrol sekarang. Attending events, planning a trip, I can control all of those. They give me purpose. I like that.

Semoga ada kabar baik sebelum akhir tahun. 

Jika tidak ada pun, semoga ikhlas kembali hadir buat gw. 

I mean, break 3 bulan juga bukan ide yang buruk—it was the original plan. Always wanted to try that silent retreat and Qigong class in Bali. 

I guess what I’m not ready for is the farewell. 

So much good stuff here. Way too much. 
 

Sunday, October 26, 2025

Me Wassup #114: Tribute to Glee Musical, Oma Opa Dateng, Reuni Unimelb, Zombie Premiere

Hi guys, how yall doin?

Mood gw Alhamdulillah sudah membaik sejak postingan terakhir. Ada faktor minggu ini banyak kegiatan menyenangkan juga. So walaupun sekarang lagi sakit gigi (yaelaaahh pengeluaran lagi dehh~~), gw akan sebisa mungkin menuliskan semuanya di sini, supaya memori baiknya terasipkan dengan baik. 

Tribute to Glee Musical

Sebuah ajakan dari Auwri yang awalnya gw ragukan. Tapi setelah menonton sama sekali tidak menyesal. Probably the best 120k spending this year. Bayangin aja, bayar 120k udah dapet performance 4 jam! Total ada kali 40 lagu! Warbiasak!




Yang mengadakan adalah sebuah komunitas (?) musik bernama Cantalevia Co dan acaranya di Taman Ismail Marzuki (my first time there!). Basically ini konser sih, bukan teater. Jadi kita bebas nyanyi, teriak-teriak (dalam batas wajar), joget, ngerekam, bawa lightstick/atribut. 

Lumayan surprised Glee fans-nya masih banyak, padahal seriesnya udah tamat dari 2015—10 tahun yang lalu, men! Gw inget nonton Glee pas masih kuliah, nontonnya copy dari donlotannya Nanien. Hahaha~~

Bisa dibilang setengah dari setlist yang dibawain kemarin gw hapal. Luv banget ada tribute to Wicked, both Defying Gravity & For Good dinyanyiin. I like Glee version of both. Long live Kurt Hummel/Chris Colfer, our Gleenda. ;)

Rachel Berry mah ke laut aja. Wkwk~

Oma Junita dan Opa Jim Dateng

Sebenernya mereka udah dateng dari 3 minggu yang lalu, tapi waktu itu cuma mampir bentar ke Jakarta lalu takeoff ke Malang, Raja Ampat, dan Kalimantan. Luar biasa emang opa dan oma gw ini. Usia udah 80+ tapi masih semangat jalan2 kesana kemari. Menikmati hidup semaksimal mungkin.




Oma bawain Jamin, permen favorit gw 5 pak yang langsung gw lahap sambil baca buku Rapijali karya Dee Lestari. Kalo baca buku kan ga bisa makan snack ya, nanti tangannya kotor, bukunya ikutan kotor. Jadi makan permen aja.

Eh… jadi sakit gigi~ T.T

Btw ada gila-gilanya bokap gw, buat opa oma stay di Jakarta, dia bookingin hotelnya Amaris! Wtf~ Pake acara bookingin kamar tambahan buat gw sama ade gw lagi! Yaolohhh sungguh pengalaman legit “Jika Aku Menjadi”/social experiment~ 

Ngamuk gw langsung~ Booking hotel ga berkoordinasi sama gw~ They really don’t deserve Amaris for God sake. Besoknya gw bookingin hotel yang lebih bagus, Oak Tree di Blok M. 

Seriously guys, let’s work hard so that we can at least afford hotel bintang 3+ ke atas ya. Kalo elo traveling sama gw, fyi, I don’t do hotels di bawah bintang 3. Kalo elo mau berhemat silakan, gw akan cari hotel sendiri. I really need a proper sleep environment after a long and tiring day. Makasiy. 

My 1st “Real” Zombie Premiere

Iya, karena zombie premiere yang sebelumnya kan acaranya dagelan. LOL~

Yang sekarang, the real zombie premiere. Premiere film zombie yang amat sangat proper. :)

Woohooo~ Acara kantor yang paling gw tunggu2. Bulan Juli kemarin ada sih acara serupa, tapi yang ini skalanya lebih gede.

I always love acara kantor sekarang ini karena produksinya proper. Semuanya maksimal. Hence, gw pun tampil maksimal. Salah satunya dengan menyiapkan outfit yang tidak sembarangan. Gw hampir selalu beli baju baru untuk acara Awe dan acara zombie premiere kemarin pun begitu. Beda bangetlah sama zaman di Errthing, mau premiere skala gede or kecil, tetep aje bajunya informal. Either legging + hoodie or kaos & jeans item-item. EO style. LOL




Dresscode-nya traditional black. Ketika browsing di Shopee, menemukan this black batik kebaya dari Oemah Etnik kolaborasi sama Bocorocco. Langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Seriously. Setelah ngeliat itu, baju-baju traditional black lain jadi tampak b-aja gitu.

