Showing posts with label when i'm all badmood. Show all posts
Showing posts with label when i'm all badmood. Show all posts

Tuesday, August 26, 2025

Now what?

Hi, guys! How yall doin?

Got into this convo with friends a few weeks ago.

“So you’ve reached your goals, now what?”

photo creds here


--Ini cerita pertama--

Sejak kecil, kita diperkenalkan dengan konsep cita-cita.

Arti kata cita-cita menurut KBBI:

cita-cita (n) keinginan yang selalu ada di dalam pikiran

Dalam prakteknya, cita-cita hampir selalu dikaitkan dengan konteks karier atau dream job. Jadi ketika orangtua atau guru bertanya pada diri kita sewaktu kecil, jawabannya hampir selalu profesi. 

Dokter, pilot, pramugari, ilmuwan, guru, polisi, PNS (I know particular parents yang menanamkan konsep PNS adalah segalanya sejak dini, wkwk)—to name a few cita-cita yang paling populer, at least di lingkungan tempat gw dibesarkan.

Gw sendiri pernah bercita-cita menjadi dokter waktu SD. Menurut Seeta kecil, dokter itu semacam magician, bisa menyulap orang sakit menjadi sehat. Gw juga merasa dokter itu profesi yang mulia, karena menyehatkan bangsa. Karena itu, gw pernah kepingin jadi dokter. 

Sayangnya cita-cita ini kandas ketika SMA, ketika tau bahwa secara akademis gw tidak memenuhi syarat menjadi dokter. Berkali-kali simulasi tes masuk Kedokteran UI selalu gagal. Pun gw tidak jago-jago amat di Fisika dan Kimia, jagonya cuma di biologi~ Jadi yaa realistis aja. 

Sekitar SMP ketika gw mulai intens berkenalan dengan pop culture, pernah juga bercita-cita jadi aktris dan rapper. Wkwk~

Random sekali memang. But seriously, gw beneran merasa gw jago akting karena jago bohongin orang sempet ikutan teater and I fucking nailed a couple of plays. Juga terinspirasi film-film dan artis-artis remaja masa itu tentunya, Lindsay Lohan, Hilary Duff, Amanda Bynes, dll. Terus gw tuh bisa lho hapal script satu film full dan re-enact scene-nya, sebwah skill yang ga ada faedahnya. Wkwk~

Lalu, karena pernah ada masanya I was really into hip hop and rap music thanks to Eminem and Linkin Park, gw pengen jadi rapper. I thought it was so cool to be able to write and sing a rap lyric/cipher that not all people can decipher. Sampai sekarang gw masih bisa nyanyi lagu Lose Yourself – Eminem, Empire State of Mind – part rap-nya Jay-Z, Bang Bang – part rap-nya Nicki Minaj, dan God knows how many lagu-lagu Linkin Park, so flawlessly. My biggest flex to date. :p

Sayangnya, cita-cita jadi aktris dan rapper pun harus dikubur karena tidak realistis juga. Tidak bisa diajukan kepada my Asian parents yang mementingkan sekolah dan prestasi akademis. I didn’t even dare propose the ideas to my parents. Udah kebayang reaksinya, “mau jadi apa masa depan kamu?!” wkwkwk~

Hihihi.. Seru ya punya cita-cita tidak realistis.

Kemudian gw berkenalan dengan media massa. TV, radio, majalah, koran, film, buku, musik, dan jatuh cinta pada industrinya. Industri media. Terutama majalah sih waktu itu, nyokap gw selalu bawa pulang majalah hasil dari placement iklan agency tempat beliau bekerja. Semua majalah yang dibawa nyokap gw baca, ga cuma majalah remaja macam Gadis, Cosmo Girl, Go Girl, Kawanku, Hai, tapi juga interest-based magazine kayak majalah otomotif, gadget, National Geographic, Reader’s Digest, dll.

Semakin sering baca majalah, semakin cinta dengan industri media, lama-lama terbesit keinginan untuk berkarier di sana. Kayaknya seru nih, kalau bisa jadi orang yang bekerja di media. Bisa dapet akses ke informasi-informasi menarik lebih duluan dari orang lain, akses ke event-event seru, ketemu orang-orang penting, traveling ke tempat-tempat yang gw belum pernah datengin sebelumnya, on top of that, DIBAYAR LAGI. Wkwk.

Yang kepikiran waktu itu ya kerja di majalah, jadi jurnalis/editor. Ini menjadi cita-cita pertama gw yang realistis. Kebetulan gw juga dianugerahi bakat menulis hasil konsisten menulis diary sejak SD, jadi align dengan cita-cita menjadi jurnalis/editor itu. Alhamdulillah, orangtua approved.

So all set. Fast forward, masuk Ilmu Komunikasi – UI, program studi jurnalisme. Begitu lulus, dapet kesempatan jadi jurnalis di Majalah XXXXX, yang kemudian di-promote jadi editor 2 taun kemudian. 

Cita-cita pertama gw tercapai di usia 24 tahun. 

Sounds awesome? Yeah. Ada masanya gw bangga banget sama pencapaian itu. Tapi ga lama, karena setelahnya gw bergumul dengan konsep baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. 

Kalo ada satu hal yang orangtua lupa/tidak bahas/sosialisasikan/ingatkan/kenalkan pada kita ketika mereka memperkenalkan konsep cita-cita, itu adalah apa yang akan terjadi pada kita, atau apa yang harus kita lakukan, setelah cita-cita itu tercapai.

In my case, which I’m pretty sure terjadi pada anak-anak lain juga, mereka tidak melakukannya. Konsep cita-cita itu berhenti ketika cita-cita sudah tercapai. Lalu setelah itu, apa? Now what?

Do we have to live with it for the rest of our lives?
Do we have to set new goals?
Do we have to make something out of it?

What should we do???

Gw bingung banget waktu itu.

Apalagi setelah dijalani, realitanya menjadi jurnalis/editor itu pahit. Problem utama di penghasilan. Di balik semua privilege-nya, mereka hanya kuli tinta yang penghasilannya rendah secara industry standard. When reality bit, I got family to feed, bills to pay, lifestyle to support, pekerjaan itu menjadi terasa sia-sia buat gw. I didn’t gain much by the end of the day.

