Showing posts with label thoughts. Show all posts
Showing posts with label thoughts. Show all posts

Tuesday, August 26, 2025

Now what?

Hi, guys! How yall doin?

Got into this convo with friends a few weeks ago.

“So you’ve reached your goals, now what?”

photo creds here


--Ini cerita pertama--

Sejak kecil, kita diperkenalkan dengan konsep cita-cita.

Arti kata cita-cita menurut KBBI:

cita-cita (n) keinginan yang selalu ada di dalam pikiran

Dalam prakteknya, cita-cita hampir selalu dikaitkan dengan konteks karier atau dream job. Jadi ketika orangtua atau guru bertanya pada diri kita sewaktu kecil, jawabannya hampir selalu profesi. 

Dokter, pilot, pramugari, ilmuwan, guru, polisi, PNS (I know particular parents yang menanamkan konsep PNS adalah segalanya sejak dini, wkwk)—to name a few cita-cita yang paling populer, at least di lingkungan tempat gw dibesarkan.

Gw sendiri pernah bercita-cita menjadi dokter waktu SD. Menurut Seeta kecil, dokter itu semacam magician, bisa menyulap orang sakit menjadi sehat. Gw juga merasa dokter itu profesi yang mulia, karena menyehatkan bangsa. Karena itu, gw pernah kepingin jadi dokter. 

Sayangnya cita-cita ini kandas ketika SMA, ketika tau bahwa secara akademis gw tidak memenuhi syarat menjadi dokter. Berkali-kali simulasi tes masuk Kedokteran UI selalu gagal. Pun gw tidak jago-jago amat di Fisika dan Kimia, jagonya cuma di biologi~ Jadi yaa realistis aja. 

Sekitar SMP ketika gw mulai intens berkenalan dengan pop culture, pernah juga bercita-cita jadi aktris dan rapper. Wkwk~

Random sekali memang. But seriously, gw beneran merasa gw jago akting karena jago bohongin orang sempet ikutan teater and I fucking nailed a couple of plays. Juga terinspirasi film-film dan artis-artis remaja masa itu tentunya, Lindsay Lohan, Hilary Duff, Amanda Bynes, dll. Terus gw tuh bisa lho hapal script satu film full dan re-enact scene-nya, sebwah skill yang ga ada faedahnya. Wkwk~

Lalu, karena pernah ada masanya I was really into hip hop and rap music thanks to Eminem and Linkin Park, gw pengen jadi rapper. I thought it was so cool to be able to write and sing a rap lyric/cipher that not all people can decipher. Sampai sekarang gw masih bisa nyanyi lagu Lose Yourself – Eminem, Empire State of Mind – part rap-nya Jay-Z, Bang Bang – part rap-nya Nicki Minaj, dan God knows how many lagu-lagu Linkin Park, so flawlessly. My biggest flex to date. :p

Sayangnya, cita-cita jadi aktris dan rapper pun harus dikubur karena tidak realistis juga. Tidak bisa diajukan kepada my Asian parents yang mementingkan sekolah dan prestasi akademis. I didn’t even dare propose the ideas to my parents. Udah kebayang reaksinya, “mau jadi apa masa depan kamu?!” wkwkwk~

Hihihi.. Seru ya punya cita-cita tidak realistis.

Kemudian gw berkenalan dengan media massa. TV, radio, majalah, koran, film, buku, musik, dan jatuh cinta pada industrinya. Industri media. Terutama majalah sih waktu itu, nyokap gw selalu bawa pulang majalah hasil dari placement iklan agency tempat beliau bekerja. Semua majalah yang dibawa nyokap gw baca, ga cuma majalah remaja macam Gadis, Cosmo Girl, Go Girl, Kawanku, Hai, tapi juga interest-based magazine kayak majalah otomotif, gadget, National Geographic, Reader’s Digest, dll.

Semakin sering baca majalah, semakin cinta dengan industri media, lama-lama terbesit keinginan untuk berkarier di sana. Kayaknya seru nih, kalau bisa jadi orang yang bekerja di media. Bisa dapet akses ke informasi-informasi menarik lebih duluan dari orang lain, akses ke event-event seru, ketemu orang-orang penting, traveling ke tempat-tempat yang gw belum pernah datengin sebelumnya, on top of that, DIBAYAR LAGI. Wkwk.

Yang kepikiran waktu itu ya kerja di majalah, jadi jurnalis/editor. Ini menjadi cita-cita pertama gw yang realistis. Kebetulan gw juga dianugerahi bakat menulis hasil konsisten menulis diary sejak SD, jadi align dengan cita-cita menjadi jurnalis/editor itu. Alhamdulillah, orangtua approved.

So all set. Fast forward, masuk Ilmu Komunikasi – UI, program studi jurnalisme. Begitu lulus, dapet kesempatan jadi jurnalis di Majalah XXXXX, yang kemudian di-promote jadi editor 2 taun kemudian. 

Cita-cita pertama gw tercapai di usia 24 tahun. 

Sounds awesome? Yeah. Ada masanya gw bangga banget sama pencapaian itu. Tapi ga lama, karena setelahnya gw bergumul dengan konsep baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. 

Kalo ada satu hal yang orangtua lupa/tidak bahas/sosialisasikan/ingatkan/kenalkan pada kita ketika mereka memperkenalkan konsep cita-cita, itu adalah apa yang akan terjadi pada kita, atau apa yang harus kita lakukan, setelah cita-cita itu tercapai.

In my case, which I’m pretty sure terjadi pada anak-anak lain juga, mereka tidak melakukannya. Konsep cita-cita itu berhenti ketika cita-cita sudah tercapai. Lalu setelah itu, apa? Now what?

Do we have to live with it for the rest of our lives?
Do we have to set new goals?
Do we have to make something out of it?

What should we do???

Gw bingung banget waktu itu.

Apalagi setelah dijalani, realitanya menjadi jurnalis/editor itu pahit. Problem utama di penghasilan. Di balik semua privilege-nya, mereka hanya kuli tinta yang penghasilannya rendah secara industry standard. When reality bit, I got family to feed, bills to pay, lifestyle to support, pekerjaan itu menjadi terasa sia-sia buat gw. I didn’t gain much by the end of the day.

Belum lagi industri media konvensional seperti majalah dan koran waktu itu mulai tergerus digital. Oh great, not only everything that I did is a vain attempt, I was at risk of losing my job too if I just stayed there. Kebutuhan untuk upskill menjadi penting untuk bisa bertahan di industri ini. 

Pivot. Resign, masuk agency. Persetan dengan cita-cita.

