Hey sorry I haven’t got time to write again.
Just got back from China last Monday, and this post
will summarize the trip:
Beijing is full of pencitraan, Shanghai is cool.
Gw pergi bareng 3 anak kantor, Tara, Lodang, Kiki. Kita
mengunjungi Beijing dan Shanghai, 2 kota yang penuh harapan untuk gw. Simply karena
di Beijing ada The Great Wall – yang ada di film Mulan, dan Shanghai adalah
lokasi syuting Meteor Garden 2018. Hahaha~
Ya, dua itu adalah motivasi gw. Sereceh itu kedengerannya,
tapi penting buat gw untuk berada sedekat itu dengan hal-hal pop culture yang
gw sukai.
Sampai di Beijing, kita kaget karena orang2 pada ga
bisa bahasa Inggris dan tidak helpful. Semuanya harus DIY. Dari bandara ngga
ada kereta langsung ke city jadinya harus naik semacam Uber. Untung perginya
sama Tara yang bisa bahasa Mandarin dikit-dikit, jadi ga sepenuhnya lost.
Beijing kotanya penuh pencitraan, mungkin karena kota
pemerintahan. Tata kotanya rapi, jalanan mulus, bangunan campuran antara kuno
dan modern, tapi dijaga dengan baik sehingga masih terlihat layak, hampir tidak
ada sudut kota yang terlihat kumuh.
Di beberapa bagian kota kami menemukan kemacetan. Either
jam pulang kantor, atau weekend/malem minggu. Khas ibukota.
Jarak antara satu tempat ke tempat lain lumayan jauh. Ga
ada bedanya pake mobil atau train, sama2 lama.
Shanghai is cooler. Orang2nya banyak yang berbahasa
Inggris walaupun tidak fasih. Dibanding Beijing, porsi modernnya lebih banyak
dan lebih futuristic. Main ke daerah Pudong yang gedung2nya seperti sangat tidak
nyata karena keren banget. Shanghai really is city from the future.
Having a lot of fun shopping too. Harga2nya memang
mahal sih, tapi karena itulah kita bekerja keras, bukan? Hehehe~
Penuh banget, nyet!
Salah strategi sih kita datengnya bulan Juli, yang
adalah bulan liburan anak sekolah dan kuliah. Dimana2 penuh orang, dimana2
ngantre. Di beberapa tempat wisata bentuk crowd-nya menyerupai crowd orang naik
haji di Mekkah. A huge pack of people walks slowly toward the same direction. It’s
crazy. The most populous country indeed.
No English, sorry
Look, I get that China is super chauvinist. I know
they don’t insert English in school curriculum, that’s fine. But I get the
impression that this country doesn’t need tourists as well. Tidak banyak infrastruktur
dibuat untuk memudahkan turis. Tourism center, English map, English-speaking personnel,
dll nggak ada. Metode pembayaran banyak yang hanya bisa pakai QR code, no cash,
no card. Not to mention semua produk Facebook dan Google diblok. Well yeah,
bisa sih pakai VPN, tapi nggak selamanya efektif.
Ya nggak apa2 sih, toh mereka memang negara dengan
penduduk terbesar. Tapi masa segitunya banget?? Hiks.
Toilet Horror
And by horror I mean penuh bom dan jorok. Memang ga
semua sih, ada beberapa yang bersih juga, tapi 90% toilet yang gw temukan super
horor. Jadi kalo ada panggilan alam, jantung berasa mau copot ngebayangin
toilet terdekat bentuknya kayak gimana. Pertolongan pertama ada pada tisu basah
dan tisu kering, harus bawa sendiri just in case. Lalu, kalau bisa, carilah
toilet jongkok, so at least your thigh doesn’t have to touch the thing.
Rain, rain, and rain~
Luput dari perhatian kami bahwa summer comes with
rain. Kami terguyur hujan berkali-kali di Beijing dan Shanghai. Paling parah
ketika di Disneyland, Shanghai. Hujan sepanjang hari. Beruntung bawa jas hujan
dari rumah, sehingga tidak perlu membeli jas hujan di Disneyland seharga 60
yuan.
Yang lainnya tidak seberuntung itu. Karakter-karakter
Disney jarang yang bermunculan karena hujan. Beberapa wahana outdoor tidak bisa
kita naiki karena tutup sementara. Sepanjang hari kami berdoa supaya tubuh ini
kuat main di Disneyland hingga malam. Karena tiket masuk 1,1 juta rupiah tentu
tidak boleh disia-siakan.
Disneyland, Shanghai
Disneyland Shanghai memang lebih besar skalanya
dibanding Hongkong. Tapi wahana-wahananya tetap level anak kecil. Tidak ada
yang ekstrim, semuanya bisa ditoleransi. Tapi inovasinya bolehlah. Pirates of
the Caribbean dan Soaring Over The Horizon memberikan pengalaman yang tidak
terlupakan. Tron menegangkan, tapi tidak ada apa2nya dibanding semua rides di
Movie World, Gold Coast.
So far selama 12 jam di Disneyland, kita bisa naik 10 rides. Lumayan, walaupun kesabaran teruji banget ada yang ngantrinya sampai 2 jam. Kaki sampai sakit~~
Food is Awesome!
F yeah, semua kenistaan China yang gw sebutkan di atas
dimaafkan karena makanannya enak2 banget. Mulai dari street food sampai fancy
restaurant, dumpling to noodles, any kinds of bubble tea, nggak ada yang
mengecewakan. Mungkin beberapa sedikit hambar untuk lidah orang Indonesia, tapi
bumbu dan freshness-nya kerasa.
Seneng juga karena bisa reuni sama beberapa snack China kesayangan, yang dulu sering dikasih sama Matahari di Melbourne. They are freaking cheap! 30% isi koper pulang penuh sama snack saking kalapnya belanja. Hahahaha~~
Mungkin itu aja yang bisa gw share soal China sekarang.
Do I want to go there again someday? Hmmm… Maybe. Under
one condition: harus ada teman yang bisa berbahasa China nemenin. Kalo ga ada, I’m
good with other countries. Thanks. Xiexie. Wkwkwk~
Zaijian!