Showing posts with label escapee. Show all posts
Showing posts with label escapee. Show all posts

Saturday, October 7, 2023

Bertualang Kembali

Hi, guys! How yall doin?

Kamis 28 September pergi trekking ke Sentul sama Iif, rutenya ke Goa Garunggang. Sebuah kegiatan yang sudah ditunggu-tunggu sejak lama karena gw pengen healing liat yang ijo-ijo. I really looked forward to it. 

Tapi tampaknya salah mengartikan petunjuk/informasi. Dibilangnya trekking level intermediate 4km—which at first I think it's fine~ Gw pernah hiking ke Mount Oberon, Wilsons Promontory, Australia, itu 3,5km menuju puncak. Well pulangnya badan patah sih, but I mean, 3,5km aja gw bisa, beda 500m should be fine-lah.

In reality, ternyata 4km tuh menuju Goa Garunggangnya doang, dari goa balik ke parkiran, another 4km……

Lalu itu nggak kayak Mount Oberon yang awalnya naik terus sampai atas, pulangnya tinggal turun doang. Tapi naik turun sepanjang jalan karena melintasi beberapa bukit gitu~

Not saying I cannot, ketika dijalani, tidak sesusah itu juga. Ditambah ngobrol seru sepanjang jalan, bikin konten--luxury yang cuma bisa didapatkan kalo trekking di Indo, karena zaman di Aussie mana sudi guide-nya nungguin kita ngonten, bablas ditinggal, tersesat bodo amat~ Kalo di sini bahkan guide-nya yang nawarin fotoin, videoin, ngarahin gaya, bahkan rekomen tempat2 seru buat ngonten! Sudah sangat mengerti target marketnya sekali~ Hahaha

Menikmati hijaunya pegunungan dan perbukitan (so pretty and healing indeed), menghirup udara gunung yang bersih dan dingin walaupun matahari terik, role playing jadi Sherina & Sadam…

I pushed through and conquered it! 




Ga tau ya kalo udah di medan ada drive misterius yang keep me going aja gitu, coz there’s no turning back. I mean, kalo di Aussie that drive maybe ga mau rugi udah bayar ratusan dollar, masa nyerah? 

Same thing pas mendaki Tembok Cina, entah berapa km itu, awalnya pesimis liat anak tangganya tinggi2 amat, tapi bocil-bocil aja bisa, masa gw ga bisa? Udah sampai Cina mennn, masa nyerah sih???

Kalo di Sentul kemarin sebenernya bisa aja nyerah tengah jalan, toh harga murah cuma 165k, dan cuma “Sentul doang” lain kali juga bisa. But we didn’t. We kept going and reached 8km on schedule. So proud!

Terus pulangnya gimana? Ya badan patah juga. Wkwk~ Well ga sepatah Mount Oberon sih, cuma betis aja kenceng sama telapak kaki nyeri. Dihajar Tolak Linu dan dibawa tidur semalem langsung hilang.

Overall, a good experience. Mau lagi ah next time, cobain rute yang ada sungainya. Kemarin males basah soalnya, next kita basah-basahan!

Buat yang nanya kemarin pake trip apa, ini ygy >> Tripacker

Pro-tips: langsung booking aja ke nomer WA-nya, ga usah bikin via OTA. Lebih murah. 

***

Sabtu 30 September nonton Petualangan Sherina 2 (PS2) di bioskop sama nyokap. Wah, ini juga… all sorts of feels. 23 tahun dari film pertamanya yang sungguh legend. Waktu itu masih kelas 6 SD! 

Awalnya pesimis, kapok soalnya mempercayakan sekuel ke Miles Films, case study AADC 2 yang horrible, just horrible. Freaking 2 hours of commercials, no actual story. Sad.

Tapi memutuskan memberi kesempatan untuk PS2, coz I grew up with Sherina and Sadam, emotional attachment lebih kuat. Ada masanya lagu-lagu Petualangan Sherina itu ga cuma menghibur, tapi juga menjadi platform belajar nada dan musik yang baik dan benar. Setiap ada tes nyanyi depan kelas, pasti nggak ragu untuk nyanyi itu. 