--Ini cerita kedua--

Cita-cita masa kecil gw yang lain adalah kuliah S2 di luar negeri. Inspirasinya dari mana gw lupa sih. Tapi sejak kecil gw selalu tau pendidikan gw ga berhenti di S1. Kenapa luar negeri kalo ga salah sih ya karena logika aja. Gw S1-nya udah di UI—kampus #1 se-Indonesia. Gw selalu mau goes above and beyond in the next step of my life, jadi ga mau kuliah di Indonesia lagi. Ibaratnya di Indonesia gw udah kuliah di kampus ranking tertinggi, berarti S2 harus di kampus yang ranking-nya di atas UI, yaudah harus ke luar negeri.

I always wanted to try living abroad by myself as well, melatih kemandirian. 

So all set. Fast forward, mengejar beasiswa Purpose dan dapet, diberikan kesempatan untuk memilih kampus dan jurusan juga (yang mana gw pilih sesuai industri yang gw suka—media and entertainment), menyelesaikan S2 di Melbourne dalam 1,5 tahun (ketika orang lain butuh 2 tahun).

Cita-cita kedua gw tercapai di usia 28 tahun.

Lalu siklusnya berulang. 

It sounds awesome indeed. At that time, I felt like I could conquer the world. Pulang ke Indo dengan penuh kebanggaan. 

But again, rasa bangga itu nggak bertahan lama. 

Kembali bergumul dengan “now what?”

Gw harus ngapain nih???

Bingung lagi.

And again, another reality bites moment followed right away. Right after for good, langsung jadi pengangguran berbulan-bulan. Cari kerja paska S2 di luar negeri ternyata tidak semudah itu, Fergusso. 

Another concept yang ga di-heads up sama orangtua kita, cita-cita always comes with consequences. Ada terms and condition yang ga terlihat lho. 

--Ini cerita ketiga--

Sejak tahun 2016, alias sejak nonton Stranger Things pertama kali, gw selalu pengen bekerja di Awe. Ambi banget ini, level ambinya 11-12 sama dapetin beasiswa Purpose. Tapi berkali-kali apply (kayaknya to the point my CV auto-reject by system~ wkwk) not even sampai dikontak~

Fast forward, setelah menjalani 1 tahun di QQ yang menyenangkan (to the point kerja di Awe udah bukan ambisi lagi) dan 3 tahun di Errthing yang painful, siapa sangka Awe came out of nowhere. At the time of hopelessness, when I wanted to break free from Errthing so fucking desperately, Awe came to the rescue. I was scouted—contrary to what has been happening a.k.a gw ngejar-ngejar Awe. Kali ini Awe yang ngejar-ngejar gw. Oh so uh-mazing~

Cita-cita ketiga gw tercapai di usia 36 tahun. Tepat 9 tahun sejak gw nonton Stranger Things pertama kali. [eaaa]

Bedanya, kali ini T&C-nya terlihat nyata. I won’t be there for long. Seakan Tuhan udah capek terus menerus mengabulkan cita-cita gw. Biasanya dikasih satu gelas full, sekarang setengah gelas doang. Hahaha~ Canda Tuhan~

So as expected, sekarang gw kembali bergumul dengan "now what?". Padahal udah masuk Awe nih, ibarat kisah Disney princess, sekarang udah di part happily ever after. But no, gw masih bertanya-tanya "now what?"~

Masih banyak lagi cerita tentang cita-cita gw yang tercapai. Tapi yaa.. ending-nya selalu begitu. Selalu ada “now what?” dan konsekuensi hasil manifestasi reality. 

Akibatnya? Gw jadi takut punya cita-cita lagi karena jujur sampai sekarang gw belum punya jawaban buat pertanyaan “now what?” ini. 

Jadi sekarang gw harus gimana? harus ngapain?

Kalo udah tercapai, apakah cita-cita itu harus dilanjutin, di-stop, di-renew, di-auto cancel, di-upgrade, dibiarin, atau apa?

Kalo kalian punya jawabannya pls let me know. 

Sunday, December 15, 2024

Me wassup #101 – Muay Thai, Nation’s Weird Toys Craze, Business Updates, etc

Hi guys! How yall doin?

Izinkan gw ngalor ngidul sebentar karena hari ini sangat tidak produktif. Ini hari Minggu yang very very slow buat gw. Di rumah aja seharian. Dari tadi kerjaan gw cuma main game, nonton One Piece, makan, repeat. Supaya ga wasted-wasted amat, nulis blog aja deh biar at least ada yang dihasilkan.

Tadi gw sempet bersihin yoga mat karena dalam waktu dekat akan mulai yoga lagi. Yes, kelas muay thai akhirnya berakhir dan ga akan gw terusin. Sorry ya coach, it’s just too painful. Nobody told me muay thai itu 50% martial arts, 50% bootcamp~ I didn’t sign up for the bootcamp. I can’t tolerate the pain afterwards. 

Ini masalah mental aja sih sebenernya. Kalo bisa lebih berani menghadapi that pain harusnya lanjut muay thai ga masalah. I do enjoy the other parts of the session, kayak the sweating part, wah, hella good. Literally 2 hours of dripping. Racun-racun di badan keluar semua. Pure bliss.

The martial arts part juga seru. Tapi ya itu, karena gw cuma ambil kelas 8 sesi yang di-explore ga banyak. Gerakannya itu-itu aja. Jab, strike, elbow, knee, kick, uppercut, hook. Basic banget. Itupun cuma sebatas make sure gerakannya bener aja, ga sampai latihan fokus kombinasi gerakan. 

Muay Thai tadinya niat gw jadiin sarana untuk melampiaskan emosi dengan cara membayangkan samsak = orang yang gw benci, ga terlalu mempan juga. LOL 

Well ada sih momen emosi terlampiaskan, tapi sama aja tuh pas ketemu orangnya tetep benci. Mungkin baru puas kalo gebukin orangnya beneran. LOL

Next-nya gw mau coba pilates reformer. Tempatnya lumayan jauh dari rumah, sekitar 8km-an. Sebel deh, ga ada yang lebih deket. Fyi gym dan studio yoga gw cuma 2km dari rumah, murah lagi. Gw benci olahraga yang harus effort dan mahal. Sports are supposed to be easy, fun, and free/cheap. Tapi sayang ga ada pilihan lain.

It’s okay-lah. Ini kan sifatnya coba-coba aja. Objective gw adalah mencari olahraga yang tepat yang gw bener-bener enjoy dan memberikan impact yang signifikan untuk kesehatan. Jadi ya, coba aja.

Next topic: gw perhatiin sekarang orang Indo (atau bahkan seluruh dunia) sedang dilanda demam boneka-boneka viral ga penting seperti Pop Mart/Labubu atau Jellycat. Part of it blame it on TikTok dan artis-artis/influencer-influencer karena mereka yang bikin viral. 

