Showing posts with label disaster. Show all posts
Showing posts with label disaster. Show all posts

Sunday, August 10, 2025

Me wassup #111 - Campur Sari

Hi, guys! How yall doin?

Minggu ini lumayan campur sari. Dimulai dengan hari Senin yang awalnya tampak baik-baik saja, in the middle of the day turun hujan, yang sebenernya biasa aja, ga deres-deres amat, dan cuma sebentar~ Eh… rumah banjir~ GODFUCKINGDAMNIT!

Kesel banget gw. Belum sebulan banjir juga, sampai gw impulsif sewa jasa pembersih rumah seharga 2,6 juta karena gw ga tahan liat nyokap stress bersih-bersih aftermath banjir. Lumayan tuh rumah jadi kinclong banget. EH BANJIR LAGI SIANJINKKK!!!

Ga bisalah gw keluar 2,6 juta tiap bulan, gila apa?!

Bokap gw udah marah-marah ke pengurus komplek~ Yaiyalah, masa mau gini terus kalo ujan?!! Fak bener~

Ya Allah.. Ngelus dada banget deh tinggal di rumah ini sekarang.. 

Malam itu lembur sampai jam 3 pagi buat bebersih. Untung paginya ga ada meeting jadi gw bisa dateng siangan.

Kantor gw itu sebenernya menyediakan fasilitas bantuan untuk karyawan yang kena musibah semacam natural disaster. Tapi stuff like this gw ga bisalah ceritain ke mereka because it’s embarrassing~ I don’t want people to take a pity on me~ So I just suck it up~

Okay so Monday was a disaster. Thank God, Tuesday-Saturday went okay.

Ada satu hal yang bikin gw feeling guilty sih. So you see, beberapa minggu lalu gw sempet bikin postingan ini kan, ketika gw lagi feeling down because of some communication issues at work. To be honest with you, at that time, I was so afraid I couldn't make it far at my current job, so I impulsively responded to a job offer~

Semacam memberikan sinyal gitulah sama employer-nya dan sinyal ini direspon dengan baik oleh mereka to the point I was scheduled for an interview. 

But then, ternyata kerjaan gw yang sekarang baik-baik aja, meaning gw lanjut nih sama Awe. Sumpah gw ga enak banget sama that employer~

Tapi daripada memberikan sinyal palsu dan buang-buang waktu mereka interview calon karyawan yang pada akhirnya tetep ga bisa masuk cepet, it's not fair for them. Hence, interview harus dibatalin. So I sent a formal email, minta maaf dan menjelaskan kondisinya. Alhamdulillah, mereka mengerti.

I’m really sorry. I really just want to finish what I’ve started.

Ini lesson learned juga buat gw, jangan bertindak gegabah. Jangan membuat keputusan ketika you’re not even thinking straight. Got it.

Buat future employer yang tertarik meng-hire gw, gw akan open to opportunities lagi bulan Oktober ya, dan bisa mulai di kantor baru bulan Januari. <3

Btw udah ah ga mau bahas kerjaan mulu~

Next yang mau gw bahas adalah… pertemanan.

Minggu ini tampaknya harus say goodbye ke beberapa orang, meaning memutus tali pertemanan. Atau hiatus pertemanan, diem-dieman aja entah sampai kapan~

Trigger-nya adalah gw di-kick dari grup without my consent. WKWK

So high school, men!

Oh well cukup tau aja. Just acknowledged this as seleksi alam. 

Gw emang udah harusnya stop caring about them sejak lama, they are already in the past, better fokus sama the present life aja. Toh udah ada temen-temen baru yang lebih baik dan menyenangkan.

But you know, I’m just a mere human-lah, I have emotions. Deep inside, can’t help but feel sad aja sih. Because, regardless of everything, I still see them as good friends, some of the real ones. I genuinely care about them walaupun situasi pertemanan kita sudah tidak seperti dulu lagi. I mean, 3 taun bukan waktu yang sebentar untuk membina dan me-maintain pertemanan, but now it all goes down to drain? 

Oh well..

Takeaway-nya work is not the place to make real friends-lah. Udah beberapa kali kayak gini kok. Dari 100% temen yang dikenal di lingkungan kerja, paling yang lanjut jadi temen setelah resign cuma 10%-nya. Udah ilmu pasti ini.

Jadi stop baper. Kita nonton One Piece aja, where your nakama a.k.a friends never fail you. :D

Another thing yang mewarnai hidup gw minggu ini adalah Wednesday [lah ini kerjaan juga~ lol, well not really].

Terima kasih buat teman-teman yang sudah menghadiri dan having fun di activation kami di Senayan City. Konten-kontennya ciamik sekali. 

Gw sendiri ke sana total 3 hari, 3-3nya dengan intensi yang berbeda. Ada yang kerja, ada yang nemenin temen, dan nemenin adek. 

kece ya aq. :3



Wednesday S2 sudah tayang di Netflix. <3

Gw sudah nonton dan so far suka sih. Jenna Ortega is phenomenal like always [konon honornya naik 800% buat Season 2 ini]. Yha gw sih kalo naik gaji segitu juga akan memberikan phenomenal performance ya. Basically sold my soul to the devil. Nyehehe~

Emma Myers juga—Enid, my fave!!! So adorbs!!! I love premise Season 2 ini Wednesday mau nyelametin Enid. The world really does need more of their friendship!

Cuma sebel aja cuma 4 eps, yaelaaaah~ Kayak lagi asyik terus being cut mid way gitu~

Kalo mau bikin 2 part mbok ya episodenya tambahin gitu lho, kayak Squid Game~

*komplen ke kantor sendiri* wkwk

Minggu ini gw juga berkesempatan menonton 2 film: La Tahzan dan Weapons. Keduanya tampak sangat berbeda, turned out isinya sama. Guna-guna is LYFE! Hahahaha~

Both good movies, though. 

Strategic casting for La Tahzan. So nice to see Marshanda in her element [perempuan terdzolimi], Deva Mahenra in his forte [tukang selengki], and Ariel Tatum in her… ya gitu deh.  Wkwk~

Weapons menjadi titik balik gw kembali nonton film horor. Fyi, gw phobia film horor gegara pas SMP nonton Tusuk Jelangkung terus ga bisa tidur di kamar gelap 2 minggu~ Since then gw bersumpah ga mau lagi nonton supernatural content yang terlalu graphic gitu~

Well, Weapons sebenernya ga horor sih, lebih ke thriller ya. Kalo horor setan2 gitu gw masih ga mau deh keknya, unless nontonnya sama…… ;)

Minggu ini ditutup dengan ciamik oleh first look One Piece Live Action Season 2.