Hampir semua gimmick-nya pun gw ikuti waktu itu. Bekal Smarties ke sekolah, borong stoknya di Indomaret sampai harus ke at least 3 toko supaya bisa mengisi kuota kotak makan sampai full. 

Mendadak manggil nyokap dan bokap “ibu-ayah”, padahal biasanya “mami-papi”. 

Tapi nggak, gw ga sampai pake plester kemana-mana padahal ga luka kok. Wkwk~~

Terus gimana filmnya??? SUKA BANGET BANGET BANGET!!!

The first 5mins aja udah WRECKED ME, belum apa-apa udah mewek, dahlah ke belakangnya AMBYAR!

SO WHOLESOME! Everything is in the right direction. The heart is there. Music & scoring are effective in both carrying emotional weight and evoking nostalgia. Feels good to listen to familiar sounds in a more relatable manner! Derby Romero’s smooth and clever acting balances out Sherina’s awkwardness. These two make me flutter!

Gokil sih. Gw mau nonton lagi, karena kemarin nonton pas opening weekend, rame banget penuh bocil berisik. Ga bisa menghayati lagu-lagunya dengan baik padahal semuanya indah-indah. 

Musiknya sih. Petualangan Sherina ga akan se-legend itu kalo ga ada soundtrack  dan scoring yang juara. Gw seneng banget di PS2, they took the music seriously too dan hasilnya bagus—in a sense, tidak kehilangan identitas, karakter, dan nyawa dari film pertamanya, lyrics wise dibuat lebih relatable sama perkembangan karakter dan cerita, orkestra megah dan kaya dipertahankan, dan ada teknik-teknik musikal baru yang sangat gw apresiasi. 

Sherina, elo gokil banget sih, jenius! Bisa smooth banget ngegabungin 3 lagu: Jagoan, Anak Mami, Menikmati hari jadi 1 lagu baru yang sama kerennya: Nostalgia Bersama

Oiya buat anak-anak Gen Z and below yang keluar bioskop komplen karena ceritanya “gitu doang” or any sorts of reasons, OH PLEASE~ Clearly, this movie is not for you~ Ini film buat GW DAN TEMEN-TEMEN SEANGKATAN GW! 

It’s a full-on nostalgic experience, a walk down memory lane. Jadi kalo lo ga punya memori,  ga punya emotional attachment, ga relate, ga nyambung, ga berasa, YA WAJAR!

Satu lagi yang mau gw bahas dari experience PS2:




:’)

Tadinya contemplating, nonton sama siapa ya?

Tapi itu kan harusnya pertanyaan yang mudah. Kalo konsepnya nostalgia, tentu saja harus nonton sama orang yang sama ketika nonton film pertamanya. Mom. <3

Another reason kenapa Petualangan Sherina sangat berkesan buat gw. Waktu itu, bioskop masih dikit banget, di Jakarta cuma ada 9. Jadi kebayang war ticket-nya gimana kan? 

Demi gw, nyokap yang saat itu hamil 7 bulan, war ticket OFFLINE, ngantri depan bioskop dari jam 8 pagi, desak-desakan, dorong-dorongan sama ribuan orang tua lain, dan akhirnya menangin tiket nonton yang malam. T.T

Nonton PS2 sama nyokap… sesuatu banget deh. Bener-bener berasa kecil lagi, as if 23 years never passed, as if the original movie never stopped and we never left Gading 21. The moment we shared together, the excitement, the reaction, the commentaries, the happy remarks, the laughter, it’s all the same and it’s beautiful. <3

So guys, if your parents are still with you, gw saranin ajak nonton PS2 deh. Mereka juga hidup di masa itu, mereka juga punya koneksi ke filmnya. Nyokap gw hepi banget kemarin, so I think your parents will be happy too. 

Buruan, sebelum turun dari bioskop! :D

Laters!