Belum lagi industri media konvensional seperti majalah dan koran waktu itu mulai tergerus digital. Oh great, not only everything that I did is a vain attempt, I was at risk of losing my job too if I just stayed there. Kebutuhan untuk upskill menjadi penting untuk bisa bertahan di industri ini. 

Pivot. Resign, masuk agency. Persetan dengan cita-cita.

--Ini cerita kedua--

Cita-cita masa kecil gw yang lain adalah kuliah S2 di luar negeri. Inspirasinya dari mana gw lupa sih. Tapi sejak kecil gw selalu tau pendidikan gw ga berhenti di S1. Kenapa luar negeri kalo ga salah sih ya karena logika aja. Gw S1-nya udah di UI—kampus #1 se-Indonesia. Gw selalu mau goes above and beyond in the next step of my life, jadi ga mau kuliah di Indonesia lagi. Ibaratnya di Indonesia gw udah kuliah di kampus ranking tertinggi, berarti S2 harus di kampus yang ranking-nya di atas UI, yaudah harus ke luar negeri.

I always wanted to try living abroad by myself as well, melatih kemandirian. 

So all set. Fast forward, mengejar beasiswa Purpose dan dapet, diberikan kesempatan untuk memilih kampus dan jurusan juga (yang mana gw pilih sesuai industri yang gw suka—media and entertainment), menyelesaikan S2 di Melbourne dalam 1,5 tahun (ketika orang lain butuh 2 tahun).

Cita-cita kedua gw tercapai di usia 28 tahun.

Lalu siklusnya berulang. 

It sounds awesome indeed. At that time, I felt like I could conquer the world. Pulang ke Indo dengan penuh kebanggaan. 

But again, rasa bangga itu nggak bertahan lama. 

Kembali bergumul dengan “now what?”

Gw harus ngapain nih???

Bingung lagi.

And again, another reality bites moment followed right away. Right after for good, langsung jadi pengangguran berbulan-bulan. Cari kerja paska S2 di luar negeri ternyata tidak semudah itu, Fergusso. 

Another concept yang ga di-heads up sama orangtua kita, cita-cita always comes with consequences. Ada terms and condition yang ga terlihat lho. 

--Ini cerita ketiga--

Sejak tahun 2016, alias sejak nonton Stranger Things pertama kali, gw selalu pengen bekerja di Awe. Ambi banget ini, level ambinya 11-12 sama dapetin beasiswa Purpose. Tapi berkali-kali apply (kayaknya to the point my CV auto-reject by system~ wkwk) not even sampai dikontak~

Fast forward, setelah menjalani 1 tahun di QQ yang menyenangkan (to the point kerja di Awe udah bukan ambisi lagi) dan 3 tahun di Errthing yang painful, siapa sangka Awe came out of nowhere. At the time of hopelessness, when I wanted to break free from Errthing so fucking desperately, Awe came to the rescue. I was scouted—contrary to what has been happening a.k.a gw ngejar-ngejar Awe. Kali ini Awe yang ngejar-ngejar gw. Oh so uh-mazing~

Cita-cita ketiga gw tercapai di usia 36 tahun. Tepat 9 tahun sejak gw nonton Stranger Things pertama kali. [eaaa]

Bedanya, kali ini T&C-nya terlihat nyata. I won’t be there for long. Seakan Tuhan udah capek terus menerus mengabulkan cita-cita gw. Biasanya dikasih satu gelas full, sekarang setengah gelas doang. Hahaha~ Canda Tuhan~

So as expected, sekarang gw kembali bergumul dengan "now what?". Padahal udah masuk Awe nih, ibarat kisah Disney princess, sekarang udah di part happily ever after. But no, gw masih bertanya-tanya "now what?"~

Masih banyak lagi cerita tentang cita-cita gw yang tercapai. Tapi yaa.. ending-nya selalu begitu. Selalu ada “now what?” dan konsekuensi hasil manifestasi reality. 

Akibatnya? Gw jadi takut punya cita-cita lagi karena jujur sampai sekarang gw belum punya jawaban buat pertanyaan “now what?” ini. 

Jadi sekarang gw harus gimana? harus ngapain?

Kalo udah tercapai, apakah cita-cita itu harus dilanjutin, di-stop, di-renew, di-auto cancel, di-upgrade, dibiarin, atau apa?

Kalo kalian punya jawabannya pls let me know. 

Sunday, July 20, 2025

Tough Week

This week is really tough.

Setelah April, Mei, dan Juni yang penuh rainbows and unicorns, roda kehidupan gw berada di bawah bulan Juli ini. I am reaching rock bottom and that ain’t feel good. 

After 3 months, I finally met my first obstacle at work, and that is… communication~

Sounds petty, huh? Indeed.

I’ve been overthinking it for a week. It really affects my mood and productivity.

But I don’t wanna talk about it now, sorry. It’s bad if I don’t channel the emotion right away, I know. Malah jadinya kependem dan numpuk, kayak numpuk virus di badan~

But I just want to make peace with myself first before telling you guys. Hope you understand.

Hari Rabu kemarin, ibunda sahabat gw dari SD, Grace, meninggal dunia setelah koma hampir 2 minggu. RIP Tante Ellen. 

Ini juga bikin gw sedih karena gw deket banget sama Grace. I can feel her loss, her pain, her exhaustion. Stay strong, my Gracie. I will always be beside you. 

Nyokap gw nemenin ke rumah duka untuk ngelayat juga. The whole time she was sitting beside me, I couldn’t help but think that someday this would happen to me too. I will lose her too. I cried myself to sleep that night. 

Pokoknya tujuan hidup gw adalah membahagiakan nyokap selagi masih bisa. Mengabulkan semua permintaannya, berada di sampingnya, memastikan kesehatannya. I am all for you, mom. 

As if things can’t get any worse, I got my period yesterday and I’m in so much pain today~ 

My room is a huge mess. Got clothes on the floor, leftover food, gadgets and tangled cables, jewelry everywhere…

I tried to distract myself from these harsh realities. I watched so many movies this weekend. Didn’t work~

I think I need a Pensieve since there are recollections of things I would wish to hide or forget. Tapi bukan itu fungsi Pensieve sebenarnya ya?