Robin-cwaaaaannn so good to see you!!!

Looks good so far. Everything seems to be on the right track. 

Totally understand the controversy around Vivi. Tidak bermaksud rasis, tapi Vivi kan emang harusnya middle eastern ethnicity. At least dari cara Oda mendeskripsikan Alabasta, with the desert, the clothes, and the buildings references..

That Bridgerton girl better do us good! Bagus ga sih dia acting-nya? Gw ga nonton Bridgerton, udah usaha, tapi geli sendiri jadi ga nerusin~ wkwk

Sedih tapi OPLA S2 masih taun depan.. yang mana kemungkinan gw sudah tidak di Awe.. :(

Oh well, still got to celebrate it with my Nakama though~

Okay, that’s all for today, folks!
 

Sunday, July 20, 2025

Tough Week

This week is really tough.

Setelah April, Mei, dan Juni yang penuh rainbows and unicorns, roda kehidupan gw berada di bawah bulan Juli ini. I am reaching rock bottom and that ain’t feel good. 

After 3 months, I finally met my first obstacle at work, and that is… communication~

Sounds petty, huh? Indeed.

I’ve been overthinking it for a week. It really affects my mood and productivity.

But I don’t wanna talk about it now, sorry. It’s bad if I don’t channel the emotion right away, I know. Malah jadinya kependem dan numpuk, kayak numpuk virus di badan~

But I just want to make peace with myself first before telling you guys. Hope you understand.

Hari Rabu kemarin, ibunda sahabat gw dari SD, Grace, meninggal dunia setelah koma hampir 2 minggu. RIP Tante Ellen. 

Ini juga bikin gw sedih karena gw deket banget sama Grace. I can feel her loss, her pain, her exhaustion. Stay strong, my Gracie. I will always be beside you. 

Nyokap gw nemenin ke rumah duka untuk ngelayat juga. The whole time she was sitting beside me, I couldn’t help but think that someday this would happen to me too. I will lose her too. I cried myself to sleep that night. 

Pokoknya tujuan hidup gw adalah membahagiakan nyokap selagi masih bisa. Mengabulkan semua permintaannya, berada di sampingnya, memastikan kesehatannya. I am all for you, mom. 

As if things can’t get any worse, I got my period yesterday and I’m in so much pain today~ 

My room is a huge mess. Got clothes on the floor, leftover food, gadgets and tangled cables, jewelry everywhere…

I tried to distract myself from these harsh realities. I watched so many movies this weekend. Didn’t work~

I think I need a Pensieve since there are recollections of things I would wish to hide or forget. Tapi bukan itu fungsi Pensieve sebenarnya ya?

*sigh*

I think imma just go see some therapist~

Ada rekomendasi?

Saturday, July 6, 2024

I had enough

You know one of those days ketika lo harus menghadapi sesuatu yang berat di hari itu to the point anxiety berlebihan menuju hari H?

Yep, for me that’s tomorrow.

I hate it.

A lot.

Ceritanya ada event yang mana gw PIC-nya. Event-nya sih cetek ya, ga macem-macem, sebentar cuma 3 jam~ Ga seheboh waktu gw meng-organize acara public marathon 10km pas di Dian yang melibatkan 5000 runner + pemerintah + seleb + petinggi2 company + dll. 

But it’s just… ga tau kenapa gw panik banget~ Lyke there’s so much risk in this project.. Everything can go not according to plan.. Everyone can get disappointed.. KPI won’t be achieved.. There will be punishment..

Overthinking gila.

Maybe bcoz sekarang gw tidak bekerja dengan orang2 yang bisa dipercaya. OMG itu rasanya kayak menanggung semua beban sendirian.. Waktu event Dian, at least gw bersama orang2 hebat yang knew what they were doing. They totally owned it. They made me feel safe and confident. 

Meanwhile sekarang gw totally alone—even my boss and my team aren’t helping.. Ga ada ownership-nya sama sekali sama event ini.. 

I hate it.

Persetanlah dengan budaya gotong royong rakyat Indonesia. Bulshit semua ketika masuk korporat. Gw lebih merasakan gotong royong justru ketika kerja sama company luar. 

I mean, I’ve been dealing with so many difficult days throughout my whole life.. Hari SPMB seleksi masuk UI, interviewing international public figures, serangkaian tes buat dapetin beasiswa Purpose, interview kerja sama bos2 dari luar negeri, presenting my thesis in front of professors, dll..

Itu semua lebih berat tapi gw ga sebegitu overthinking-nya waktu itu karena they were within environment that I could control. Result-nya gimana pun bisa gw kontrol..

Tapi yang sekarang tuh……

*deep sigh*

I hate it.

A lot.

What makes it worse adalah event ini bukan ide gw, tapi ide asbun orang lain yang bahkan ga bantuin ngerjain ini semua. 

Gw benci banget mengeksekusi ide orang lain. Let alone the one with so many factors to fail yang bahkan yang ngide aja ga kepikiran, because they are too shallow~

I hate that my fate is already decided. I know I’m gonna walk into the room on Monday with so many fingers pointing at me, with so many eyes staring at me in disappointment, and then it quickly becomes my judgment day~

Seriously.

I had enough. 

Let’s get the f* outta here. 

Sunday, December 10, 2023

Oops I did it again

So I had a job interview yesterday. 

Dari sebuah institusi yang… ah keren banget deh pokoknya~ Gw kaget banget they actually called me. Fyi, gw udah coba apply ke sana berkali-kali, sejak zaman di Dian, tapi ga pernah lolos even sampai tahap interview. So I was so damn happy they finally noticed me--I even impulsively bought Docmart to celebrate it. 

The interview notice was on Tuesday. I had merely 2-3 days to prepare.

I didn’t do my best. :’(

Preparation gw minim banget, disebabkan karena beberapa hal:

- sibuk kerja – lagi-lagi gw blaming Errthing yang jam kerja dan pekerjaannya tidak manusiawi sehingga gw tidak sanggup melakukan hal lain sepulangnya dari kantor atau di tengah-tengah kerjaan kantor

- terlalu menggampangkan – ini pure salah gw, i really hate myself for behaving this way, sampai sekarang gw masih ga abis pikir. Gw melupakan beberapa hal penting: 

1) Ini international company tapi sama sekali ga practice speaking English sebelum hari H. Cuma reading doang. Padahal tau banget tu English udah rusty parah gegara kerja di Errthing ga kepake~ Malu-maluin, robek aja tuh ijazah Unimelb~ Alumni macam apa ngomong English aja belepotan?!!