Friday, September 29, 2017

I left my heart in Gold Coast

Salah satu buscketlist gw selama tinggal di Aussie adalah mengunjungi Movie World atau yang dulu lebih dikenal sebagai Warner Bros Studio. Itu no brainer-lah untuk seorang pop culture sucker macem gw, gimmick Hollywood apapun yang tersedia hukumnya WAJIB dijajal~

Secara selama semester 1 dan 2 Unimelb sangat tidak manusiawi terhadap mahasiswanya, meaning tugas kuliah menumpuk dan posesif sampai elo bener2 ga bisa bergerak apalagi liburan~ Semester 3? NOW IT’S TIME!

Began planning out in July. First thing first, mau pergi sama siapa? Temen2 Indo jelas madesu. Mereka lebih sayang assignment dibanding gw. Jadi pilihannya temen2 internasional: Lebah dari Thailand dan Matahari dari China, dua manusia awesome yang satu visi dan misi sama gw selama kuliah di Melbourne: work hard, play harder!

Team assembled, tahap selanjutnya: menentukan tanggal! Mid semester break 25 September-1 Oktober 2017, tapi alangkah tidak bijaknya kalau kita pergi ketika semester break. Pesawat dan hotel akan mahal, dan tempat wisata akan penuh. Jadi kita putuskan untuk be strategic: pergi 1 minggu sebelum semester break, 20-22 September 2017.

Tanggal dapet, saatnya beli tiket pesawat dan akomodasi. Cek situs Webjet, karena konon katanya bisa dapet deal pesawat+hotel murmer. TERNYATA BENAR! Kami dapet harga $280 per person, including tiket pesawat PP (Jetstar) dan hotel bintang 4 (Wyndham Hotel) 3 hari 2 malam – two-bedroom apartment lengkap sama kitchen, bar, dining room, living room, laundry, 2 bathrooms, yang harga normalnya up to $500 per night!

Lebah bilang: ขอบคุณพระเจ้า!

Matahari bilang: 上帝!

Gw bilang: ALHAMDULILLAH MAKASIH YAOWOOOHHH!

Seneng banget asli, dapet tiket murah. It’s like a sign that God approved our plan. Wkwk~

Aight, next: bikin itinerary!

Movie World butuh satu hari full, so it will be on the 21st. Jadi kita tinggal menentukan tanggal 20 dan 22 mau ngapain. Berhubung trip-nya sangat short, kita fokus ke satu area aja: Surfers Paradise. Kebetulan lokasi hotel kita di situ dan kebetulan juga suburb itu adalah pusat tourism karena letaknya persis samping pantai.

Wait, did I say pantai???

Fuck yeah, baby! Pantaiii~~~ Jadi kita WAJIB berenang!!!

FYI, weather in Gold Coast is PURRRRFECT! Around 20-28 degrees every day and always sunny! Secara udah terekspos winter 6 bulan terakhir, tentu berkunjung ke daerah yang hangat membuat gw sangat ecstatic! Girang banget, njir! Pengen tanning, sunbathing, swimming, jumping over waves, catching crabs, playing with sand, flirting with hotties, etc…

Siplah, kita masukin pantai di tanggal 22, right before we went home. Karena kalo pantai ditaro hari pertama, banyak resiko including masuk angin pantai dan drunk by seawater~

Matahari kemudian menemukan deal 3 hours’ boat-trip mengelilingi beberapa pulau di sekitar Gold Coast. Hmmm… yeah, why not? Gw belum pernah naik boat what so ever di Aussie, so I thought it was a great deal, so… booked for the first day!

Sisa waktu yang ke-detect kita gunakan buat wisata kuliner dan mengeksplorasi CBD-nya Gold Coast.

MANTAP JIWA!

Berikut review Gold Coast trip kami kemarin. Bentuknya akan poin per poin dimana gw ga hanya akan kasih komentar, tapi juga tips yang berguna misalnya lo mau kesana someday!

Get your sunnies on!