It’s just so weird, karena bahkan sampai orang dewasa pun ikutan heboh. Bahkan lebih heboh dari anak-anak~ 

I don’t get it.

Why the sudden craze? What about them yang bikin adiktif? 

It’s. Just. A. Plushie!

I mean.. Gw akan memaklumi kalo yang viral adalah mainan-mainan yang canggih/mutakhir/inovatif/beda dari yang lain. Misalnya kayak robot Transformers-nya Medy Rinaldy tuh yang emang keren banget, bisa berubah bentuk, bisa dikontrol dari hape, bisa bereaksi kalo orang ngomong, dll. Atau kayak mainan kuali Magic Mixies Magical Misting Cauldron tuh yang bener-bener kasih experience pas dimainin, interaktif, and high craftsmanship gitu lho, aesthetic, niat bikinnya. Yang kayak gini deserve the hype. 

Nah Labubu & Jellycat tuh APA YANG DITAWARKAN?

Orang-orang sampai rela ngantri, bayar jutaan, beli minimal satu pack supaya dapet semua koleksinya (karena sistemnya blind box), hunting ke luar negeri, jastip dari seluruh penjuru dunia, THIS IS RIDICULOUS!

It’s. Just. A. Plushie! (2)

Sumpah aneh banget sih. lebih aneh lagi liat mbak-mbak, tante-tante, mas-mas, om-om, whatever yang tua-tualah pokoknya, ngegantungin keychain-nya di tas mahal mereka~ LOL

Kalo itu tas Hermes bisa ngomong mereka udah teriak kali, “GET THIS PIECE OF TRASH OUT OF MY SIGHT!”

Kata gw mah mending lu orang tobat terus uangnya dipake nabung/sedekah/invest hal lain yang lebih berfaedah ya. C’mon, look at our current economy. Employees are being laid off, companies are closing down, Rupiah is so weak, people can barely afford the basic necessities…

Anyway, speaking of the economy.. I’m kinda hypocrisy juga nih, bisnis ga jalan-jalan.. Huhuhu~

Jalan sih tapi pelan-pelan banget. Dibantu sama Grace yang rajin ikut bazaar, gw tinggal nitip stok doang. But the sales aren’t good..

But don’t worry, I got plans already. As soon as stok udah dibalikin sama Grace, gw akan jual in bulk di Shopee. Ini buat ngabisin stok. Abis itu, kita rebranding pake produk baru. Gw udah kepikiran beberapa ide, tinggal dipilih salah satu supaya lebih fokus. Doakaaaann~~ 

Aaah... 2k24 udah mau berakhir… Akhirnyaaa…

Not gonna lie, I don’t like this year~

Walaupun banyak hal baik dan menyenangkan yang terjadi sama gw tahun ini, seperti Europe tour bertemu my long lost family, ngajar lagi, beli iPad, dan 2NE1 comeback… itu hanya sebagian kecil. Lebih banyak hal yang ‘kureng’~

I experience many “losses” this year. Teman baik, bos gw tersayang, people I admire.. Ada yang pergi sementara, ada yang selamanya. It hurts.

I experience being rejected multiple times on various occasions.

I experience being betrayed. Gw harus mengeliminasi beberapa orang dari hidup gw karena mereka toxic, dan memutuskan untuk focus on things that really matter and people who really love and respect me.

I experience being scolded and humiliated. Wow. Sensasinya luar biasa! Wkwk~

Buat orang-orang yang bikin gw kecewa, marah, sedih, nangis, takut, malu, kesal, dan benci… karma is real, baby. Real and near.

Kemarin nemu quotes bagus banget di Twitter:




2k25 gw mau fokus jadi orang baik aja.

Kemarin beli gelang batu kristal di Shambhala, Pondok Indah Mall 2, namanya batu phantom. Konon bisa menetralisir energi negatif dan membuka aura positif yang menyejukan batin dan intuisi. 

Yha, saiia sudah memasuki usia kekuatan percaya batu alam overpriced bisa membuat hidup jadi lebih baik. Wkwk~

This could be the last post in 2k24 unless tiba-tiba ada kejadian seru yang blog-worthy. Until then, enjoy the rest of your weekend.

Bye~

Saturday, December 14, 2024

Fangirling At This Age

Hi, guys! How yall doin?

As promised, ini lanjutan postingan konser 2NE1. Tapi bukan review konser, lebih ke side stories yang gw rasakan ketika kembali menjadi fangirl setelah hampir 10 tahun lebih hiatus dan menjalani kehidupan mbak-mbak generasi sandwich ibukota pada umumnya. 

Retrospektif style-lah. Buah karya pemikiran-pemikiran random gw yang muncul begitu saja ketika menjalani kegiatannya. Gw mencoba memasukkan learnings dari setiap topik yang dibahas. Semoga ada faedahnya buat lo semua. 

Oke, yang pertama gw mau ngomongin tiket. Gw awalnya ga berencana nonton 2 hari, karena niatnya adalah nonton di beberapa negara. Tadinya mau nonton di Manila, karena pasti konser di sana lebih meriah secara Dara orang sana. Pasti treatment-nya beda. Tapi ga jadi karena Manila cuma beda seminggu sama Jakarta.

Lalu pengen nonton di Singapore juga karena nonton konser di Singapore selalu lebih tenang, rapi, tertib, dan menyenangkan. Tapi Bone ga menang war ticket. Sama halnya dengan Taiwan, udah niat banget, nyari hotel, pesawat, dan budgeting. Eh, Kak Angie--jastip gw pun gagal war…

Yaudah deh, pasrah. Ga bisa nonton di LN, kita maksimalkan yang di Jakarta, hence nonton 2 hari. 

Ini keputusannya kira-kira 2 minggu sebelum hari H. Ketika itu, sebenernya di tiket.com VIP masih available. Tapi gw realistis aja deh. Kalo 2 hari gw ngonser berdiri kayaknya di hari kedua udah tepar deh. Padahal hari kedua itu yang lebih penting. Nggak deh, duduk aja. Hehe~~

Mulailah gw mencari tiket Cat 3. Kenapa ga VVIP atau Cat 2? Mahal bos. LOL~

Awalnya tanya-tanya orang, temen, fanbase, pada nggak ada, akhirnya mencari di… Twitter. Wkwk



Well damn look at those stats. Gokil sih kekuatan keyword "wtb", dalam waktu sangat singkat gw berhasil menjaring banyak seller tiket. 

But that’s the thing, right? It’s very risky. Ga tau mana yang bener mana yang bohong. Karena itulah diperlukan sense dan intuisi.