*sigh*

I think imma just go see some therapist~

Ada rekomendasi?

Thursday, December 12, 2024

Brengsek! Brengsek! Brengsekkk!!!

Hi, guys! How yall doin?

Sebenernya gw masih ada 1 topik seputar konser 2NE1, tapi itu abis postingan ini ya. Yang ini lebih… mendesak~ Wkwk

Postingan ini mengandung gimmick One Piece jadi kalo kalian ga baca/nonton I think ga bakal paham deh. Sorry not sorry.

So uhm.. Gaes, kayaknya gw mengidap syndrome BOA HANCOCK deh~ Bjrotttt



Long story short gw masih mainan aplikasi... 

Ga tau kenapa ga kapok-kapok.. Padahal bener-bener learned it the hard way kemarin.. Tetep ga kapok loh.. Mungkin guilty pleasure~ LOL

Premium feature-nya udah ga ada. Ga ada niat buat renew juga, mlz. So I work on with what I have aja: makan nasi. LOL

Terus kemarin adalah satu.. My type. Heuuu~~

Dahlah langsung syndrome Boa Hancock-nya KUMAT~~ 

With only a mere few lines, langsung bulol dan bikin fanfic di otak~~

Sebuah kebiasaan buruk yang baru gw sadari, karena justru yang kayak gini endingnya malah ga kejadian~ Woooooo~~~

Tapi gimana donggg, the force is too stronkkk~~ I can’t control my mind and feeling~~ I’m too vulnerable when it comes to <3.. Heuheuheuheu

Demikian, siklusnya pun berulang: swipe-ngobrol-fanfic-ghosting-mental breakdown-swipe again

Sekarang, lagi mau mulai swipe again karena motherfucker yang kemarin akhirnya ghosting~

Brengsekkk!!!

Paling jijay di fase mental breakdown sih. Ya walaupun hilang dalam hitungan hari, tetep aja ada 1-2 hari yang sangat depressing ketika mempertanyakan ‘what the fuck?’, ‘what went wrong?’, ‘am I not worth it?’..

Ketemu aja belom udah baper~ Kan asu~

Anyway, gw bingung banget sih rencana the great Gee Oh Dee buat gw untuk urusan ginian apaan. Totally clueless. Kalo aplikasi bukan jawabannya, what should I do? huhuhuhu~

On top of that gw masih ga tau juga apa yang harus gw lakukan dengan syndrome Boa Hancock ini.. Apakah harus gw obati, atau biarin aja, atau malah dipelihara..?

Aaakkh ribet lu! Udah ah~

Bonus foto cosplay jadi non Glindah karena Defying Gravity masih diulang-ulang udah sebulan!

 

Sunday, October 20, 2024

Me wassup #99: dark and difficult times lie ahead

Hi, guys! How yall doin?

First of all, RIP Liam Payne.

Damn. Gone too soon. 2024 is cruel.

The ultimate reunion the whole world expecting terjadinya di kuburan…

Such a dark joke.

Gw bukan Directioner tapi ikutan sedih karena adek gw udah nangis dua hari. Hari ini dia sakit, kayaknya karena itu juga.

Sebagai yang pernah ditinggalin idola juga (re: Aaliyah, Lisa ‘Left Eye’, Chester Bennington & Jonghyun Shinee), gw sangat mengerti gimana rasanya.

Yang bisa mengobati hanya waktu.

But one thing for sure, the legacy lives on. Selamanya akan diomongin dan dikenang sama semua yang sayang dan ingat 1D. 

So don’t worry, everything’s gonna be alright.

Hari ini pelantikan presiden baru. Era kegelapan Konoha officially dimulai. Wkwkwk~

Gw kira setelah ribut-ribut fififofo, wapresnya diganti. Ternyata sama aja. Padahal kalo diganti gw merasa optimis dikit sama presiden yang baru. Huff.

Dumbledore said: 

“Dark and difficult times lie ahead.”

Semoga bangsa ini baik-baik saja, dijauhkan dari segala keanehan. 

Anyway, ga cuma Konoha yang memasuki era kegelapan, kehidupan saya pun demikian. Fufufufu~

Rezim baru officially dimulai. Gw ga tau nasib gw ke depannya akan seperti apa. Too early to judge. Sepertinya sih akan ada pergesekan-pergesekan, blunder-blunder tipis (ga) lucu. Mungkin prinsip-prinsip hidup gw akan ditantang. Mungkin gw akan dihadapkan pada banyak pilihan sulit.

Dumbledore continued:

“Soon we must all face the choice between what is right and what is easy.”

Semoga gw terus diingatkan pada the importance of integrity and courage over convenience and self-interest. Semoga gw tetap stay true to my values, even when it is difficult or when the easier path might seem more appealing



True bravery involves making tough choices that align with one's principles. 

Bismillah.

*sigh*

Ini kedua kalinya lho gw dihadapkan pada situasi seperti ini dalam karier. Sebelumnya ini. Ckck~ 

The great Gee Oh Dee emang lagi hobi memberi cobaan ke gw taun ini. Jenis cobaannya sama, ugly feelings yang pernah gw rasakan beberapa taun yang lalu, harus gw rasakan lagi (sebelumnya gw ceritain di sini). Ibarat penyakit lama kambuh lagi~

Hopefully merasakannya berkali-kali bikin gw imun ya, bukan makin sakit. Heuheuheu~~

Anyway next topic: hdj (read: sdrawkcab)

Guys, kayaknya the whole hdj things tuh bukan buat gw deh~

I’m too fragile for this shit OMG~

Capek banget. Baru permukaan aja udah baper… Baru ‘hello’ aja udah bikin fanfic di otak~ Padahal kan ga boleh gitu ya~ I know!! Tapi settingan default gw tuh udah begitu…

Gimana dong???

Telat banget lagi baru tau hipotesanya sekarang~~

GIMANA NIH?????

