Sunday, June 21, 2020

PROYEK TOKAI

Sorry guys, ini harus dilampiaskan.

 

I love working with people. I love observing people’s characteristics through the working environment. It’s always fun—I thought~

 

Until this project happened.

 

Yang mau gw omongin hari ini adalah pengalaman kerja sama orang. Ga usah di-throwback dari jaman kerja di XXXXX, udah terlalu banyak, fast forward kerja di Dian aja, particularly in this project.

 

Oke so, gw kebagian sebuah project, first time ever in history ngegawangin creative development dari KV dan TVC untuk sebuah campaign jangka pendek. Kita sebut saja proyek ini dengan nama Proyek Tokai.

 

Tadinya gw kasih nama proyek sembelit, karena ngerjain proyek ini rasanya kayak sembelit—pengen boker ga keluar2~ But then kalo pada akhirnya proyek ini selesai ga bisa pake kata sembelit lagi dong, jadi ganti nama jadi Proyek Tokai.

 

Okay so, dari awal proyek ini udah rawan.

 

Campaign-nya adalah campaign regional. Biasanya kalo campaign dari regional, asetnya dibikinin sama mereka dan lokal tinggal localize. Tapi, kali ini nggak. Bos-bos gw (plural ya, banyak bos) di lokal, pengen kita bikin asetnya sendiri—alasannya karena aset dari regional tidak sesuai dengan market Indonesia.

 

Oke, make sense. Tapi ini kali pertama hal ini terjadi. Akankah semua baik2 saja? Apakah regional akan oke campaign mereka diambil alih kreatifnya oleh lokal?

 

By theory: Oh sure, we’re okay, please go ahead.

 

In reality: HELL NO, BITCHES! WE WILL MAKE YOUR LIFE LIKE HELL.

 

Begitulah abstrak yang terjadi, sodara-sodara.


Regional bukannya membantu, malah menyusahkan. Kita akan bahas lebih lanjut di bawah ya.

 

Now moving on to technicality, tantangan nomer 2 adalah the people I work with, dalam hal ini adalah sebuah creative agency—kita sebut saja DOOMED AGENCY aka DA.

 

Ini pertama kalinya gw kerja sama creative agency yang bener2 intens gw gawangin. Dulu pernah tapi ga se-intens ini.

 

Okay so, proyek ini serba mepet. Bikin KV & TVC waktunya dari pitching ide sampe produksi cuma 1,5 bulan. Untungnya kita ga harus pitch agency, langsung tunjuk aja.

 

By theory: Enak nih, bisa lebih cepet dan lebih enak tektokannya.

 

In reality: &%#@*&%#)@!#%$#@&?>$#^~


Gila men, kalo ada the worst kind of people yang gw pernah kerja bareng, itu hands down orang2 dari creative agency. Maybe gw bias ya karena cuma mengacu pada pengalaman proyek ini aja, tapi gw pernah ketemu dan meeting sama creative agency serupa dan I swear to God, they were as worse!

 

Pertama, mereka itu sotoynya luar biasa. Berasa paling kreatif, berasa paling pinter, berasa paling inovatif…… to the point ga mau dengerin kata klien~

 

Along the way I go back and forth to DA for revision, each time gw menerima sangkalan, pembelaan diri, dan malah dikuliahin~ 


I WAS LIKE.. FUCK THIS SHIT! YANG KLIEN SIAPA SIH~

 

Kalo artwork yang kita pengen ga sesuai dengan idealisme kreatif lo, yang rugi kita kok bukan elo~ Elo tetep kita bayar sesuai quotation~ So why don’t you shut the fuck up, do as I say, or give my money back!!!

 

Kedua, mereka itu lambreta alias leletttttttttt~~~ yawlaaaaaa~~~~

 

Gw termasuk orang yang kerja dengan pace cepat, makanya gw cocok kerja di startup/tech. Selama ini gw ga pernah bermasalah sama deadline… until I work with DA~

 

Gila~ Deadliner parah. Mereka bisa lho kirim materi jam 11 malem, dan minta approval jam 12 malem. Ga ada akhlak~

 

Kalo dikasih deadline jam 3, baru ngumpulin 2:59. Kan anjing~

 

Terus minta approval buru2, giliran ditagih ngeles mulu, alesannya: “Secara kreatif kita belum puas~” LU MAKAN TU PUAS! AMPE TAON DEPAN JUGA GA PUAS2~~~ KALO NUNGGUIN LO PUAS KERJAAN GUA KAPAN KELARNYA ANJEEEEEEENNNGGGG~~

 

Creative agency macem DA ini, ga cocok kerja sama Dian. Beda karakter. Mereka tidak result oriented, tapi process oriented.