Gw DM beberapa di antara yang reply ke tweet gw dan negosiasi. Ada yang meyakinkan, ada yang nggak. Ada yang mau dinego, ada yang nggak. Setelah DM sana sini, gw menemukan kecocokan dengan seseorang bernama Jesslyn—cewek asal Bandung. Dia jual tiketnya underpriced (dari 2,3jt jadi 1,8jt aja) karena dia dapet tiket itu juga ga sengaja. Jadi ceritanya dia dan temennya ngewar tiket, eh 22nya dapet. Jadi dia give up salah satunya. Nah yang dia give up inilah yang dia jual. Alasan ini dijelaskan sedetil mungkin sama dia sehingga gw percaya dan memproses tiketnya pake DP. 

“Sisanya pas ketemu di venue aja, Kak. Setelah aku tuker tiketnya sama wristband. Nanti kakak langsung kukasih wristband-nya aja.”

Another thing yang bikin gw percaya sama dia. Dia beneran dateng ke venue dan ikut nonton juga. Dia mengurus tiket gw sampai wristband. Gw bener-bener terima jadi.

Long story short, gw beneran ketemuan sama Jesslyn di venue. Dia telat 2 jam dari janjian. Wkwk~ But other than that ga ada complain sih, dia beneran udah tuker wristband yang langsung dikasih ke gw pas ketemu. Makasih ya Jesslyn dari Bandung.

Oiya gw beli 2 tiket Day 1 dan nonton sama nyokap. Hehe

Well she’s not my 1st choice. Awalnya pengen nonton sama Putri, but ybs sedang hamil besar. Lalu nawarin ade gw, dia ga mau. Tadinya mau gw pasrahin aja itu tiket, tapi pas cerita sama nyokap she be like “yaudah sama mama ajalah daripada angus” Baiqqq~~

Karena nonton sama nyokap dan nonton 2 hari, gw akhirnya buka kamar di Mercure supaya ga capek perjalanan pulang dan pergi keesokan harinya. Mayan sekalian staycation.

Btw tips buat yang WTB tiket di Twitter: kenali dengan baik sellernya, gunakan sense dan intuisi untuk menilai. Olrait??

Next: familiar faces. Salah satu yang gw sangat syukuri dari konser 2NE1 ini adalah jadi ajang reuni teman-teman lama. Ya samalah mereka Blackjack zombie bangkit dari kubur juga kayak gw. Hehe~~

Sensasinya bener-bener seperti One Piece timeskip (LOL nyelip lagi tuh One Piece). Seakan-akan 10 tahun ini ga pernah terjadi. It’s a crazy feeling yang sangat gw syukuri karena bisa merasakannya. <3

Setelah pulang dan ngecek IG Stories orang-orang, ternyata lebih banyak lagi temen yang nonton—sayangnya ga ketemu. Mereka pun banyak juga temen baru yang mungkin ga tau kalo gw Blackjack. Kalo tau kan pasti ngajak ketemuan. Bisa lebih seru lagi!

Oh I saw some celebrities and KOL, termasuk kak Indra Herlambang-MC kondang kesayangan semua warga kpop. Jadi flashback 10 tahun lebih yang lalu kak Indra jadi juri XXXXX Sampul dimana gw panitianya. Dapet kesempatan ngobrol bareng kak Indra dan yang kita omongin literally semuanya 2NE1! 10 tahun kemudian kak Indra masih Blackjack! Luv!!!

Oh fellow Blackjacks.. I felt so honored to be in the same fandom and spirit with you all. We survived 10 years, guys! Gw yakin Blackjack itu orang-orang baik yang kaya amal jariyahnya, sehingga kita dikasih berkat luar biasa sama Tuhan: 2NE1 comeback dalam kondisi prima dan menemui kita semua di saat kita sangat membutuhkannya. :)

Next: Nangis pas sound check~

Ini udah gw ceritain di postingan sebelumnya sih. Tapi ini versi lengkapnya. Gw sudah memprediksi gw akan nangis. Obviously gw sekangen itu sama mereka. 2NE1 was my precious, my heroes, my whole world. 

Cuma gw ga tau momen apa yang akan bikin gw nangis.. Ternyata sound check~ :”

Idk man, just the fact that they are there… they are real… they are standing so close to me… totally wrecked me!

Fyi, I didn’t cry at all when I interviewed them 10 years ago. Padahal it was even closer sebelah-sebelahan!

Tapi gw nangis sejadi-jadinya kemarin.

I guess karena umur juga. Mungkin semakin tua gw jadi semakin sensitif. Heuheuheu~

Next: fancam banyak tapi ga tau mau diapain!

Padahal gw udah bersumpah mau menikmati konser sepenuh hati, ga mau rekam-rekam. Tapi melihat semua orang angkat hape jadi fomo sendiri. I do want to have my own nice pics of the girls, tapi kan… tangan tidak stabil ya~ Wkwk 

Badan sibuk joget, emosi over the roof, skill seadanya, jadi ya… ga ada yang bagus-bagus amat juga hasilnya~

But gapapa, tetap menjadi memori indah. Kalo mau foto yang bagus tinggal Google. Fancams jelek di hape gw biarlah jadi kenangan tersendiri yang who knows kalo ditonton beberapa tahun lagi, malah jadi lucu karena flashback adegan ngerekamnya ketika gw sedang overwhelmed with everything. Shaky footages, noisy cheers and yells, ugly sing-alongs, trivial commentaries dari sekitar, who knows malah membuat memori yang diingat semakin menggugah. :)

Next: Tolak angin FTW!!!

Beb.. jompo beb.. Wkwk

Ngaco sih ngonser aja sekarang struggling astafiruloh~ Hahah

Lucu deh gw kan booking trip konser Sehasta Trip buat 2NE1 ini. Lalu mereka bikin group Whatsapp. Isinya mostly mbak-mbak udzur kayak gw dan yang diomongin ga jauh-jauh dari kejompoan, waswas ninggalin anak & suami buat konser, susah cuti dari kerjaan, dll. Wkwk~~

Gw sendiri sebenernya masih kuat-kuat aja konser berdiri. I do think nonton konser itu lebih asyik berdiri biar bisa joget. Tapi biasanya ga ambi, kalo artisnya biasa aja, festival belakang-belakang gapapa kayak pas Sheila on 7 dan Bruno Mars. Kalo di belakang kan bisa bergerak bebas, ga crowded, bisa duduk tipis-tipis kalo capek. So sans-lah.

Tapi ini kan 2NE1 yah… Harus ambi… Kemarin literally depan panggung persis. Berdiri 6 jam at least. Lapar, haus, pegel, nyeri, keram.. Sialnya, ga bisa bergerak bebas karena mepet banget sama orang belakang dan ga boleh duduk~

R.o.n.t.o.k.