Gold Coast is so sun-friendly, begitu mendarat langsung disambut matahari 10 biji. Untung cuma 10, ga 50 kayak di Jakarta~ Jadi masih bisa ditolelir. Hehe~ Yang penting langsung siapin sunnies di tas (jangan taro di koper).

Get Go Explore, NOT Go card!

Call me kurang riset, whatever, it’s true. Ini adalah kesalahan paling fatal yang kita lakukan di Gold Coast. Setelah browsing dan tanya sana sini, gw dianjurkan untuk beli Go Card untuk transportasi di Gold Coast. Konon untuk turis, tarifnya ga lebih dari $10 per hari sepuasnya. Oh oke, berarti sistemnya kayak Myki di Victoria. Flat rate.

Awalnya curiga sih, dia tau darimana mana yang turis mana yang bukan? But since kita belinya akan di kios di bandara, maybe petugasnya udah tau kalo kita turis. Okay cool. Kita beli Go Card deposit $10 untuk kartunya dan $30 untuk transport 3 hari.

Hari pertama, kita melanglang buana kesana kemari, harusnya saldo Go Card ga kurang dari $20 dong logikanya. Eh pas kita cek terakhir sebelum balik hotel, tinggal $16 aja dong!!! HOW COME??!!!

Ternyata oh ternyata, kartu buat turis itu Go Explore, bukan Go Card sodara-sodara. They are two different cards, so you have to be very very clear which card you want to buy. Dibanding Go Card yang bisa dipake buat train dan boat juga, Go Explore terbatas untuk tram dan bus doang. Tapi kalo lo traveling sekitar Surfers Paradise (+Oxenford aka lokasi Movie World) doang sih gapapa. Efisien banget pengeluarannya.

So yeah, choose Go Explore, NOT Go Card!

Check out Pacific Fair Shopping Centre!

I don’t know if I had ever said this to you, but shopping malls in Melbourne are soooo lame~~~

Desainnya biasa banget~ Yang agak kece paling Chadstone, karena besar, mevvah dan sophisticated. Tapi itu pun masih kalah jauh sama Gading atau CP~

Sampai di Gold Coast, kita kelaparan dan mampir ke mall terdekat bandara, namanya Pacific Fair Shopping Centre. Dari depan sih biasa aja, walaupun gw mendapat kesan mall ini lebih besar dari Chadstone. Begitu masuk ke dalem, buset~~ Keren banget!!

Gw suka konsep open space-nya sih, mengingatkan gw pada CP dan Vivo City di Singapore. Di Melbourne ga ada mall yang open space—faktor cuaca. Makanya gw girang banget ketemu mall open space, di tengahnya ada taman, playground, dan kolam cantik dan instagramable. Bawaannya pengen piknik di sana, tapi jadwal padet. Jadi abis makan langsung cabut deh~ Huhuhu~ Till we meet again, gorgeous!

Movie World oh Movie World~

Oh God ini gw harus mulai darimana? Introduction dulu aja kali ya~ Movie World dulu namanya Warner Bros Studios. Rebranding jadi Movie World karena dibeli sama Village Roadshow, salah satu perusahaan film+bioskop (yang gw ga pernah nonton di sana karena mahal~) besar di Australia yang kantor pusatnya di Melbourne (yang gw pernah apply magang di sana tapi ga diterima *lah jadi curhat*)~

Anyway, feature2 yang ditampilkan adalah gimmick Warner Bros. Looney Tunes gang like Bugs Bunny, Road Runner, Elmer Feud, etc.. DC comics gang, Batman, Superman, Wonder Woman, etc.

Agak… kurang relevan yah, ketika kita hidup di zaman dimana semua orang (termasuk gw) mengagung-agungkan Disney dan Marvel dan sangat skeptical terhadap DC dan Warner Bros. Wkwk~ 

Tapi gapapalah, there was a time when karakter2 Looney Tunes yang nakal, licik, serakah, cerdik, nyebelin, determined, jahat, dll itu jadi angin segar di tengah dominasi karakter Disney yang bisanya happy2 doang dan boring.