I need help. SOS. Mayday mayday~ Aaaaakkkkk

Anyway……

Kemarin ada tweet yang masih berhubungan soal ini.

Di sini gw mau memberikan my 2 cents. Hehehe~~

Imo, yang dilakukan si cewek udah benar. Just leave that broke-ass scrub. 

Tapi, statement si cowok ada benarnya juga sih (menurut gw). Like if it happens to me, misalnya gaji gw lebih besar gitu, there’s a chance gw akan--bukan disrespect ya bahasanya, lebih ke nggak percaya~ Trust issue. Nggak pede sama dia. 

Unless setelah melihat kenyataan ini dia jadi termotivasi untuk menyeimbangkan itu ya, atau bahkan melebihi itu. Do something to make him worth more-lah. Then maybe gw masih bisa terima.

I mean.. Bukannya gw matre ya, it's not about the money. Believe me, insya auloh gw sebagai pribadi udah memasuki status comfortable, hehehe~ 

It’s just I want my S.O to be more/better in everything than me. More intelligent, more mature, more confident, kinder, wiser, wealthier, funnier. This way, I’ll feel safe and protected around him. I am confident with him. 

Soalnya gw kan akan menghabiskan sepanjang hidup bersama dia ya, through thick and thin. There are a lot at stake here. So many unforeseen circumstances. Kita kan ga pernah tau di masa depan itu apa yang akan terjadi. 

Dengan memilih partner yang lebih, lebih, dan lebih tadi, setidaknya gw akan lebih merasa aman. I will have someone who will protect me, because he’s better in everything than me. 

I’m setting the standard too high for myself ya? Wkwk~ Makanya ga dapet-dapet. Nyehehe~~

Sebenernya ga harus lebih yang gimana-gimana. Bukan karena insecure juga. I also find myself intelligent, mature, confident, kind, wise, wealthy, and funny. It’s just misal gw ada di level 8, this guy harus level 9-lah, atau 8,5-lah. Just slightly better already OK.

Okelah itu aja. 

Happy weekend all!
 

Sunday, September 15, 2024

Semrawut

This week has been rough. My hormones hijacked my brain, my brain hijacked my body, I don’t even know~ LOL

Quotes di atas gw temukan di postingan Instagram seorang YouTuber Singapore yang dulu gw idolakan. Isinya sangat mewakili apa yang gw rasakan sekarang. 

Harusnya postingan ini adalah review konser Bruno Mars panjang lebar. But alas, not in a good mood for that (sorry Bruno, you really don’t deserve an emotionally damaged fangirl like me right now..). 

I really need to give this anxiety a space, otherwise I’ll blow up~

Dimulai dari sebuah kabar buruk menimpa di hari Kamis. Literally sehari sebelum konser Bruno Mars. Wow. Thanks, universe.

Bukan sekedar kabar buruk biasa, tapi kabar buruk yang memiliki efek samping berkepanjangan. Not sure if I can survive tbh~

Terlalu banyak hal di dunia ini yang ga bisa gw kontrol.

Sebenernya bisa gw lihat sebagai peluang. Just need a little boost to make it happen. Where can I find that boost?

*sigh*

Okay next!

You know that feeling when you see your friends rise to the top, but instead of feeling happy for them, you just feel so much like shit.

3 Idiots, salah satu film favorit gw sepanjang masa, pernah meng-highlight fenomena emosi ini.

“Your friend fails, you feel bad.. Your friend tops, you feel worse.”

Gw pernah merasakan ini 5 tahun lalu. Can’t believe I have to experience it again~ Kayak… ternyata sekali aja ga cukup, men~ Harus banget ya gw merasakan ini lagi?  What are your plans for me?*nanya ke the great G.O.D"

I thought I’d been immune to that stinky feeling, ternyata nggak.. Masih aja loh feeling like shit~

Failure doesn't hurt as much as the success of your friends. 

Ini tuh kondisinya gw lagi jatuh terperosok ke lubang yang sangat dalam. Belum sebulan lalu gw bikin postingan ini, sekarang tambah parah dengan melihat orang-orang lagi rising to the top~

2024 is definitely NOT my year.

I need to top up my meds.

Saturday, September 7, 2024

Me Wassup #97: 2NE1 is NOVEMBER, BRUNO MARS is NEXT WEEK, this week’s emotional rollercoaster, etc

Hi, guys! How yall doin?




KAN!

APA GW BILANG KAN!

JANGAN PERNAH PERCAYA SAMA Y FUCKING G!

Bilangnya tahun ini cuma Korea sama Jepang, tau-tau announce dadakan H-2 months notice~

Emang bangsat itil kuda satu ini~ 

Padahal gw udah siapin budget ke 3 negara tahun depan: Filipina, Singapore, Taiwan, just for my girls~ Ancur udah rencana~

Fraaaakkkk~~~

Ah yaudahlah pasrah, anggep aja apes tahun ini pengeluaran di luar nalar semua~

Long story short, jastip sudah di-booking, tinggal duduk cantik & cari outfit. 

Katanya sih venue-nya Beach City yang dulunya MEIS itu. So nostalgic, venue konser pertama mereka di sini. Saksi bisu gw bertemu dengan mereka face to face. :’)

Gw sih ga pernah ada masalah sama MEIS ya, I think it’s a cool place for a concert. Raw experience-nya berasa, tempat nunggunya proper, banyak makanan. Konser2 yang pernah gw tonton di sana baik-baik aja sih. 2NE1, Bruno Mars, Shinee, dll. But many people seem not to like it~

Nevertheless, I’m so happy I get to reconcile with my girls. <3

Who would’ve thought? Gw bikin tato Blackjack tahun lalu karena gw berpikir gimana supaya spirit 2NE1 abadi di diri gw, eh nggak taunya mereka hadir kembali setahun kemudian. God is great!

Okay next in the agenda ada BRUNO MARS! Hell yeah minggu depan konsernya. Gw excited, at the same time degdegan karena gw lagi di minggu-minggu hectic kerjaan yang super demanding, and also LAGI PMS! Wadidaw~

Kerjaan bisa didelegasi, kalo mens kan nggak.. Wkwkwk~~

Manifesting mens-nya keluar setelah konser! Plis plis plis plis plissssss~~

Btw cerita sedikit soal konser Bruno, ini akan menjadi pertama kalinya gw ngonser di JIS and gotta tell you, testimoni orang2 yang pernah ke sana ga ada yang bagus ya, terutama soal transportasi. 