2) Harusnya kan ngelist potential questions beserta jawabannya, lalu berlatih di depan kaca berkali-kali. Dulu selalu melakukan ini kalo diwawancara, kenapa sekarang nggak???

In other words, I blew it. Pure disaster, or I think it was. Ada 3 pertanyaan, gw yakin banget I failed the first one. Probably doing okay on #2 and #3, but still, I could do better. 

Not to mention kicep di depan 3 panelist interviewer-nya (2 bule, 1 orang Indo)—karena mereka sudah sangat senior sekali (kelihatannya) dan mereka formal sekali. Wah gila sih, beda banget feel-nya sama interview di private company yang biasanya gw apply. Gw ngebayangin interview-nya ngobrol santai dan banyak cerita/tukar pikiran. Ini nggak loh. Dugaan gw meleset total. 

10 menit sebelum interview gw dikasih kertas berisi 3 pertanyaan semuanya tentang role yang gw apply. Jenis pertanyaannya itu tipe textbook/thesis question, pertanyaan-pertanyaan yang biasanya dijawab dengan esay panjang lebar. Mak, udah berapa lama gw ga ketemu pertanyaan beginian??? T.T

Lalu disuruh masuk ke ruangan dimana 3 orang itu udah menunggu dan mereka straight up nanyain 3 pertanyaan itu ganti-gantian. 

Very quick, very straightforward, ga ada basa basi nanyain weather-lah apose apose. Bahkan ga ada part “tell me about yourself”~~ Langsung ke 3 pertanyaan itu ajah~

Gw pun ter-pressure untuk menjawab pertanyaan dengan quick and straightforward juga sehingga otak ga punya cukup waktu untuk mencerna dan memformulasikan jawaban dengan baik. I.blew.it. 

Less than 30 mins udah kelar interview-nya. Gw ditanya apakah mau menambah jawaban atau apakah semua yang mau gw sampaikan di jawaban gw sudah ter-cover—harusnya gw bisa jawab belum, karena gw sudah menyiapkan pertanyaan balik, karena biasanya pertanyaannya adalah “is there any question you want to ask us?”~ Saat itu otak gw posisinya udah kacau, jadi gw ga sempet berpikir ke situ, so I’ll just be lyke “no, everything is covered” :’’’’’’(((((((

Wah gila sih, sekarang udah hampir 2x24 jam sejak di-interview, gw masih di fase anger di 5 stages of grief. Marah banget sama diri gw sendiri. Lyke… what the hell are you thinking??? Kenapa ga prepare lebih dalem??? Kenapa menggampangkan??? Kenapa sok tau???

You blew an opportunity you’ve been looking forward to since 5 years ago~

Nyesel banget gaes. Asli. 

Tadi baca artikel di internet ada yang menyarankan untuk email balik institusinya, bikin thank you notes, reflection on the mistakes and re-answering the particular question I’ve messed up. Not a bad idea. I’ll do it. I have nothing to lose.

Oh iya, kemarin ada written test juga, hopefully I excel at that one. Di masa lalu written test selalu menyelamatkan gw karena gw lemah di oral test. Pas zaman interview LPDP juga begitu.

Oh well, it will definitely take some time sampai di fase acceptance. Mudah-mudahan ada miracle, kayak waktu interview di TikTok 3 tahun lalu (ceritanya ada di sini dan sini), I was pretty sure I blew it, ternyata nggak, gw diterima. So I need miracle to come again this time. Bismillah.

Huff. Ada-ada aja plot twist akhir tahun. Padahal sebelum ini abis bikin postingan everything awesome 2023~ Emang jadi orang ga boleh sombong deh, ga boleh jumawa, langsung kena batunya kan..

I learned it the hard way.. T.T

I’m really sorry.

Sunday, December 26, 2021

Now we are breaking up [part 2]

 Heyho~~

Just quick one, sedikit update. 

Minggu kedua paska pemberitahuan layoff… it’s a pretty confusing week! Mau apa-apa bingung. Kalo mau ngerjain sesuatu, yang kepikiran: ngapain sih gw masih ngerjain ini?

Tapi terus kalo ga ngerjain apa-apa, malah makin bingung~ Mau ngapain? Dari yang tadinya sibuk banget, sekarang ga ada kerjaan gitu~ 

Akhirnya mengisi waktu luang dengan bikin merchandise kenang-kenangan buat temen-temen kantor, bikin kata-kata perpisahan buat colleague di seberang lautan, termasuk di antaranya bos gw dan mantan bos si Albus Dumbledore. In between sempet juga ngerapihin file-file lama, buang-buangin yang ga perlu, kumpulin yang penting2. Well, typical farewell stuff.

It feels weird semuanya diburu-buru~ Biasanya resign kan one month notice. Ketika udah ada tanda2 bakal resign pun mental udah mulai siap-siap. Sekarang situasinya lain, “dipaksa” untuk cabut, jadi bener-bener ga ada persiapan apa-apa. One month notice dipangkas jadi two weeks notice. Harus dealing with unnecessary emotion di tengah-tengah keriaan Natal dan tahun baru dimana semua orang lagi happy holiday mode.

It’s so damn confusing.

Hari Rabu ke kantor karena shift. Jadi office manager kita punya strategi ganti-gantian masuk kantor supaya colleague seberang lautan bisa lihat di CCTV bahwa tim Indo masih pada kerja. Kita parno gaji kita cut-off date-nya dihitung sejak pemberitahuan layoff soalnya. Maklum, soal PHK dan pesangon masih belum ada kejelasan.

Ya, nasib kita sekarang belum jelas. Paketnya sih udah ada dan lumayan. Overall kita dapet sekitar 4x gaji + bonus. Tapi masih TBC, belum dapet approval LT alias leadership team. 

Yang bikin makin aneh adalah kita disuruh bikin surat resign, yang menyatakan kita mengundurkan diri secara sukarela. Kompak kita bertujuh ga setuju, karena surat resign akan melemahkan posisi kita secara hukum. Orang di-PHK mana ada bikin surat resign, lha wong company yang memutuskan hubungan kerja, bukan karyawannya~ Dasar aneh!