Thank God berhasil menyelundupkan Tolak Angin [heh kalo Tolak Angin disita itu TINDAKAN KRIMINAL ya!] yang gw minum di 2nd half of the concert karena pusing dan asam lambung ga bisa ditoleransi. Minyak kayu putih juga selamat, mayan bisa ngisep tipis-tipis.

Sampai hotel langsung hajar mandi air panas & tempel koyo sebadan. Tidooorrr.....

I guess yang membuat gw bertahan dari segala kejompoan adalah besarnya rasa cinta ke 2NE1. Sepanjang konser berkali-kali sugesti diri “tahan Seeta.. tahan.. demi 2NE1.. cuma untuk 2NE1 kayak gini.. tahan ya.. tahan..” 

Tapi semua rasa sakit terbayar sih. Karena gw di VIP A yang kiri panggung (the same spot as 10 years ago) dan Dara paling sering dapet blocking di kiri panggung juga. Hehehehe~

Next: Bukan fans spending lagi

This one is kind of a grey area. Di satu pihak, gw merasa spending untuk 2NE1 ini sudah cukup besar. Gw total abis sekitar 10 jutaan, berikut rinciannya:

Tiket Day 1 (2 tiket): 3,750,000
Tiket Day 2 (1 tiket): 3,600,000
Hotel Mercure 1 night (without bfast): 1,000,000
Merchandise (hoodie & t-shirt): 1,250,000
Trip konser: 150,000
Meals (2 days): 300,000
Nail art: 300,000

Total 10,350,000

Ini belum ditambah jastip merchandise Jepang 2,200,000..

Cukup besar kan?

Tapi kemarin gw sempet dikritik juga sama beberapa orang:

“Kok lo nggak VVIP? Kan fans berat, biar sekalian bisa send off..”
“Kok lo ga beli lightstick baru?”
“Kok lo ga bikin kaos custom? Kan bisa pake foto berlima lo sama 2NE1 biar sekalian pamer..”
“Kok lo ga sewa MUA konser/cosplay?”
“Kok lo ga nginep di hotel mereka?”
“Kok lo ga anter/jemput mereka ke bandara?”
“Kok lo ga encore di Korea?”

Membuat gw wondering apakah gw seharusnya melakukan hal-hal tersebut, mengingat ini mungkin jadi kali terakhir bertemu 2NE1..

But the more I think.. kayaknya sih hal-hal tersebut ga perlu-perlu amat ya..

Because again, gw yang sekarang bukanlah gw yang dulu yang mendedikasi hidup untuk 2NE1. Prioritas hidup gw sudah berubah, ada hal-hal yang lebih penting buat gw sekarang. Bukan berarti gw udah ga sayang sama mereka ya, it’s just mereka sekarang bukan prioritas gw aja.

Lagipula, sekarang nih ketika menulis blog ini 3 minggu setelah konsernya selesai, gw merasakan hype-nya udah died down. Gw udah ga constantly checking on them again, paling cuma liat pas buka IG aja, itu pun karena IG rekomen konten mereka ke gw. Gw udah ga ambi kejar mereka kemana-mana, niat untuk nonton di LN udah ga ada [kecuali kalo dibayarin, wk]. Gw udah ga dengerin lagu mereka di Spotify, malah balik dengerin OST Wicked karena sesuka itu. Lightstick udah gw taro lagi di lemari (tadinya dipajang di meja kamar). Merchandise, handbanner, dll juga udah masuk lemari. In short, gw udah move on. 

Ini beda banget sama 10 tahun yang lalu, move on konser lama banget bisa setahun..

I guess learningnya adalah selain prioritas hidup yang sudah berubah, fangirling at this age is very short term. Sudah terlalu banyak distraksi, kewajiban, dan realita di depan mata yang harus dihadapi

So yeah. 

Ok that's it for now. Happy weekend~

Sunday, October 27, 2024

20 Facts About Me – Mid 30s Edition

Hi, guys! How yall doin?

Kembali lagi dalam 20 facts. I think gw harus sering-sering bikin ginian in case somebody harus mengenal gw dengan cepat, tinggal kasih link ke postingan ini aja. Hehe~

Kadang gw juga suka mendadak kepikiran ide-ide atau pemikiran-pemikiran unik yang terlalu pendek kalo dijadiin satu postingan blog. So, taro sini aja. 

20 facts kali ini konsepnya mid 30s—meaning gw sudah jauh lebih dewasa (cailah~), wkwk~ Pemikiran-pemikiran gw pun lebih matang, lebih berani, lebih ‘kontroversial’, nyehehehe~

Well, that’s just me~

Here we go!

1. Gw baca semua Harry Potter at least setahun sekali. I don’t read books, but Harry Potter is an exception. In fact cuma Harry Potter seri buku yang bisa gw baca berulang-ulang dengan penuh dedikasi, both bahasa Indonesia dan Inggrisnya. Kata demi kata JK Rowling memang luar biasa. Pure magic. Tentu saja diperkuat dengan terjemahan ciamik almarhumah ibu Listiani Srisanti. RIP. You are legend, bu.

2. I look better with my hair tidy. Seriously, I don’t need makeup, asal rambut gw rapi, gw keliatan lebih cakep hence lebih percaya diri. Rambut gw itu aslinya keriting gelombang, tebal, dan ngembang—susah banget ngurusnya. Bertahun-tahun selalu di-smoothing. Tahun ini memutuskan break dulu. Kasian nanti makin rusak. Alhasil sekarang jadi lebih sering ke salon, karena gw ga bisa ‘merapikan’ rambut gw sendiri. Kurang maksimal aja kalo nyatok sendiri. Also gw mager ngurusin rambut sendiri, termasuk keramas. Capek tau. Mending ke salon deh. Kalau udah mencapai financial freedom someday, gw mau keramas di salon aja terus.  

3. I love standup comedy. My faves are Ali Wong, Zaenab Johnson, Nataly Aukar, and…… Matt Rife!! OMG he’s so charming and HOT!!! 

4. I’m not a foodie. Gw makan cuma supaya ga ma*i. Wkwk~ But I think noodle makes the world the better place. I love ALL KINDS of noodle! Kenapa sih makanan pokok rakyat Indonesia nggak mie aja???