Dahlah posisinya di antah berantah, ga ada akses transportasi yang mumpuni ke sana. Ada busway sih, tapi katanya ga reliable. Lalu katanya susah ojol, susah parkir, dll.

Bukan orang Indonesia namanya kalo nggak bisa melihat kesempatan dalam kesempitan. Minggu lalu gw diperkenalkan pada jasa antar jemput konser ini

Gokil ya. Ada aja bisnis anak2 Gen Z & millennial zaman now.

Solutif sekali. Harganya pun masuk akal. 

Gw langsung booking. Sekarang posisinya udah dibuatin grup Whatsapp per rute, nanti bisa discuss & decide bareng2 mau berangkat jam berapa, koordinasinya gimana, dll. Superb! 

Semoga aman. Sungguh gw cuma mau nanyi That’s What I Like sambil nangis aja karena lagu itu menemani kesendirianku di Melbourne 7 tahun lalu…

Okay moving on.

Minggu ini gw mengalami gejolak emosi yang nggak banget. Mungkin karena lagi PMS itu juga sih, jadi lebih sensitif.

Long story short, ada komplen dari atasan yang disampaikan dengan cara yang menyebalkan. Not cool. Not classy. Ada unsur humiliating dan ignorant. 

Orang ini, awalnya gw hormati dan respect, jadi ilfil instan. 

Oh ternyata dia kelasnya kayak gini? Ok.

Later on in the future kalo gw udah ada di jabatan tinggi dan dihadapkan pada posisi gw harus mengkritik bawahan gw, semoga postingan ini jadi pengingat untuk SELALU RESPECT sama mereka juga. Mengkritik pun harus in respectable manner. 

Gw percaya gesture seperti diajak ngomong baik-baik, dimaafkan, open and honest communication,dicari akar masalahnya, giving space for pembelaan dan klarifikasi, dan cari solusi bersama, akan membuat efek jera yang lebih mendalam. 

#2025SEETAJADIBOSSDITEMPATLAIN

Wkwkwk~

Minggu ini juga ada farewell yang lumayan bikin gw sedih. I’ve been experiencing quite a lot of farewell but this one hits harder, karena oknumnya adalah udah bareng gw di satu tim dari hari pertama gw masuk. The OG. 

But he’s in the better place right now, so I’m happy for him. :’)

Ini memotivasi gw juga untuk segera menyusul. AMIEN YANG KENCENG!

Okay that’s for now~ Bye~

Sunday, August 25, 2024

About Failure

Gw mau sharing tentang kegagalan atau failure.

Tahun ini gw sudah 5x mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan ini came in many form, semuanya ga sama. Gw akan menjelaskan satu per satu tentang kegagalan itu di sini secara implisit. Siapa tau pengalaman gw bisa jadi pembelajaran buat kalian.

Failure #1
Target Desire Level: 5/5
Alasan Gagal: Kurang Persiapan

Ceritanya gw amat sangat menginginkan target ini. Eureka buat gw ketika pertama kali mengetahui bahwa gw diberikan kesempatan. Kenapa gw sangat menginginkannya? Karena jika dapet, akan sepenuhnya mengubah nasib. Akan membuat gw berpindah dunia lain ke (insya auloh) yang lebih baik karena berada di tempat yang lebih aman dan melakukan sesuatu yang lebih bermakna. 

Sayangnya proses menuju target tidak berjalan mulus karena persiapan kurang maksimal. Hanya diberikan waktu 3 hari, tanpa weekend, sehingga tidak fokus. Bekal kurang. Amunisi kurang. Nervous total di hari H. Buyar semua.

Akhirnya, gagal.

Ingin sekali menyalahkan pihak sana. Tapi gw sadar gw sendiri ada salahnya juga. Harusnya ada pengorbanan. Harusnya ada yang diprioritaskan. Harusnya bisa lebih siap. 

Failure #2
Target Desire Level: 5/5
Alasan Gagal: Expecting Too Much 

Target kali ini sangat menyenangkan. The idea of the kind of life I will be living if I achieve it, is exciting. Kembali bertemu dan berinteraksi dengan orang-orang asing yang berpikiran maju. The land of opportunities. Promising businesses. 

Tidak ada yang salah dengan prosesnya. Mulus. I remember I was smiling at the end of it. 

The only problem was me expecting too much. Ternyata kita hanya berkenalan. Tidak lebih dari itu. 

Failure #3
Target Desire Level: 3/5
Alasan Gagal: Technical Issue

Sungguh alasan gagal yang tidak keren. Siapa yang salah? Gw salah karena tidak membaca petunjuk dengan benar. Tapi pihak yang sana juga salah karena tidak notice bahwa gw melakukan kesalahan, dan tidak menotifikasi gw akan kesalahan tersebut. 

My guess is I was just one of many. So notifying me wasn’t the priority.

Failure #4
Target Desire Level: 4/5
Alasan Gagal: Bad Timing

Target adalah sesuatu yang natural buat gw. Sudah ada chemistry. Easy win. Proses berjalan mulus tanpa halangan. Although I gotta admit, I was being an a-hole couple of time during the process.. Huhu sorry, guys. 

But that didn’t stop them, I still made it. 

Hanya saja, bad timing. A very bad timing. 

Gw dihadapkan pada pilihan: target atau keluarga gw. Of course gw pilih keluarga dong.

Jadi, target pergi begitu saja, tanpa melihat ke belakang lagi.

I didn’t regret my decision though. There’s something bigger than materials. 

Failure #5
Target Desire Level: 5/5
Alasan Gagal: Overqualified

Secara background, target #5 mirip dengan target #2. 

Sudah belajar dari pengalaman sebelumnya, gw datang lebih siap. Ada pengorbanan, dalam hal ini waktu. Ada latihan dan gladikotor. Gw sebisa mungkin meminimalis segala risiko.