Perihal ini kita mau coba nego. No surat resign, kita mau menjalani prosedur PHK sebagaimana seharusnya, seperti yang ada di UU. Jika company ngotot minta surat resign, kita mau pesangon ditambahin dan dibayar segera. Kalau belum dibayar, kita ga akan kasih surat resign-nya.

Doakan, mudah-mudahan nego berhasil. Besok nih meetingnya.

Minggu lalu masih berat ninggalin, minggu ini kita pengen cepet2 cabut aja. Udah ilfil gegara the damn surat resign ini.

Kalo ga ada perkara surat resign, harusnya minggu depan udah last week kita. 

Anyway, minggu ini juga akhirnya memberanikan diri cerita ke 2 orang lain, Rini dan nyokap. Entah kenapa Senin-Selasa tuh otak gw semakin overthinking, makin lama makin aneh-aneh. It’s too soon for a mild depression, tapi gw takut arahnya ke sana, sehingga yang kepikiran adalah gw harus reach out ke seseorang, dan harus cerita.

Top of mind-nya adalah Rini. Janjian ketemu di Lotte hari Rabu, sebelumnya udah heads up kalo gw akan membawa berita yang tidak baik, kondisi gw pun sedang tidak baik. 

Ketika ketemu, gw pun mencurahkan semua isi hati dan kegundahan. Rini mendengarkan, sesekali memberikan reaksi dan tanggapan. Rini itu orangnya jauh lebih dewasa dan lebih kritis dari gw, sehingga tanggapan2 yang diberikan sangat mengena di hati. Ada part ketika gw blaming myself dan takut memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya, Rini bilang “don’t be so hard on yourself”…

Wednesday, Dec 22nd, 2021 7pm GMT+7 marks the day I cried so hard for the first time in Sushi Tei, Lotte Avenue. 

Ini adalah tangis yang seharusnya keluar minggu lalu, setelah dapet pemberitahuan layoff. Tangis yang ketahan 10 hari, akhirnya pecah. 

“Keluarin aja, Cung. Emang seharusnya dikeluarin, jangan ditahan.”

Gw ga menahan sebenernya, gw emang pengen nangis dari minggu lalu, tapi ga keluar~ Setelah disentil sama Rini baru deh keluar~ 

Tapi lebih lega sih setelah nangis. Kelegaan ini memberikan gw keberanian untuk ngomong ke nyokap malam itu juga. Alhamdulillah reaksi nyokap minimalis. Kaget, sedikit bingung, mempertanyakan satu dan lain hal, tapi ga dengan emosional. Biasa aja. 

Mungkin karena gw akhiri dengan info “minggu ini ada wawancara 2 company”. Oh yeah, belum cerita, udah di-interview hari Kamis dan Jumat kemarin. :3

Dua-duanya sinyal positif, coba kita berikan nama samaran ya. Yang pertama, Whoa. Yang kedua, Errthing. Whoa itu social media dari China, Errthing itu OTT dari Indonesia. Fun fact: dua-duanya pernah menjadi company idaman, dulu. 

Gw sih lebih condong Errthing ya, karena sesama OTT. Jadi gw tidak mengkhianati my heart (lagi) kalo misalnya keterima. Kapok banget mengkhianati hati yekaann~~

Yang gw takutkan posisi gw di sana downgrade, karena struktur organisasinya gemuk banget, kebanyakan orang. Yang di QQ reporting langsung ke country manager/CEO, nantinya gw 3 level di bawah CEO. 

Well, ga bisa picky ya. Yang penting diterima aja dulu. Asal gajinya minimal sama kayak sekarang sih, let’s go. Kalo gajinya downgrade juga sih…… *ga mau mikir sekarang, pusing~*

Best of luck! 

Minggu depan targetnya urusan settlement kelar, balikin laptop, foto-foto farewell sama kantor (mau recreate foto Han Hyojoo!), bagi-bagiin hadiah ke temen-temen. 

Syukur-syukur ada kabar dari Errthing, karena kemarin user-nya sih kayak udah suka, dan dia bilang proses selanjutnya langsung HR, ga perlu interview user lain lagi. Bismillah. Semoga beneran.

Insya Allah sebelum tahun baru kelar semua urusan sama QQ, biar Januari bebas. Bebas kegiatan dan bebas worry!

Mau planning Bali trip, sambil merayakan si Cuprit kelar sidang dan lulus S1. If all goes well, I’ll pay for everything. Bismillah. 

Okay, segini dulu. Nanti gw update kalo ada perkembangan terbaru. 

Sunday, December 19, 2021

Now we are breaking up [part 1]

It’s been a tough time for me. Everything just happened so fast. I didn’t have much time to process it. But I have to stand strong on my own two feet because everything that will happen next will be more difficult. 

Jadi apa yang terjadi sih, Ta???

It started with news that circulated in early December. 


Pagi hari Senin, 7 Desember, seperti biasa tim gw weekly meeting sama bos, dimana kita report apa yang terjadi minggu lalu dan apa yang akan dilakukan minggu ini. Hari itu, bos gw tidak seperti biasa. Biasanya di weekly meeting itu dia akan sangat bawel dan dengan detil menanyakan project/issue/apapun yang berhubungan sama pekerjaan kita. Apalagi ketika membahas data, biasanya itu 1 jam sendiri. Tapi hari itu nggak, dia seperti terburu2 mengejar sesuatu. Weekly meeting yang biasanya bisa sampai 2,5 jam, dipangkas menjadi 1 jam aja. Data di-ignore begitu saja. Sebelum mengakhiri meeting, beliau menanggapi news yang beredar. 

“Guys, mungkin kalian sudah dengar bahwa QQ sedang melakukan layoff besar-besaran. Itu benar, di China sana, QQ sedang memangkas unit-unit bisnis yang dianggap tidak profitable, seperti games, e-book, dan social media. Info yang saya tahu, layoff ini tidak akan mempengaruhi unit bisnis utama QQ, yang adalah platform streaming. Minggu ini saya akan memastikan budget untuk Indonesia di 2022. Jika sudah ada konfirmasi, saya akan beritahu kalian.”

Kemudian dia pergi begitu saja, dan sepanjang minggu MIA. 

Ini red flag pertama, karena bener2 ga biasanya beliau begitu. Biasanya dia pasti sering “gangguin” kita tiap hari. Either itu di email atau Whatsapp. Maklum, namanya juga bos.

Keadaan semakin mencurigakan ketika hari demi hari kita mendengar kabar colleague2 di China banyak yang di layoff dan mereka bukan karyawan games, e-book, dan social media seperti yang diberitakan, tapi karyawan platform streaming—yang mana adalah teman2 kita sendiri.