 

AIN’T NOBODY GOT TIME FOR DATTTT

 

Bye aja, besok2 ga bakal dipake lagi. One client lost, your loss. There are plenty of agencies out there willing to work with us~

 

Gw udah kerja sama dengan berbagai macam tipe vendor.

 

EO, production house, TV station, media, KOL and social media agency, marketing agency, PR agency, service provider, etc…

 

Ga ada yang pernah bikin se-emosi ini yawla, dan gw termasuk salah satu orang tersabar di tim. Banyak yg lebih emosian dari gw. Trust me, gw orangnya menghindari konflik, gw ga mau ribut, ga mau berantem, maunya yang damai2 aja.

 

Crisis banyak along the way, tapi harus bisa diselesaikan dengan logika dan kepala dingin. Itu motto gw, tetap tenang dan pikirkan jalan keluarnya pelan2. Pasti bisa kok.

 

Tapi ya, ketika kerja sama si DA ini, sekeras apapun gw berusaha untuk keep calm, tetep ga bisa~ Karena 2 alasan di atas tadiiii~~~ Emosi gw terus2an tersulut, sampai akhirnya tadi hampir keluar pas meeting bersama—untung lowkey~

 

Anyway moving on, ketika lo berpikir udah semua penyebab kemarahan gw hari ini gw sebutin, which is regional rese dan agency yang ga punya akhlak, nope, tentu saja belum. Masih ada satu lagi: le bosses.

 

Yak, bahkan bos gw sendiri jadi masalah buat gw. Orang2 yang harusnya jadi penanggungjawab gw di kantor, ikut2an bikin gw sakit kepala.

 

Oke, bos gw tuh ada 2: Pingkan dan Maya, Duo Ratu.

 

Pingkan bos langsung, Maya bos besar.

 

Selama ini gw kalo minta approval selalu ke 22nya, which is fine, it’s a natural process. Kalo di kantor mejanya 2 orang ini sebelahan jadi gw sekali minta approval bisa langsung dapet 22nya~

 

But then WFH happened~

 

Ketemu sama 2 manusia ini susaaaaaahhhh bangettt~~~ Meeting-nya back to back full seharian. Di-chat ga dibales, ditelpon harus via sekretarisnya terus harus ambil nomer antrean nunggu sampai ibunya kosong~ GA EFISIEN BEB~

 

Apalagi dengan kondisi si DA kalo minta approval mepet2, ya gimana ceunahhh~~

 

Oke masalah waktu dan approval itu satu, masalah kedua yang ditimbulkan duo Ratu adalah ketika keduanya ga align, yang satu mau A, yang satu mau B. YAWLAH~ terus ane di tengah2 gimana nasibnyeee~~~

 

Tapi ini okelah, kalo emang ga ada yg mau ngalah biasanya Pingkan gw tinggalin, gw ikutin Maya, karena lebih bos.

 

Persoalan ketiga, adalah ketika 22nya indecisive. This more like hell. Kalo kasih approval jawabannya ngawang2. Instead of a simple yes or no, ga langsung jawab atau malah ngide yang lain~

 

Mbak, Bu, please-lah, can you guys not make my life any more difficult?!

 

Persoalan keempat adalah ketika line of approval ini tidak jelas. Siapa awan di atas awan, siapa yang punya kekuasaan tertinggi, apakah Duo Ratu atau regional? Lalu bagaimana kalau Duo Ratu tidak sepemahaman dengan regional? Lalu bagaimana kalau Duo Ratu tidak sepemahaman dengan regional dan masing2 tidak ada yang mau mengalah?

 

Aku terjebak di antara perang dingin~

 

Rasanya pengen gw bom aja itu 22nya~

 

What a miserable quality of leadership.

 

Anyway udah ah gw ga mau lama2 marah2nya~ Udah stress WFH di-extend sebulan (yes!!! Sakit jiwa emang HR gw~) masa mau makin stress gara2 marah2? Long story short, this project has been a stairway to hell for me, an acute constipation, semua orang kecuali my beloved team (except Duo Ratu) basically TOKAI, and I cannot wait to flush them away to the dirtiest sewer where street rats and cockroaches live.

 

So fucking long motherfuckers!


No comments:

Post a Comment