Eh, ternyata gw terlalu tinggi buat pihak sana. Gw menyaksikan sendiri momen “kaget” pihak sana ketika mengenal gw lebih jauh. IDK I have to feel good or bad about myself after that. Haha~

Well, begitulah 5 kegagalan dengan 5 alasan yang berbeda.

Ini rekor ga yah? Setaun 5x (padahal masih Agustus). I feel like tahun 2018-2019 itu zaman baru pulang dari Melbourne kegagalannya lebih banyak deh..

Apa yang bisa gw pelajari dari sini?

Well, yang pertama pasti acceptance. Bahwa sekarang belum waktunya, bahwa roda gw tahun ini memang berada di bawah karena tahun-tahun sebelumnya udah di atas. 

Bahwa alasan kegagalan itu beragam dan nggak semuanya salah diri sendiri. Ada faktor kegagalan tidak bisa sepenuhnya kita kontrol karena melibatkan orang lain juga. 

It's okay.

Lalu mencoba mawas diri, mungkin gw memang belum maksimal, harus bisa improve ke depannya.

Satu kata yang selalu gw ingat-ingat terus, selalu coba aplikasikan ketika sedang gagal, pun kasih advice orang2 yang sedang gagal, dan kemungkinan besar menjadi next tattoo gw: perseverance

Coba lagi, lagi, lagi, dan lagi. 

Jangan nyerah. 

Nevertheless, there's always light at the end of the tunnel. Mengalami kegagalan berkali-kali membuat gw lebih menghargai & mensyukuri kemenangan-kemenangan kecil/small wins.

Good health.

Reuniting with friends.

Good laugh.

(Another) teaching opportunity.  

Free stuff.

I'm still blessed. :)

Bonus foto sumber kebahagiaan gw minggu ini:


 

Saturday, July 6, 2024

I had enough

You know one of those days ketika lo harus menghadapi sesuatu yang berat di hari itu to the point anxiety berlebihan menuju hari H?

Yep, for me that’s tomorrow.

I hate it.

A lot.

Ceritanya ada event yang mana gw PIC-nya. Event-nya sih cetek ya, ga macem-macem, sebentar cuma 3 jam~ Ga seheboh waktu gw meng-organize acara public marathon 10km pas di Dian yang melibatkan 5000 runner + pemerintah + seleb + petinggi2 company + dll. 

But it’s just… ga tau kenapa gw panik banget~ Lyke there’s so much risk in this project.. Everything can go not according to plan.. Everyone can get disappointed.. KPI won’t be achieved.. There will be punishment..

Overthinking gila.

Maybe bcoz sekarang gw tidak bekerja dengan orang2 yang bisa dipercaya. OMG itu rasanya kayak menanggung semua beban sendirian.. Waktu event Dian, at least gw bersama orang2 hebat yang knew what they were doing. They totally owned it. They made me feel safe and confident. 

Meanwhile sekarang gw totally alone—even my boss and my team aren’t helping.. Ga ada ownership-nya sama sekali sama event ini.. 

I hate it.

Persetanlah dengan budaya gotong royong rakyat Indonesia. Bulshit semua ketika masuk korporat. Gw lebih merasakan gotong royong justru ketika kerja sama company luar. 

I mean, I’ve been dealing with so many difficult days throughout my whole life.. Hari SPMB seleksi masuk UI, interviewing international public figures, serangkaian tes buat dapetin beasiswa Purpose, interview kerja sama bos2 dari luar negeri, presenting my thesis in front of professors, dll..

Itu semua lebih berat tapi gw ga sebegitu overthinking-nya waktu itu karena they were within environment that I could control. Result-nya gimana pun bisa gw kontrol..

Tapi yang sekarang tuh……

*deep sigh*

I hate it.

A lot.

What makes it worse adalah event ini bukan ide gw, tapi ide asbun orang lain yang bahkan ga bantuin ngerjain ini semua. 

Gw benci banget mengeksekusi ide orang lain. Let alone the one with so many factors to fail yang bahkan yang ngide aja ga kepikiran, because they are too shallow~

I hate that my fate is already decided. I know I’m gonna walk into the room on Monday with so many fingers pointing at me, with so many eyes staring at me in disappointment, and then it quickly becomes my judgment day~

Seriously.

I had enough. 

Let’s get the f* outta here. 

Sunday, June 23, 2024

war ticket + jastip = jyjyq

Oke gw mau misuh-misuh.

Gw jijikkk banget sama perkonseran di Indo yang semakin lama semakin najisss. Both the promotor and the audience get worse. Si promotor matok harga seenak jidatnye, si audience isinya bukan real fans, just orang2 tajir yang dateng cuma karena fomo dan ngonten~

I mean… kok lebay banget sihhh?? Gini amat mau ngonser doang~~

Oke, satu-satu ya.

Promotor dulu. Industri musik Indonesia tuh dikutuk apa gimana sih, kok ga ada promotor yang bener belakangan ini??? Kemana Adri Subono, Big Daddy, dan promotor2 lain yang 10 tahun lalu berjaya dan dicintai para penikmat musik karena selalu bisa memberikan pengalaman yang aman, menyenangkan, dan wholesome di setiap konser???

Promotor jaman now tuh ya… udahlah ngumumin konser mendadak (bisa lho H-2 bulan baru announce~), bahkan 1-2 weeks notice sebelum presale. Orang ga dikasi waktu buat ngumpulin duit.. Straight up abis gajian langsung dirampok~ 

Terus harganya ampun-ampunan mahalnya padahal kita semua tau experience konsernya bakal shit~ 

I mean… Gila~ Sekarang festival aja minimal 3 juta men!! Udahlah berdiri, disuruh bayar 3 juta~~

Gw penikmat konser dari floor alias festival karena gw pengen joget tanpa takut nyenggol orang. Kalo hoki, festival bisa nyelip2 sampe moshpit, jadi lebih deket sama artisnya.