Mereka yang di-layoff juga bukan karyawan entry level, melainkan sudah level manager ke atas. Ini bener2 bikin syok. Hampir setiap hari, pembicaraan gw dan temen2 di Indonesia kurang lebih seperti ini:

“Eh, si X kena layoff lho!”
“Ah masa?? Kok bisa?? Dia kan senior banget!”
“Iya nih, parah banget, itu orang udah bertahun-tahun di QQ!”
“Gila, kalo ga ada dia siapa yang ngurus Divisi X??”
"Eh iya si X udah gone statusnya di group chat! Huaaa..."

Conversation seperti ini berlangsung setiap hari. Keesokan harinya X berubah menjadi Y, kemudian menjadi Z, dan seterusnya.

It's getting pretty grim.

Gw sendiri mulai waswas. Perkataan bos di weekly meeting sebenernya mengafirmasi 2 hal: bahwa layoff ini hanya terjadi di China dan hanya untuk unit bisnis yang tidak profitable. Jadi seharusnya gw aman. “Masa di-layoff sih? Karyawan di Indo cuma 7 orang dan QQ di Indo lagi growing banget! Sayang banget kalo di-layoff.”

Jadi gw berusaha tenang dan mendistraksi pikiran ke hal lain.

Tapi kemudian, Senin siang 14 Desember, keluarlah berita ini.



Gw langsung mental breakdown. 

No. Please no. This is not happening…

Langsung ga konsen kerja, tapi gw paksain karena satu-satunya yang bisa mendistraksi gw akan semua ini adalah bekerja. Jam 7 malem, ketika gw sudah bersiap tutup laptop dan nonton Running Man, berita itu datang via bos gw di Whatsapp.



This is it. This is really happening. 

QQ decided not to invest in the market anymore and all 7 of us got layoff. 

Sedih, marah, frustasi, kecewa, patah hati, hancur, semuanya dirasain barengan. 

Ibarat diputusin pas lagi sayang-sayangnya, ya begini ini. 

Entah berapa kali gw nulis di blog ini juga kan, bahwa gw happy di sini, gw cinta sama QQ, I love what I’m doing here. I love my team here. 

Eh diputusin~

Even mau memaki aja ga bisa, karena gw masih bucin. Ga tega.

Anyway, ada 3 pertanyaan yang terlintas terlintas di kepala gw setelah dikasitau berita ini.

Yang pertama adalah “why?” karena sumpah, QQ di Indo tuh lagi berkembang pesat. Kurva kita selalu raising, orang2 akhirnya udah pada tau kita, beberapa bahkan ngajak kita kerjasama.

We finished 2021 WITH A BANG! MAU & DAU rise! Jirisan and Happiness were a HUGE success! 2021 gave us so many learnings. We’re SO READY for 2022! We have geared up in full force, siap lari, siap mengejar ketinggalan. All the plans are ready, all the agencies have pitched, all campaigns are set in stone, things are just getting started and we ARE excited.

Our biggest anime, Attack on Titan Final Season Part 2 is gonna be released on 10 January, and we plan the biggest Nobar ever with the fan communities. Fyi, fans-nya AOT itu super gila, jadi bisa diantisipasi Nobarnya bakal seru banget.

We just released a new Korean original, Bad and Crazy, yang main WI HA JOON FROM SQUID GAME. Anticipation is high. We plan to launch a kickass KOL campaign for this one with the biggest influencers in the industry.

We just released blockbuster Chinese drama, Luoyang, yang main Wang Yibo dan Victoria f(x). Dracin yang take the world by storm, karena viral dimana-mana. Gw dan tim punya plan untuk bikin offline activation di PIK, taro standee Wang Yibo segede2 gaban di spot2 foto yang instagramable. 

Alex Simanjuntak aka Boboholokal, TikTok influencer with 1,5M followers, mengontak gw langsung menawarkan diri jadi brand ambassador QQ karena dia SESUKA ITU sama konten2 kita. Gw sudah berencana untuk make it happen in 2022.

We just launched SEVERAL podcasts to promote our anime and Korean content. Things are just getting really really serious about these podcasts. More and more partners are offering opportunities and our hands are WIDE OPEN!

We will launch a partnership with one of the biggest ISPs in January. Our boss is set to visit, we’re gonna invite 50++ media, have this amazing luncheon and media gathering. Such a kickass way to start the year. 

We are going strong on SNS too! We have recruited a couple of additional freelancing team members that will help us speed up the process of reaching desired social media engagement.

We’re about to close an IDR 2B sales deal with a mega-famous FMCG brand! Yang kalo beneran deal, bakalan ngangkat brand QQ banget karena brand FMCG ini sungguh merakyat dan terkenal dimana2. 

We’re gonna send magnificent CNY hampers worth up to IDR 500K each
to ALL of our partners. Media, KOL, agencies, communities, partners, clients, etc.

Last but not least, last November, we just pitched 4 titles for our local original series, and 2 out of 4 got the green light from the management and are set to release in Q3 next year. 

2022 is supposed to be an EPIC year for us…

We thought nothing can go wrong…

Nothing…

Why… why… why… 

Nggak berhenti mempertanyakan kenapa. It’s just too soon. If only they give us another year to prove ourselves… If only they can wait just a little bit…

Yang kedua terlintas adalah “how to tell people?” Not only talking about business partners yang gw udah sebutin di atas, but also, my family and my friends.

Oh God…

Gimana ini gw bilangnya ke mereka??? 

My parents especially, they are not accustomed to hear bad news from me… Bad news apa sih yang pernah gw beritakan ke mereka? Paling banter gw sakit aja. I never told them about my failures, my regrets, my bad decisions. Karena biasanya itu semua ga ada impact langsungnya ke mereka.

But this one? Of course they will be affected, coz it will lead to financial insecurities!

Oh God…

Gw memutuskan untuk tidak ngomong apapun ke mereka sampai dapat kepastian soal pesangon dan (kalo bisa) kepastian akan pekerjaan selanjutnya yang akan gw lakukan.

Mudah2an 22nya ada kepastian minggu depan. 

But then I have to deal with questions from friends and partners, yang masing-masing approach-nya beda…

Oh God…

Bener2 ga siap. Friends and partners, if y’all read this, be nice to me, okay?

Okay yang ketiga adalah “what am I gonna do next?”

:)

Senyumin aja deh yang ini mah. 