Tapi lumayan pricey, jadi ada adegan galau dulu beli or not. Tapi kemudian menyadari kalo gw emang ga punya kebaya dan ga punya baju pesta. Jadi justifikasinya adalah ini investasi jangka panjang. So, kita beli aja. Mendingan nyesel beli daripada nyesel ga beli kan??? Nyehehe~~ 

Acara berlangsung lancar, walaupun delay 2 jam karena mendadak hujan badai. Gw aja terjebak macet 1,5 jam yang bikin anxiety mampus. Sejak jadi LRT babe ga pernah kena macet soalnya. Sekalinya kena macet langsung anxiety~ Huhu

Reuni Unimelb

The fact that gw tinggal di Jakarta membuat gw semakin hari semakin jauh sama Melbourne. Kayak disconnected gitu. Padahal my years in Melbourne are the best times of my life. Jadi gw selalu mencoba at least setahun sekali ada koneksi sama Melbourne dan yang paling gampang adalah menghadiri event-event kampus di Jakarta. Kemarin menghadiri ini.




Namanya acaranya sungguh appealing untuk single lady seperti saya kan? Hahaha~~

So I signed up. Kebetulan penasaran juga sama venue-nya The Orient Hotel di Bendungan Hilir yang udah lama pengen gw cek. Cakep lho hotelnya, nuansa etnik yang agak eerie, tapi sophisticated. Wajib cobain staycation di sana sekali-sekali!

Acaranya di Mezzanine, yang terletak di lantai 25, so we got almost the whole view of Jakarta skylines during the golden hour. Splendid!

Terus gimana acaranya? Yha okelah. Wkwk~

I made new friends (yang langsung pada nge-add IG gw, yaudahlah ya, kan emang pengen jadi extrovert). Konsepnya lumayan unik, karena kita dibagi 2 grup gitu: host dan rotater. Ada 6 meja bundar, yang host akan stay di meja itu, yang rotater harus berpindah 10 menit sekali. Gw kebagian host, jadi jaga kandang terus. Not that fun.

Yang dateng rata2 alumni muda, meaning yang baru lulus 5 tahun terakhir. Gw termasuk salah satu yang paling tua di sana, secara lulusnya 8 tahun yang lalu ya, Kak.

Banyak orang2 pemerintah juga, ada yang kerja di kantor pajak, Kemenkeu, bea cukai—sehingga perbincangan pasti (walaupun kita coba hindari) selalu ada maneuver ke Purbaya, Purbaya, dan Purbaya. LOL~

Tapi ada juga yang sektor swasta, salah satunya mas Agung yang kerja di Shell Indonesia, yang dengan tenang dan sabar menjawab pertanyaan sejuta umat: Jadi gimana nasib Shell di Indonesia ke depannya???

Gw ga bisa kasih tau jawaban lengkap beliau karena janji off the record. Haha~ Intinya sih, they are working on it. Insya Allah bisa comeback. Mangat mas Agung! Gw dukung dari jauh! Loyal customer Shell banget nih saya! 

Anyway, acara reuni kemarin sedikit banyak bikin gw nostalgia Melbourne life juga. Literally setiap temen baru gw tanyain “dulu rumah lo dimana?” just so I could flashback to area-area familiar yang maybe dulu sering/pernah gw kunjungi. 

Banyak yang tinggal di Brunswick (obviously) dan di sekitar kampus atau city—supaya bisa tinggal jalan kaki ke kampus. Typical orang Indo/mahasiswa internasional di sanalah. 

“Ah lu orang mainnya kurang jauh~” ujarku dalam hati.

Literally semua kaget dan bingung ketika gw bilang gw tinggalnya di Armadale. Lingkungan elit dan strategis (dilewati 3 tram dan dekat dengan 3 train lines), very nice neighborhood, jauh dari hiruk pikuk tapi dekat dengan tempat-tempat eksis: St. Kilda beach, High Street, Chapel Street, dll. 

Notable mentions: The Royal Women’s Hospital (pernah ke sana menjenguk temen gw yang anaknya dirawat—the most beautiful hospital I’ve ever seen!), South Melbourne Market (ooh I miss those oysters!!), Camberwell Market (kegiatan favorit setiap hari Minggu, walaupun ujung-ujungnya ga beli apa2~ haha).

Aah I miss Melbourne. Harusnya ke sana bulan Januari, tapi ga jadi karena nasib gw belom jelas~ Hix~

Alright, that’s all for today.