5. My love language is physical touch. Say no more!

6. I started my career as a journalist and today I still feel so proud, privileged, and honored to be able to be one. I think journalist is a noble job. Semoga semua jurnalis di Indonesia disejahterakan. Oohh how I miss my journo days~ Huhuhu

7. My top 3 shoe brands are: Dr. Martens, Converse, and Vans. Terhitung gw punya 3 Docmart (ankle boots, mary jane, oxford), 1 converse (black chuck 70s 4 lyfe!!), idk berapa Vans—soalnya kayak udah beli banyak tapi ada yang terpaksa ditinggal di Melb waktu itu karena koper ga muat, terus ada slip on yang udah menuju ajal (sedih bgt!!), dan baru beli baru juga yang colorful. Idk beneran, ga ngitung. 

8. I never really identify with a religion. Di KTP sih Islam. Kedua orangtua gw Islam. Tapi sampe SMP, gw dibesarkan secara Katholik—karena sekolah di sekolah Katholik. Jadi gw lebih familiar dengan pengetahuan, doa, dan ritual keagamaan Katholik daripada Islam. Gw baru mengenal Islam pas SMA, itupun belajarnya under pressure karena masuk SMA negeri dan ada pelajaran agama Islam. Gw harus keeping up ilmu agama Islam yang gw miss 9 tahun terakhir dalam 3 tahun for the sake of supaya lulus ujian. Not a good way to learn something obviously, so I left it after I graduated. Lama kelamaan ilmu-ilmu yang dipelajari terlupakan so whenever ada acara-acara bertema Islam atau lagi ngomongin anything Islam, I really can’t relate and hence, I can’t identify myself with it. It feels foreign. 

9. I do believe in God. Masih berhubungan sama no. 8, walau gw ga identify myself as Islam,  I believe there’s a higher power who created and has the ultimate control of this universe, and for me it’s the great Gee Oh Dee. Belakangan karena main Bumble gw baru tau istilahnya buat konsep keagamaan gw ini: spiritual. So I believe in God, what I don’t believe is rituals. Sholat, puasa, idul fitri, ngaji, dll, itu semua ritual. Buat gw agama itu beyond rituals. It’s more about any kind of positivity: kindness, tolerance, acceptance, understanding, love and peace, inner peace, egoless, unconditional love, optimism, harmony, humility, responsibility, compassion, justice, simplicity, and reciprocity. So this is my way of life.

10. I just started muay thai lesson (bcoz I want to learn self defense) and boy it hurts SO BAD~ Gila latiannya macem bootcamp ya~ Gw muay thai setiap hari Jumat malem. Sabtu dan Minggu praktis badan gw sakit semua. I hate it. Gw benci olahraga yang malah bikin badan sakit. Orang olahraga supaya badan sehat, ini malah sakit~ Hhh. Going back to yoga a.s.a.f.p.

11. I hate gym as well. LOL~ Sama nih, ngegym juga bikin badan sakit. Apalagi abis leg day.. Astafiruloh, 4 hari jalan ngangkang, bos~ LOL. Going back to yoga a.s.a.f.p.

12. I’m trying to quit sugar. Pelan-pelan, karena selama masih makan nasi, sugar intake pasti masih banyak. Jadi gw mengurangi konsumsi gula di makanan lain, misalnya kalo pesen kopi/boba yang less sugar. Kalo minum teh yang tawar aja. Kurangin makan kue dan biskuit juga. Ganti ke… micin~ LOL

13. Gw 2x berkantor di mall. Waktu di QQ, kantornya di atasnya Pacific Place. Sekarang di Senayan City. Nothing’s special. Harus taat iman aja. Hehe~

14. Bisa dibilang gw half-wibu. Gw suka beberapa anime, ga semua anime. Tapi sekalinya suka tuh suka banget. Real nerd for AoT, OP, TR, DC. Half wibu karena ngewibunya ga full time. Anime is not my only interest, ada western, Korea, local entertainment juga. Harus bisa bagi waktu, guys. 

15. One of my pet peeves: tong kosong nyaring bunyinya. Sialnya, ketemu tiap hari sama spesies jenis ini. Dooohh~ 

16. Another pet peeves: orang yang abu-abu. Ketika harus memilih hitam atau putih, si anjing pilih abu-abu. Orang-orang yang template jawabannya “terserah”, “ngikut aja”, “bebas”. BOLEH MUSNAH AJA NGGAK??!! Not helping, beb. NEXT!

17. Gw memutuskan untuk menonton satu aja konser 2NE1, yaitu yang di Jakarta. I know, niatnya 4 negara kan. Gw batalkan guys, karena uangnya mau dipakai buat nyokap. :) Somehow gw tidak kecewa dengan keputusan ini. I know I can’t fangirl like I used to, kan situasi kondisi sudah berubah. Ada hal-hal yang ga bisa gw lakukan. Ada hal-hal yang harus gw relakan. Untuk kebaikan yang lebih besar. 

18. Hobi gw sekarang menjahit dan pijet. Beneran!

19. Gw threading alis 3 bulan sekali. Sebuah rutinitas quarterly yang super painful, but it’s okay. Beauty is pain. 

20. I constantly make unpopular opinions. Wkwk~ Tapi bukan sembarang opini, tentunya tetap berlandaskan fakta, kebenaran, logika, dan akal sehat. Gw itu seperti Soleh Solihun. Orang-orang banyak yang ga setuju sama omongan gw, mostly karena gw terlalu anti-mainstream, realistis, praktis, dan logis. Tapi seperti halnya Soleh Solihun, gw pun merasa mereka ga bisa terima opini gw karena terlalu lemah. Karena pemikiran mereka dangkal. Karena mereka memilih yang gampang instead of yang benar. Karena mereka terlalu takut menghadapi/menerima kenyataan/kebenaran. I am what I am, so good luck for everyone dealing with me everyday, because I can do it ALLLL DAYYY~~~



… and that is all. Yang mau baca 20 facts gw yang lain bisa ke sini.
 

Sunday, October 20, 2024

Me wassup #99: dark and difficult times lie ahead

Hi, guys! How yall doin?

First of all, RIP Liam Payne.

Damn. Gone too soon. 2024 is cruel.

The ultimate reunion the whole world expecting terjadinya di kuburan…

Such a dark joke.

Gw bukan Directioner tapi ikutan sedih karena adek gw udah nangis dua hari. Hari ini dia sakit, kayaknya karena itu juga.

Sebagai yang pernah ditinggalin idola juga (re: Aaliyah, Lisa ‘Left Eye’, Chester Bennington & Jonghyun Shinee), gw sangat mengerti gimana rasanya.

Yang bisa mengobati hanya waktu.

But one thing for sure, the legacy lives on. Selamanya akan diomongin dan dikenang sama semua yang sayang dan ingat 1D. 

So don’t worry, everything’s gonna be alright.