Beberapa minggu yang lalu, gw baru aja bales-balesin mesej rekruter yang menawarkan pekerjaan di Linkedin.



Karma is real, baby.

Anyway, kalo ditanya apa yang gw akan lakukan selanjutnya? Jawabannya sih udah pasti gw masih mau bekerja di OTT. Ini dunia gw, ini passion gw, ini expertise gw. Jadi gw masih mau mengabdi di sini.

CV udah disebar ke beberapa kompetitor, 2 di antara mereka sudah reach out dan menjadwalkan interview. Semoga berkenan. 

So yeah. 

Masih banyak ketidakjelasan akan semua ini. Seperti kapan last day, itu masih belum pasti. Sekarang statusnya gw dan teman2 di Indonesia sedang memperjuangkan hak kita sambil “beberes”, packing dan pamitan. 

I hope it’s not messy. And seriously, I hope not many people find out about this. If there’s one thing I don’t wanna deal with right now, it’s the people, really.

Malu aja.

Nggak deng, malu banget.

Ini sudah hari ke-6 sejak pemberitahuan akan layoff, sampai detik ini masih berasa di-prank. Setengah otak gw masih ga bisa terima. Masih ngebayangin all those awesome stuffs we’re gonna do next year. But then they crumble ketika sadar semua itu ga akan pernah terjadi.

December is supposed to be the month of jolly, but instead I’m sitting here in such a confused state. Mempertanyakan 3 hal tadi berulang-ulang. 

Di sisi lain karena gw baru pertama kali ini mengalami yang namanya layoff, jadi ada efek kaget first-timer-nya juga. Ooh.. begini ya rasanya.. Kemudian ketawa getir. Ha. ha. ha. ha.

I'm also too scared to reach out to people first, so far gw baru kasitau Grace. Temen2 deket mungkin sebentar lagi akan menyadari bahwa seminggu ini gw diem banget, padahal biasanya sering gangguin walaupun cuma dengan kirim2 video alay di TikTok. Mungkin sebentar lagi mereka akan reach out…

Makin pusing pas dipikirin. 

But anyway, so far hikmah yang bisa gw ambil dari kejadian ini antara lain:
- Jangan terlalu bucin
- You cannot be too happy, kalo hidup lo terlalu happy pasti ada yang salah atau it will not last long
- The sad fact of life is that you cannot have anything in the world
- Expect disappointment, that way you will never be disappointed

Postingan ini segini dulu. Nanti gw update kalo ada perkembangan terbaru. 

Saturday, December 18, 2021

Expect Disappointment


… that way you will never be disappointed.

Learned it the hard way.

Also, gini toh rasanya diputusin pas lagi sayang-sayangnya.

Baique.




Saturday, July 4, 2020

SHE TOLD ME TO LIE

Hi, guys! How y’all doin?

Awalnya gw ga mau bikin postingan ini karena ga mau 2 postingan berturut2 bernuansa negatif~ Tapi dari kemaren gw stress, dan gw harus mencurahkan kegundahan ini somewhere. Temen2 gw pada ga available, so yeah. Here I go again.

Guys, I’m so done with my boss. Ya, oknum yang sama yang pernah gw ceritain di sini.

Gw udah lama ga sejalan sama pemikiran dan ide2nya dia sih, tapi gw tahan2in, ga resign dulu, karena gw mengincar stuff like promotion, bonus, and annual raise. Now that I’ve got all of them, rasanya udah ga ada yang menahan lagi untuk resign. I’ve got nothing to lose.

Anyway, makin lama beliau makin toxic, in a way that she has become insanely ambitious, pushy, unrealistic, careless, and just overall annoying.

Ini beberapa kejadian yang membuktikan statement di atas:

- Dia minta tim gw untuk melakukan pekerjaan tim lain, tanpa memikirkan risiko bahwa tim gw sama sekali ga bisa melakukan pekerjaan tersebut. Nanti ketika sudah dikerjakan dan hasilnya jelek, dia akan marah2.

- Dia mau tim gw mengontrol kerjaan tim lain, padahal tim gw has no clue what’s going on di tim lain, and isn’t that very rude to interfere someone’s work just for your own sake?!

- Dia selalu memaksakan kehendak, ga mau denger suara anak2nya. She’s so old but she’s acting like a spoilt teenager. Kalo keinginannya ga dipenuhi, ngambek~

- Dia orang yang sangat berpengalaman, udah kerja lebih dari 30 tahun, tapi ga ngerti proses, ga pernah punya pertimbangan matang akan sesuatu yang dilakukan, dan hampir selalu terlihat amatir ketika mengambil keputusan.

- Dia ga peduli well-being timnya. Di masa pandemi ini dia memaksakan buanyak banget kerjaan, tanpa sekalipun menanyakan kesanggupan kita untuk melakukannya.

- Dia sangat politis, suka main favoritism. Punya anak emas di tim lain, yang selalu diagung2kan dan diperhatikan secara berlebihan. Tapi anak2nya sendiri? Peduli setan~

Not to mention she is also very rude, which ini udah lama sih. Dari dulu komunikasi dia ke bawahannya emang ga bagus. Bahasanya kayak preman. Sering marah2 ga jelas, kalo ngasih brief atau instruksi ga lengkap sehingga menyebabkan miskom, judes pula orangnya jadi auranya udah ga enak kalo berinteraksi sama kita, suka hilang tiba2 terus dateng2 bikin panik ga karuan.

Masalah komunikasi ini minor sih kalo dibandingin alasan toxic yang gw jabarin sebelumnya.

Tapiii walaupun udah segitu parahnya, selama ini gw masih bisa tahan. Gw lempengin aja, ga terlalu ambil pusing…........... until yesterday happened.

For the first time in my career, I was told to lie.

Yes, she told me to fucking lie.

Not once, TWICE!

Wah gila, jiwa gw langsung terguncang~

Pertama, gw disuruh bikin fake brief untuk pitching creative agency, yang berujung pada jebakan batman agency yang kepilih. Something like “kena deh, sebenernya bukan ini yang gw pengen lo lakukan~ hihihi~~” I mean, WTF? That’s not fair~ Gw ga suka sama creative agency, tapi bukan berarti gw oke2 aja melihat mereka diperlakukan dengan tidak fair~ Mereka juga manusia for God sake~ I mean, what’s the harm on being honest since the beginning? They’ll find out about it sooner or later~

Kedua, gw disuruh bilang ke agency DA, bahwa mereka sudah merugikan Dian sejumlah uang—padahal kenyataannya tidak, for the sake untuk memberikan efek jera. I mean, WTF?! Efek jera bisa diberikan tidak dengan cara berbohong. Lagipula, berbohong atau tidak toh kita ga akan pake DA lagi, itu saja sudah memberikan efek jera. So what’s the point of lying?