Sedangkan untuk DC comics gang, mungkin all credits go to Chris Nolan yang sukses menaikkan relevancy Batman ke level yang cukup sustainable untuk kemudian generating more movies and tv series about affiliated superheroes like Superman, Wonder Woman, The Flash, Supergirl, Aquaman, as well as villains (uhuk uhuk Suicide Squad). 

Regardless aktornya udah ganti dan beberapa flagship-nya “gagal” di pasaran, with unlikeable characters, not-people-friendly premises, and confused direction for future films, well... the fans remain and that’s all that matter. Thus, melihat gimmick film2 mereka dijadiin ride di Movie World, bikin gw seneng juga.

Bisa lo bayangin ga betapa ecstatic-nya gw ngeliat roller coaster namanya Arkham Asylum, pas masuk disambut The Joker, di dindingnya tulisan “ha ha ha ha” dan “Joker Fun House” dimana2, di dalamnya ada poisonous liquid satu gentong gede, foto2 inmates lain termasuk di antaranya Harley Quinn, terus guards-nya digantung di atap, staff-nya pada pake baju inmates, I AM SOLD!

Ride review: sinting sih. Tikungannya horor. Gw selama jadi adrenaline junkie nyobain rollercoaster dimana2 ga pernah sampai pengen muntah setelah turun, kemarin hampir pecah telor gara2 Arkham Asylum. Pengen muntah, nyet. Untung bisa ditahan pake softdrink~

Roller coaster lain yang berkesan ada Superman Escape yang cepet banget 100 km/h!!! Gw ga ngerti lagi~~ Before you know it udah sampai di titik start lagi! Like-what-the-fuck-was-that bangetlah pas turun~

Ada juga Scooby Doo Spooky Coaster yang based on the 2002 movie, yes, the one with Mr. Bean in it~ Kirain coaster ini levelnya Scooby Doo, which is cemen~ Ternyata nggak~ Rada kampret juga sih di dalemnya gelap gulita. Hampir seperti Revenge of The Mummy di Universal Studio, tapi versi mini karena 1 cart isinya cuma 4 orang. Gw naik ini 2x, yang pertama takut karena sensasi cart-nya bakal jatoh kerasa banget. Yang kedua sih udah biasa aja, bisa sambil ngitung ada berapa turns sepanjang ride. Haha~

Green Lantern Coaster lumayan tinggi, tapi biasa aja. Road Runner Coaster di kids area bisa dinaikin even sama balita.

Gw cukup beruntung karena kunjungan gw kemarin ke Movie World bertepatan dengan launching ride terbaru mereka, DC Rivals. Ride ini mengklaim diri sebagai fastest, longest, highest.


GOLD COAST 20-22 September 2017

Verdict: longest and highest yes, fastest no. Masih lebih cepet Superman Escape kemana2~ Tapi DC Rivals paling enjoyable sih karena panjang banget dan cukup lama (up to 2 menit), jadi bisa sekalian liat view sekitar. Kalo mampir ke Movie World, first thing first cobain DC Rivals, karena letaknya paling depan deket pintu masuk. Semakin siang antrean semakin panjang dan ga manusiawi. So don’t waste your time, ignore the fear, hop on!

Nilai plus DC Rivals buat gw karena relnya warna ungu. Wkwk~

Size wise, menurut gw sih masih lebih gede Universal Studio Singapore (USS). Soalnya ga butuh banyak waktu buat gw untuk mengeksplor seluruh bagian theme park. Sekali muter kelar. Terus jarak antara satu ride dan ride lain juga ga jauh. Green Lantern, Batman Wing, Arkham Asylum, Justice League: Alien Invasion 3D dan Superman Escape, DC Rivals, semuanya sebelah2an.

Food and souvenirs, mostly terpusat di Mainstreet yang deket banget sama pintu masuk. Ga seperti USS yang perlu waktu 2 jam sendiri buat explore semua merch dan makanan, Movie World cuma butuh setengah jam aja. Pilihannya cuma dikit dan kecil2.