Hari ini pelantikan presiden baru. Era kegelapan Konoha officially dimulai. Wkwkwk~

Gw kira setelah ribut-ribut fififofo, wapresnya diganti. Ternyata sama aja. Padahal kalo diganti gw merasa optimis dikit sama presiden yang baru. Huff.

Dumbledore said: 

“Dark and difficult times lie ahead.”

Semoga bangsa ini baik-baik saja, dijauhkan dari segala keanehan. 

Anyway, ga cuma Konoha yang memasuki era kegelapan, kehidupan saya pun demikian. Fufufufu~

Rezim baru officially dimulai. Gw ga tau nasib gw ke depannya akan seperti apa. Too early to judge. Sepertinya sih akan ada pergesekan-pergesekan, blunder-blunder tipis (ga) lucu. Mungkin prinsip-prinsip hidup gw akan ditantang. Mungkin gw akan dihadapkan pada banyak pilihan sulit.

Dumbledore continued:

“Soon we must all face the choice between what is right and what is easy.”

Semoga gw terus diingatkan pada the importance of integrity and courage over convenience and self-interest. Semoga gw tetap stay true to my values, even when it is difficult or when the easier path might seem more appealing



True bravery involves making tough choices that align with one's principles. 

Bismillah.

*sigh*

Ini kedua kalinya lho gw dihadapkan pada situasi seperti ini dalam karier. Sebelumnya ini. Ckck~ 

The great Gee Oh Dee emang lagi hobi memberi cobaan ke gw taun ini. Jenis cobaannya sama, ugly feelings yang pernah gw rasakan beberapa taun yang lalu, harus gw rasakan lagi (sebelumnya gw ceritain di sini). Ibarat penyakit lama kambuh lagi~

Hopefully merasakannya berkali-kali bikin gw imun ya, bukan makin sakit. Heuheuheu~~

Anyway next topic: hdj (read: sdrawkcab)

Guys, kayaknya the whole hdj things tuh bukan buat gw deh~

I’m too fragile for this shit OMG~

Capek banget. Baru permukaan aja udah baper… Baru ‘hello’ aja udah bikin fanfic di otak~ Padahal kan ga boleh gitu ya~ I know!! Tapi settingan default gw tuh udah begitu…

Gimana dong???

Telat banget lagi baru tau hipotesanya sekarang~~

GIMANA NIH?????

I need help. SOS. Mayday mayday~ Aaaaakkkkk

Anyway……

Kemarin ada tweet yang masih berhubungan soal ini.

Di sini gw mau memberikan my 2 cents. Hehehe~~

Imo, yang dilakukan si cewek udah benar. Just leave that broke-ass scrub. 

Tapi, statement si cowok ada benarnya juga sih (menurut gw). Like if it happens to me, misalnya gaji gw lebih besar gitu, there’s a chance gw akan--bukan disrespect ya bahasanya, lebih ke nggak percaya~ Trust issue. Nggak pede sama dia. 

Unless setelah melihat kenyataan ini dia jadi termotivasi untuk menyeimbangkan itu ya, atau bahkan melebihi itu. Do something to make him worth more-lah. Then maybe gw masih bisa terima.

I mean.. Bukannya gw matre ya, it's not about the money. Believe me, insya auloh gw sebagai pribadi udah memasuki status comfortable, hehehe~ 

It’s just I want my S.O to be more/better in everything than me. More intelligent, more mature, more confident, kinder, wiser, wealthier, funnier. This way, I’ll feel safe and protected around him. I am confident with him. 

Soalnya gw kan akan menghabiskan sepanjang hidup bersama dia ya, through thick and thin. There are a lot at stake here. So many unforeseen circumstances. Kita kan ga pernah tau di masa depan itu apa yang akan terjadi. 

Dengan memilih partner yang lebih, lebih, dan lebih tadi, setidaknya gw akan lebih merasa aman. I will have someone who will protect me, because he’s better in everything than me. 

I’m setting the standard too high for myself ya? Wkwk~ Makanya ga dapet-dapet. Nyehehe~~

Sebenernya ga harus lebih yang gimana-gimana. Bukan karena insecure juga. I also find myself intelligent, mature, confident, kind, wise, wealthy, and funny. It’s just misal gw ada di level 8, this guy harus level 9-lah, atau 8,5-lah. Just slightly better already OK.

Okelah itu aja. 

Happy weekend all!
 

Sunday, June 23, 2024

war ticket + jastip = jyjyq

Oke gw mau misuh-misuh.

Gw jijikkk banget sama perkonseran di Indo yang semakin lama semakin najisss. Both the promotor and the audience get worse. Si promotor matok harga seenak jidatnye, si audience isinya bukan real fans, just orang2 tajir yang dateng cuma karena fomo dan ngonten~

I mean… kok lebay banget sihhh?? Gini amat mau ngonser doang~~

Oke, satu-satu ya.

Promotor dulu. Industri musik Indonesia tuh dikutuk apa gimana sih, kok ga ada promotor yang bener belakangan ini??? Kemana Adri Subono, Big Daddy, dan promotor2 lain yang 10 tahun lalu berjaya dan dicintai para penikmat musik karena selalu bisa memberikan pengalaman yang aman, menyenangkan, dan wholesome di setiap konser???

Promotor jaman now tuh ya… udahlah ngumumin konser mendadak (bisa lho H-2 bulan baru announce~), bahkan 1-2 weeks notice sebelum presale. Orang ga dikasi waktu buat ngumpulin duit.. Straight up abis gajian langsung dirampok~ 

Terus harganya ampun-ampunan mahalnya padahal kita semua tau experience konsernya bakal shit~ 

I mean… Gila~ Sekarang festival aja minimal 3 juta men!! Udahlah berdiri, disuruh bayar 3 juta~~

Gw penikmat konser dari floor alias festival karena gw pengen joget tanpa takut nyenggol orang. Kalo hoki, festival bisa nyelip2 sampe moshpit, jadi lebih deket sama artisnya.

Selama ini kalo beli festival range harga ga pernah sampai 2 juta—which is wajar, kan berdiri. Ga ada kursi yang disewa, ga ada designated seating yang di-booking, dimana-mana yang namanya festival harusnya lebih murah~

Eh sekarang minimal 3 juta~ Najis~ Might as well gw ke luar negeri sekalian yang jelas2 experience konsernya better~ Better venue, better management, better sound, better lighting, better crowd.. 3 juta maybe udah dapet VIP, atau bonus2 lain seperti merchandise~

2017 gw nonton Ariana Grande di Aussie festival ga sampe 1,5 juta men! Itu jarak gw sama Ariana ga sampe 20 meter! Sedeket ituhh~~

TaPi kAn sEkArAnG uDaH 2024, Ta~~



Naik boleh tapi ngotak dong anjyinkkkk~~ Jangan cuma mikirin profit doanglah. Promotor2 anak kemarin sore ini bener2 disrespect penikmat musik yang sebenarnya~ 

Terus soal war. Fenomena war tiket ini sebenernya bukan hal baru ya. Dari dulu kalo mau beli tiket ya emang war, ada yang menang dan kalah. Tapi yang sekarang kenapa persaingan jadi sulit sekali to the point harus jastip??? Apaan sikkk??!!!