Ga perlu gw ceritain detilnya, karena sumpah it’s very shameful dan sangat tidak berperikemanusiaan. Gw ga mau mengotori blog ini dengan such nonsense~

When she told me to lie, badan gw langsung bereaksi. Gw seketika sakit kepala, berasa kotor, najis, dan kepikiran sepanjang hari sampai sekarang gw nulis blog ini karena gw ga tau lagi gimana caranya mencurahkan isi hati.

Gw bener2 terguncang, dan gw paham betul kenapa.

Gw kuliah jurnalisme dimana gw diajarkan untuk selalu membela dan berpihak kepada kebenaran. Earlier this week, we lost Bang Mimar. Salah satu dosen gw di Jurnal-Kom UI. Mungkin dosen terbaik yang pernah gw punya. Bang Mimar ga cuma ngajarin teori2 jurnalisme dan dasar2 penulisan, tapi juga ngajarin untuk menjadi pribadi yang idealis, berintegritas dan berkomitmen pada kebenaran. Pekerjaan pertama gw pun jurnalis dan tentunya gw menerapkan etika jurnalisme dalam bekerja dan berperilaku. Selalu cari kebenaran, selalu berlandaskan fakta. Jujur, jangan bohong.

Kemudian gw bergabung dengan LPDP dimana salah satu nilai yang dijunjung tinggi adalah integritas. Berpikir, berkata, berperilaku dan bertindak dengan baik dan benar serta memegang teguh prinsip-prinsip moral.

Gw memang sudah bukan mahasiswa ataupun jurnalis, pun sudah lulus dari LPDP, tapi nilai2 ini gw pegang teguh dan terapkan di hidup sehari2 karena gw tau nilai2 ini benar dan akan menuntun gw untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Berkaca dari sini, gw ga mungkin dong mengkhianati nilai2 yang susah payah gw dapatkan dari momen2 terpenting di hidup gw ini, yang bertahun2 gw terapkan supaya bisa jadi pribadi yang lebih baik, hanya untuk menuruti perintah orang yang cuma mementingkan kepentingan dirinya sendiri~~~

Sorry ya mbak, lo boleh suruh gw melakukan berbagai pekerjaan bodoh, any odd jobs yang otak sinting lo itu pengenin, tapi ketika lo suruh gw bohong, wah gila itu namanya nyerang prinsip dan gw ga akan membiarkannya terjadi.

That’s it. I ain’t playing this game no more.

Mungkin gw terkesan lebay ya, to be honest gw pun sempet berpikir demikian. Apakah gw overreacting?

Tapi kalo gw lebay, ga mungkin sampai segitunya kepikiran, dan somehow ketika gw sakit kepala abis disuruh bohong itu, otak gw larinya ke pengalaman dan ilmu yang gw dapetin di kampus UI, jurnalisme, Bang Mimar, dan LPDP.

So no, I’m not overreacting. Gw bereaksi seperti ini, karena gw punya pengalaman hidup yang solid tentang ini, yang membuat gw mengerti benar bahwa berbohong itu salah.

“Ah sok suci lo, kayak ga pernah bohong aja.”

Tentu gw pernah berbohong, sering malah. Tapi kebohongan yang gw lakukan ga pernah untuk causing harm to others. White lies, berbohong demi kebaikan. Bohong yang si mbak ini minta gw lakukan, 22nya untuk causing harm to others. Dan 22nya ga necessary kalo dipikir2, ada cara lain yang bisa dilakukan—cara yang benar, untuk mencapai tujuan yang sama. Nggak perlu berbohong kok, beneran deh!

Sigh~

Capek, guys. Kerja sama orang kayak gini, moral lo berasa dimatiin perlahan2. Susah2 dibangun tuh moral~

Kapan ini berakhir ya Allah~

I just can’t deal with her anymore~


Sunday, June 21, 2020

PROYEK TOKAI

Sorry guys, ini harus dilampiaskan.

 

I love working with people. I love observing people’s characteristics through the working environment. It’s always fun—I thought~

 

Until this project happened.

 

Yang mau gw omongin hari ini adalah pengalaman kerja sama orang. Ga usah di-throwback dari jaman kerja di XXXXX, udah terlalu banyak, fast forward kerja di Dian aja, particularly in this project.

 

Oke so, gw kebagian sebuah project, first time ever in history ngegawangin creative development dari KV dan TVC untuk sebuah campaign jangka pendek. Kita sebut saja proyek ini dengan nama Proyek Tokai.

 

Tadinya gw kasih nama proyek sembelit, karena ngerjain proyek ini rasanya kayak sembelit—pengen boker ga keluar2~ But then kalo pada akhirnya proyek ini selesai ga bisa pake kata sembelit lagi dong, jadi ganti nama jadi Proyek Tokai.

 

Okay so, dari awal proyek ini udah rawan.

 

Campaign-nya adalah campaign regional. Biasanya kalo campaign dari regional, asetnya dibikinin sama mereka dan lokal tinggal localize. Tapi, kali ini nggak. Bos-bos gw (plural ya, banyak bos) di lokal, pengen kita bikin asetnya sendiri—alasannya karena aset dari regional tidak sesuai dengan market Indonesia.

 

Oke, make sense. Tapi ini kali pertama hal ini terjadi. Akankah semua baik2 saja? Apakah regional akan oke campaign mereka diambil alih kreatifnya oleh lokal?

 

By theory: Oh sure, we’re okay, please go ahead.

 

In reality: HELL NO, BITCHES! WE WILL MAKE YOUR LIFE LIKE HELL.

 

Begitulah abstrak yang terjadi, sodara-sodara.


Regional bukannya membantu, malah menyusahkan. Kita akan bahas lebih lanjut di bawah ya.

 

Now moving on to technicality, tantangan nomer 2 adalah the people I work with, dalam hal ini adalah sebuah creative agency—kita sebut saja DOOMED AGENCY aka DA.

 

Ini pertama kalinya gw kerja sama creative agency yang bener2 intens gw gawangin. Dulu pernah tapi ga se-intens ini.