Selama ini kalo beli festival range harga ga pernah sampai 2 juta—which is wajar, kan berdiri. Ga ada kursi yang disewa, ga ada designated seating yang di-booking, dimana-mana yang namanya festival harusnya lebih murah~

Eh sekarang minimal 3 juta~ Najis~ Might as well gw ke luar negeri sekalian yang jelas2 experience konsernya better~ Better venue, better management, better sound, better lighting, better crowd.. 3 juta maybe udah dapet VIP, atau bonus2 lain seperti merchandise~

2017 gw nonton Ariana Grande di Aussie festival ga sampe 1,5 juta men! Itu jarak gw sama Ariana ga sampe 20 meter! Sedeket ituhh~~

TaPi kAn sEkArAnG uDaH 2024, Ta~~



Naik boleh tapi ngotak dong anjyinkkkk~~ Jangan cuma mikirin profit doanglah. Promotor2 anak kemarin sore ini bener2 disrespect penikmat musik yang sebenarnya~ 

Terus soal war. Fenomena war tiket ini sebenernya bukan hal baru ya. Dari dulu kalo mau beli tiket ya emang war, ada yang menang dan kalah. Tapi yang sekarang kenapa persaingan jadi sulit sekali to the point harus jastip??? Apaan sikkk??!!!

Jastip itu nitip beli barang di luar negeri, sejak kapan definisi jastip ini bergeser jadi nitip beli tiket konser di negeri sendiri???

Mana mahal lagi, kemarin gw terpaksa jastip beli tiket konser Sheila On 7 di Bandung karena temen gw yang in charge beliin ga mau rempong beliin langsung sepaket. Satu tiket kena 250k bjirrr, ketika harga tiketnya cuma 500k~ ASU! 

Terus jastip tiket itu kan basically temen2 lo sendiri jadi calo, atau temennya temen lo. What the hell? Dinamika pertemanan jadi aneh gini, karena gw harus membayar jasa booking tiket ke temen gw sendiri!!! I hate the fact that I have to employ my friend to buy me tickets. Like.. if you’re a friend, DO IT FOR FREE GODDAMNIT!

Like.. kalo gw nitip beliin tiket ke temen gw sendiri, as a thank you gw traktir makan or beliin kopi gapapalah. Nggak yang fix rate harganya dipatok seenak jidatnya gini dong~ Ini mah sama aja ngerampok~

Praktek jastip ini semakin menjamur karena di perkonseran zaman now banyak syaiton dengan bisikan-bisikan maut di sosmed or grup Whatsapp yang pada bilang tiketnya terbatas, war-nya susah, banyak jatah tiket dikasih ke ordal/influencer jadi jatah rakjel sedikit.. Bikin parno, hence harus pake jalur jastip yang terpercaya karena udah ga percaya sama diri sendiri kalo usaha~

Gw sendiri penasaran dan pengen coba jalur mandiri besok buat beli tiket Bruno Mars. Masa iya sih tangan gw sebau itu sampe ga mungkin menang war? Plislah, skill beli membeli tiket ini udah gw miliki 10 taun lebih.. Insya Allah masih ada. 

Lalu soal spesies penonton konser baru yang mostly orang2 tajir yang dateng cuma karena fomo dan ngonten~ I JUZ CAN’T!

Kayak orang2 yang dateng ke Eras Tour kemarin, all the way from Indo ke Singapore buat nonton.. itu banyak banget yang bukan Swifties, atau mendadak Swifties just to join the hype dan ngonten~ I JUZ CAN’T!

kAn sEmuA oRaNg bErHaK bELi tiKeT kOnSeR~~



I mean.. Sadar dirilah.. 

Gw—walaupun pengen banget nonton Eras Tour karena emang suka beberapa lagu TS, ga ngoyo pengen dapetin tiket karena sadar diri, gw bukan Swifties. Lebih baik jatah tiket gw buat Swifties beneran yang emang udah suka TS dari dulu. They deserve it more. They’ve been waiting for her for ages. MEREKA LEBIH BERHAK!

Walaupun punya uang, gw ga mau ngambil jatah tiket mereka. That is just morally wrong.

Boleh ga sih, para fans karbitan ini thinking-nya kayak gini? Kasian lho fans2 beneran itu..

*sigh*

Back in the days.. Ambil contoh konsernya BigBang (2012) dan 2NE1 (2014), itu semua yang dateng ke konser bener2 real fans. Kita kayak one big happy family. Bisa ngobrol nyambung satu sama lain karena kita semua spesies yang sama. United by the same love towards our beloved idols. We speak the same language. Ga ada yang ga hapal lagu-lagunya. We sing together, dance together, laugh together, scream together, cry together. 

The experience was meaningful and unforgettable. 

Beda banget sama ngonser sekarang. Kanan kiri ga nyambung. Yang ada mereka ngonten. On their phone ALL THE FUCKING TIME! Genggessss~~~

Why is our music industry going towards this weird direction? Ketika ngonten lebih penting daripada the concert experience itself.. Ketika real fans dinomorduakan setelah influencer.. THIS IS A MAJOR S.O.S!

Anyway gw marah2 gini pemicunya adalah konser Bruno Mars. Jadi kemarin baru di-announce bakal konser di sini. Bikin kaget karena udah mikir Indo di-skip kayak Eras Tour.

Gw suka Bruno banget-banget. Sejak nonton konsernya pertama kali di MEIS taun 2013. Saat itu liputan dan belum suka lagunya. Tapi melihat performance dia di panggung langsung tersihir. Keren bangettt. The voice, the swag, the energy, the interaction. A real performer. 

Sejak saat itu fix jadi Hooligans. Taun 2016 Bruno rilis album 24K Magic, whoa, this album was EVERYTHING! Gw posisinya udah di Melbourne kan saat itu, jauh dari keluarga dan temen2 di Indo. Very lonely. This album helped me survived. I could hop on a tram/train, put on my headphone, and just blasted 24K Magic, Chunky, Perm, Finesse.. Totally minding my own business.

At night, That’s What I Like & Versace on The Floor menemani kesepianku. These songs are my whole mood. Jadi gw bersumpah mau nonton Bruno lagi. Harus nonton yang bener2 nonton, bukan sambil kerja. 