Seperti halnya USS, banyak movie charater yang lalu lalang juga di park. Gw berharap bertemu The Joker, tapi doi cuma muncul di parade, pun penampilannya bikin ilfil~ Ga seperti alm. Heath Ledger atau minimal versi Jared Leto~ Heck, Joker-nya bahkan ga makeup, cuma pake topeng~ :/

Gw sempet foto sama Superman dan Dorothy~ Agak heran juga kenapa tiba2 ada Dorothy~ Setelah Google ternyata Warner Bros yang megang mechanical license buat DVD home videonya. Okelah.

GOLD COAST 20-22 September 2017

Overall kunjungan gw ke Movie World sangat menyenangkan sih. Meskipun kecil, ride-nya memuaskan, apalagi ada beberapa yang bisa naik berkali2 dan ada ride baru yang hella dope. Yang gw sayangkan adalah arung jeramnya, Wild West Falls lagi refurbishment, jadi ga buka~ Padahal udah siap baju ganti in case basah kuyup~

Tapi ga sepenuhnya menyesal sih, karena kalo liat di YouTube, Wild West Falls ga sepenuhnya arung jeram. Cuma kayak Niagara tapi lebih panjang~

Other than that, I have no complaint about anything else. Makanan, walaupun limited, tetep oke. Toh cuma sekali makan, sekali ngemil. Merch agak mahal, well, standar theme park sih, tapi gw manage buat beli hoodie jacket The Joker seharga $40, cukup ekonomis. T-Shirt standar $20-an. Desainnya berkisar DC Comics dan Looney Tunes. 

Ada beberapa Harry Potter merch juga, karena Warner Bros. Awkward sih merch-nya ada, ride-nya ga ada~ Soalnya yang megang license buat ride si Universal. Wkwkwk~

Basic info lain yang perlu lo tau paling tiket. Harga normal $75 per hari. Tapi mereka punya paket all-year-long dan all-parks ticket yang include Sea World, Wet n Wild, dan Paradise Country. Gw beli yang itu, tapi bukan di situs resminya. Gw beli di Chinese tour agent atas rekomendasi Matahari. Dapet harga $75 juga, tapi bisa dipake unlimited selama setahun untuk 4 parks itu.

Well, anggep aja doa ya, Insya Allah within one year bisa ke Gold Coast lagi, main lagi~ Amien~~

Loving the government policy!!!

Gw cuma mengekplor seperseratusnya Gold Coast, tapi udah bisa menjustifikasi kalo government policy-nya jauh lebih cool daripada Melbourne!

Pertama, tentu karena mereka punya Movie World, which is pretty embarrassing and lame for Melbourne karena secara populasi Melbourne lebih banyak dan lebih multicultural kemana2, meaning pasarnya lebih besar. Tapi Movie World justru jadi hak milik Gold Coast~ Melbourne cuma punya Luna Park yang ga ada seru2nya~

Gold Coast sangat terbuka dengan bisnis atau franchise sarat culture.

Hard Rock, di Gold Coast ada, di Melbourne ga ada.

Hooters, di Gold Coast ada, bahkan di Jakarta sekarang ada, di Melbourne ga ada.

Mos Burger, OMG~ Kangen banget. Dulu cuma bisa dinikmati di Singapore, kemudian buka di Jakarta, nyari di Melbourne? Tentu ga ada. Eh, di Gold Coast ada. :”)

NYX, di Melbourne cuma bisa ditemukan di selected drugstore. Di Gold Coast ada flagship store-nya sendiri.

Yang bikin kaget, Ripley’s Believe or Not Museum! Itu kan Amerika banget!! Ada di Gold Coast, men!!!