 

Okay so, proyek ini serba mepet. Bikin KV & TVC waktunya dari pitching ide sampe produksi cuma 1,5 bulan. Untungnya kita ga harus pitch agency, langsung tunjuk aja.

 

By theory: Enak nih, bisa lebih cepet dan lebih enak tektokannya.

 

In reality: &%#@*&%#)@!#%$#@&?>$#^~


Gila men, kalo ada the worst kind of people yang gw pernah kerja bareng, itu hands down orang2 dari creative agency. Maybe gw bias ya karena cuma mengacu pada pengalaman proyek ini aja, tapi gw pernah ketemu dan meeting sama creative agency serupa dan I swear to God, they were as worse!

 

Pertama, mereka itu sotoynya luar biasa. Berasa paling kreatif, berasa paling pinter, berasa paling inovatif…… to the point ga mau dengerin kata klien~

 

Along the way I go back and forth to DA for revision, each time gw menerima sangkalan, pembelaan diri, dan malah dikuliahin~ 


I WAS LIKE.. FUCK THIS SHIT! YANG KLIEN SIAPA SIH~

 

Kalo artwork yang kita pengen ga sesuai dengan idealisme kreatif lo, yang rugi kita kok bukan elo~ Elo tetep kita bayar sesuai quotation~ So why don’t you shut the fuck up, do as I say, or give my money back!!!

 

Kedua, mereka itu lambreta alias leletttttttttt~~~ yawlaaaaaa~~~~

 

Gw termasuk orang yang kerja dengan pace cepat, makanya gw cocok kerja di startup/tech. Selama ini gw ga pernah bermasalah sama deadline… until I work with DA~

 

Gila~ Deadliner parah. Mereka bisa lho kirim materi jam 11 malem, dan minta approval jam 12 malem. Ga ada akhlak~

 

Kalo dikasih deadline jam 3, baru ngumpulin 2:59. Kan anjing~

 

Terus minta approval buru2, giliran ditagih ngeles mulu, alesannya: “Secara kreatif kita belum puas~” LU MAKAN TU PUAS! AMPE TAON DEPAN JUGA GA PUAS2~~~ KALO NUNGGUIN LO PUAS KERJAAN GUA KAPAN KELARNYA ANJEEEEEEENNNGGGG~~

 

Creative agency macem DA ini, ga cocok kerja sama Dian. Beda karakter. Mereka tidak result oriented, tapi process oriented.

 

AIN’T NOBODY GOT TIME FOR DATTTT

 

Bye aja, besok2 ga bakal dipake lagi. One client lost, your loss. There are plenty of agencies out there willing to work with us~

 

Gw udah kerja sama dengan berbagai macam tipe vendor.

 

EO, production house, TV station, media, KOL and social media agency, marketing agency, PR agency, service provider, etc…

 

Ga ada yang pernah bikin se-emosi ini yawla, dan gw termasuk salah satu orang tersabar di tim. Banyak yg lebih emosian dari gw. Trust me, gw orangnya menghindari konflik, gw ga mau ribut, ga mau berantem, maunya yang damai2 aja.

 

Crisis banyak along the way, tapi harus bisa diselesaikan dengan logika dan kepala dingin. Itu motto gw, tetap tenang dan pikirkan jalan keluarnya pelan2. Pasti bisa kok.

 

Tapi ya, ketika kerja sama si DA ini, sekeras apapun gw berusaha untuk keep calm, tetep ga bisa~ Karena 2 alasan di atas tadiiii~~~ Emosi gw terus2an tersulut, sampai akhirnya tadi hampir keluar pas meeting bersama—untung lowkey~

 

Anyway moving on, ketika lo berpikir udah semua penyebab kemarahan gw hari ini gw sebutin, which is regional rese dan agency yang ga punya akhlak, nope, tentu saja belum. Masih ada satu lagi: le bosses.

 

Yak, bahkan bos gw sendiri jadi masalah buat gw. Orang2 yang harusnya jadi penanggungjawab gw di kantor, ikut2an bikin gw sakit kepala.

 

Oke, bos gw tuh ada 2: Pingkan dan Maya, Duo Ratu.

 

Pingkan bos langsung, Maya bos besar.

 

Selama ini gw kalo minta approval selalu ke 22nya, which is fine, it’s a natural process. Kalo di kantor mejanya 2 orang ini sebelahan jadi gw sekali minta approval bisa langsung dapet 22nya~

 

But then WFH happened~

 

Ketemu sama 2 manusia ini susaaaaaahhhh bangettt~~~ Meeting-nya back to back full seharian. Di-chat ga dibales, ditelpon harus via sekretarisnya terus harus ambil nomer antrean nunggu sampai ibunya kosong~ GA EFISIEN BEB~

 

Apalagi dengan kondisi si DA kalo minta approval mepet2, ya gimana ceunahhh~~

 

Oke masalah waktu dan approval itu satu, masalah kedua yang ditimbulkan duo Ratu adalah ketika keduanya ga align, yang satu mau A, yang satu mau B. YAWLAH~ terus ane di tengah2 gimana nasibnyeee~~~

 

Tapi ini okelah, kalo emang ga ada yg mau ngalah biasanya Pingkan gw tinggalin, gw ikutin Maya, karena lebih bos.

 

Persoalan ketiga, adalah ketika 22nya indecisive. This more like hell. Kalo kasih approval jawabannya ngawang2. Instead of a simple yes or no, ga langsung jawab atau malah ngide yang lain~

 

Mbak, Bu, please-lah, can you guys not make my life any more difficult?!

 

Persoalan keempat adalah ketika line of approval ini tidak jelas. Siapa awan di atas awan, siapa yang punya kekuasaan tertinggi, apakah Duo Ratu atau regional? Lalu bagaimana kalau Duo Ratu tidak sepemahaman dengan regional? Lalu bagaimana kalau Duo Ratu tidak sepemahaman dengan regional dan masing2 tidak ada yang mau mengalah?

 

Aku terjebak di antara perang dingin~

 

Rasanya pengen gw bom aja itu 22nya~

 

What a miserable quality of leadership.

 

Anyway udah ah gw ga mau lama2 marah2nya~ Udah stress WFH di-extend sebulan (yes!!! Sakit jiwa emang HR gw~) masa mau makin stress gara2 marah2? Long story short, this project has been a stairway to hell for me, an acute constipation, semua orang kecuali my beloved team (except Duo Ratu) basically TOKAI, and I cannot wait to flush them away to the dirtiest sewer where street rats and cockroaches live.

 

So fucking long motherfuckers!