ISTG harusnya gw nonton di SG bulan April, alas, bentrok sama Europe Trip~ 

*sigh*

Sorry ya postingannya super negatif gini. Gw mungkin tidak comprehend my issues clearly juga, bahasannya loncat2 ke sana ke mari~ Sorry guys, just so done with all this shit.

Setelah Bruno Mars ini gw ga mau lagi deh nonton konser di Indo. Sumpah, daripada baper, might as well pay more, travel abroad, and get the best concert experience somewhere else. 

Om Adri Subono please comeback... Save us. T.T


**UPDATE 30 JUN**

Okay so gw kemarin mencoba war ticket Bruno, which is yang Mandiri Pre-Sale tanggal 27 Juni, and guess what? Gw hampirrrr dapet! 

Just bcoz one small stupid mistake pas payment, tiket itu lepas~ 

Lalu gw mencoba peruntungan lagi tanggal 29 Juni kemarin pas general sale, dan... DAPET JUGA!

TUH KAN! Emang lebay aja, jastip2 bulshit itu semua~ Pada males aja lu orang~ Ga mau usaha~ 

Moral of the story: you can tell what kind of person someone really is by how she/he/they decided to get her concert tickets. 

Kata gw mah red flag orang-orang kayak gitu. Nyehehe~


Sunday, May 26, 2024

Me wassup #94 – A Very Long May

Hi guys! How yall doing? 

Gw baru bangun tidur dan galau~ Mana cuaca mendung gerimis adem gini, bikin sekejap langsung lost in thoughts alias overthinking~

Gw baru menyadari bulan ini tuh panjang banget. Not that I hate it, ada banyak kejadian menyenangkan yang terjadi. Ulang tahun, staycation, dapet kado, ketemuan sama saudara dari Finlandia (dapet freebies!), ngajar, biztrip, kedatangan bos baru yang kebetulan ada historinya sama gw (WKWK~).. 

Tapi yang ga menyenangkannya juga ada. Lagi baper sama seorang temen kantor karena dia makin irresponsible, sebel sama sistem baru di kantor yang bikin operasional terhambat, salah seorang bestie di kantor juga kena layoff—bikin ga semangat ngantor karena udah ga ada dia..

Well, that’s life sih ya. Emang up and down terus..

Thank God udah gajian. Sumpah lho Mei ini bikin gw bankrut~ Pertama, bill susulan Europe Trip baru masuk. Ada gila-gilanya kan gw last minute belanja. Wkwk~~

Beli kacamata Ray Ban, udah lama gw incer sih, jadi sebenernya ga nyesel2 amat.

Lalu waktu transit di Dubai tuh, kan laper, beli McD pake CC karena ga mungkin dong tuker uang UAE. Gesek ae~ 

Eh, McD sana agak laen. Masa cuma beli kentang + nugget + teh, totalnya 350K~ Fak bener. Susahlah kalo udah di negara yang terlalu kaya~

Lalu pengeluaran ulang tahun seperti yang didetilkan di sini. Mayan juga tuh.

Tim gw adegan ngasih “kado” ultah video kocak juga. Bikin terharu dan pastinya itu tidak gratis dong, merasa berkewajiban untuk mentraktir. Keluarlah 700K buat nasi padang 15 orang~

Lalu investasi… ini sih, yang bikin tabungan gw melorot dalam sekejap. Wkwk~ Well, soal masih baru aja. Padahal tu duit kan ga kemana-mana, cuma dititipin ke sebuah lembaga dan dibalikin 2 tahun lagi. 

Lalu ngajar, walaupun menyenangkan (oh I kennot wait to talk about it! Two more weeks and it’s doneee~), lumayan bikin boncos juga karena kelasnya offline sekarang. Jadi harus keluar duit buat ongkos ke kampus di Cempaka Putih dan dari kampus ke kantor. Ya minimal 300K-lah keluar setiap Selasa~ huhu

Mudah-mudahan upah gw udah meningkat dari tahun sebelumnya yang cuma… ah sudahlah~ Pengabdian untuk negara mah ga bisa diharapkan timbal baliknya dalam bentuk materi~ fufufu~

Setidaknya bisa subsidi dikit buat beli iPad. Ga kebeli-beli deh tuh iPad, heran gw, udah setaon niatnya~ Mana Apple kurang ajar, M2 belum kebeli, M4 udah keluar, kan jadi pengen.. Tapi 19 juta~ T.T

Well nampaknya ga bisa terlalu hedon at least sampe 3 bulan ke depan..

Sebenernya ga akan terlalu bankrut kalo waktu itu terima job offer yang itu sih.. 

Oh well, penyesalan selalu datang belakangan~

Btw pasar kerjaan juga lagi sepi ya. Abis Lebaran jarang ada tawaran masuk. Ada sih, 1-2 biji, tapi kureng menarik. I had discussion with Ka Angie beberapa hari lalu. Kita berdua sepakat industri tech ini memang lagi ga baik-baik saja. Tech winter yang kita kira sudah berakhir, ternyata lanjut. Bahkan TikTok aja mau massive layoff dan konon yang di Amrik mau tutup. Gila. Seraksasa TikTok aja ga kebal tech winter.. Padahal zaman sekarang brand mana coba yang ga tiktokan?

Kesimpulannya sih, ayo cari kerjaan di luar tech. So I’m considering now… Kemana selanjutnya berlabuh?

*sigh*

Capek ya kalo ngomongin kerjaan terus~

I really need to see my girls, dan curhat. Missing my social life a lot. Belakangan ini hidup isinya kerja mulu~ Tapi kalopun ada waktu somewhat lebih suka di rumah, rebahan, nonton One Piece. Karena main ke luar itu boros. 

Oh Gosh dari tadi cranky~ I hope this is just my PMS speaking. Heuheuheu

Haish~ I need to get my shit together! Harus udah mulai jahit-jahit lagi karena udah absen 3 bulan~ Ternyata juggling multiple kerjaan tuh syulit ya. Sekarang karena weekend gw habiskan bikin materi kuliah (yang sangat menguras otak), pas mau jahit udah ga ada tenaga lagi~ Kalo dipaksain nanti malah ga bagus hasilnya, atau gw-nya malah sakit~ Huff. Adulting is hard.

Udah ah. Bye~