Jastip itu nitip beli barang di luar negeri, sejak kapan definisi jastip ini bergeser jadi nitip beli tiket konser di negeri sendiri???

Mana mahal lagi, kemarin gw terpaksa jastip beli tiket konser Sheila On 7 di Bandung karena temen gw yang in charge beliin ga mau rempong beliin langsung sepaket. Satu tiket kena 250k bjirrr, ketika harga tiketnya cuma 500k~ ASU! 

Terus jastip tiket itu kan basically temen2 lo sendiri jadi calo, atau temennya temen lo. What the hell? Dinamika pertemanan jadi aneh gini, karena gw harus membayar jasa booking tiket ke temen gw sendiri!!! I hate the fact that I have to employ my friend to buy me tickets. Like.. if you’re a friend, DO IT FOR FREE GODDAMNIT!

Like.. kalo gw nitip beliin tiket ke temen gw sendiri, as a thank you gw traktir makan or beliin kopi gapapalah. Nggak yang fix rate harganya dipatok seenak jidatnya gini dong~ Ini mah sama aja ngerampok~

Praktek jastip ini semakin menjamur karena di perkonseran zaman now banyak syaiton dengan bisikan-bisikan maut di sosmed or grup Whatsapp yang pada bilang tiketnya terbatas, war-nya susah, banyak jatah tiket dikasih ke ordal/influencer jadi jatah rakjel sedikit.. Bikin parno, hence harus pake jalur jastip yang terpercaya karena udah ga percaya sama diri sendiri kalo usaha~

Gw sendiri penasaran dan pengen coba jalur mandiri besok buat beli tiket Bruno Mars. Masa iya sih tangan gw sebau itu sampe ga mungkin menang war? Plislah, skill beli membeli tiket ini udah gw miliki 10 taun lebih.. Insya Allah masih ada. 

Lalu soal spesies penonton konser baru yang mostly orang2 tajir yang dateng cuma karena fomo dan ngonten~ I JUZ CAN’T!

Kayak orang2 yang dateng ke Eras Tour kemarin, all the way from Indo ke Singapore buat nonton.. itu banyak banget yang bukan Swifties, atau mendadak Swifties just to join the hype dan ngonten~ I JUZ CAN’T!

kAn sEmuA oRaNg bErHaK bELi tiKeT kOnSeR~~



I mean.. Sadar dirilah.. 

Gw—walaupun pengen banget nonton Eras Tour karena emang suka beberapa lagu TS, ga ngoyo pengen dapetin tiket karena sadar diri, gw bukan Swifties. Lebih baik jatah tiket gw buat Swifties beneran yang emang udah suka TS dari dulu. They deserve it more. They’ve been waiting for her for ages. MEREKA LEBIH BERHAK!

Walaupun punya uang, gw ga mau ngambil jatah tiket mereka. That is just morally wrong.

Boleh ga sih, para fans karbitan ini thinking-nya kayak gini? Kasian lho fans2 beneran itu..

*sigh*

Back in the days.. Ambil contoh konsernya BigBang (2012) dan 2NE1 (2014), itu semua yang dateng ke konser bener2 real fans. Kita kayak one big happy family. Bisa ngobrol nyambung satu sama lain karena kita semua spesies yang sama. United by the same love towards our beloved idols. We speak the same language. Ga ada yang ga hapal lagu-lagunya. We sing together, dance together, laugh together, scream together, cry together. 

The experience was meaningful and unforgettable. 

Beda banget sama ngonser sekarang. Kanan kiri ga nyambung. Yang ada mereka ngonten. On their phone ALL THE FUCKING TIME! Genggessss~~~

Why is our music industry going towards this weird direction? Ketika ngonten lebih penting daripada the concert experience itself.. Ketika real fans dinomorduakan setelah influencer.. THIS IS A MAJOR S.O.S!

Anyway gw marah2 gini pemicunya adalah konser Bruno Mars. Jadi kemarin baru di-announce bakal konser di sini. Bikin kaget karena udah mikir Indo di-skip kayak Eras Tour.

Gw suka Bruno banget-banget. Sejak nonton konsernya pertama kali di MEIS taun 2013. Saat itu liputan dan belum suka lagunya. Tapi melihat performance dia di panggung langsung tersihir. Keren bangettt. The voice, the swag, the energy, the interaction. A real performer. 

Sejak saat itu fix jadi Hooligans. Taun 2016 Bruno rilis album 24K Magic, whoa, this album was EVERYTHING! Gw posisinya udah di Melbourne kan saat itu, jauh dari keluarga dan temen2 di Indo. Very lonely. This album helped me survived. I could hop on a tram/train, put on my headphone, and just blasted 24K Magic, Chunky, Perm, Finesse.. Totally minding my own business.

At night, That’s What I Like & Versace on The Floor menemani kesepianku. These songs are my whole mood. Jadi gw bersumpah mau nonton Bruno lagi. Harus nonton yang bener2 nonton, bukan sambil kerja. 

ISTG harusnya gw nonton di SG bulan April, alas, bentrok sama Europe Trip~ 

*sigh*

Sorry ya postingannya super negatif gini. Gw mungkin tidak comprehend my issues clearly juga, bahasannya loncat2 ke sana ke mari~ Sorry guys, just so done with all this shit.

Setelah Bruno Mars ini gw ga mau lagi deh nonton konser di Indo. Sumpah, daripada baper, might as well pay more, travel abroad, and get the best concert experience somewhere else. 

Om Adri Subono please comeback... Save us. T.T


**UPDATE 30 JUN**

Okay so gw kemarin mencoba war ticket Bruno, which is yang Mandiri Pre-Sale tanggal 27 Juni, and guess what? Gw hampirrrr dapet! 

Just bcoz one small stupid mistake pas payment, tiket itu lepas~ 

Lalu gw mencoba peruntungan lagi tanggal 29 Juni kemarin pas general sale, dan... DAPET JUGA!

TUH KAN! Emang lebay aja, jastip2 bulshit itu semua~ Pada males aja lu orang~ Ga mau usaha~ 

Moral of the story: you can tell what kind of person someone really is by how she/he/they decided to get her concert tickets. 

Kata gw mah red flag orang-orang kayak gitu. Nyehehe~