Kesimpulan gw adalah pemerintah Gold Coast lebih welcoming dan friendly akan produk-produk budaya asing yang masuk in terms of starting business and make money out of it. Sedangkan pemerintah Melbourne lebih selektif, apalagi untuk entertainment. Budaya Aussie asli (termasuk Aboriginal) lebih diutamakan, which mostly manifested in old skool arts like visual arts, performing arts, and such. Mereka bawa franchise sih, kayak baru2 ini ada musical Aladdin dan Matilda. Tapi jarang, paling setahun sekali~

Gw ngomong gini bukan bermaksud ngejelek2in Melbourne atau gimana ya. Melbourne is my home and I really love it. Yang gw rasakan sekarang pretty much peribahasa the grass is always greener on the other side alias rumput tetangga selalu lebih hijau. 

Gw hanya berharap simpati dari lo sih. Gw harap lo sekarang ngerti betapa struggle-nya gw untuk memenuhi kebutuhan entertainment di Melbourne. Wkwkwk~

Bitches at the beaches

Sesuai schedule, hari ketiga kita main di pantai. Pantainya Gold Coast tepatnya Surfers Paradise beach yang cuma one bra-throw away alias selemparan beha dari hotel. Pantainya masya Allah sih besarnya dan ga banyak orang jadi aku senang~ <3 o:p="">

Semua aktivitas pantai yang sudah direncanakan terlaksana dengan baik. Gained myself two levels of shade as planned. Piknik juga karena malam sebelumnya udah belanja di Woolsworth. Ombaknya mantap, gw sangat menikmati sensasi flying kebawa ombak walaupun airnya dingin (at first try, lama2 sih ga kerasa).

Kurang lebih 3 jam kita mantai, lalu bilas di pancuran yang disediakan deket situ. Ga bisa mandi tapi, soalnya letak pancurannya di tengah taman, jadi bisa diliatin banyak orang kalo mandi~ wkwk~

Overall

Gold Coast is such an underrated gem of Australia. If California, Bali and Singapore had a threesome and somehow conceived a baby, that would be Gold Coast. Gw melihat Gold Coast seperti Bali di masa depan, ketika Jokowi (fuck yeah kepilih lagi!! amien) semakin membuka diri pada investor asing (atau lokal juga boleh) yang mau bikin gedung2 skyscraper di pinggir pantai di Bali. Nah, nanti jadinya kayak Gold Coast tuh. Main di pantai sambil diliatin orang2 di dalem gedung. Wkwk~

Gold Coast trip was a total fun. Every second was memorable so I left my heart in Gold Coast hoping I could go there again someday for another visit.

Foto2 di Gold Coast udah gw upload ke Flickr. Buat yang mau nanya2 soal Gold Coast, Movie World, dll, bisa langsung komen di bawah. Insya Allah bisa bantu jawab.

Cheers!

Friday, February 10, 2017

Me Wassup #43: Holiday Recap

Hi, guys! How y’all doin?

Ga terasa liburan 3,5 bulan gw berakhir. Well, belum officially berakhir sih, tapi sudah menuju berakhir. Gw sendiri sekarang kondisinya udah masuk kuliah, karena gw ambil kelas intensive yang kuliahnya 3 jam sehari, tanggal 6-23 Feb. Matakuliahnya bernama Arts and Cultural Management in Asia. Lumayan seru kelasnya walaupun dosennya agak boring kalo ngomong, thank God banyak dosen tamu yang asyik2 jadi lumayanlah lift up the mood. 

Kemarin si bu dosen yang visualnya mirip Brook Soso juga bikin class trip ke Australia Centre of Moving Image (ACMI) dan National Gallery of Victoria (NGV). Begitulah kuliah gw, guys, dari satu arts centre ke arts centre yang lain~ Can’t complaint~ Wkwk

Anyway, since liburan gw sudah berakhir, mari kita recap apa saja yang sudah gw lakukan selama 3,5 bulan belakangan.

Hmmm…

Selama 3 bulan itu, gw banyak jalan-jalan pastinya. Banyak ngebolang. Bayar utang ga bisa keluar city selama kuliah/exam period, hidupnya terisolasi rumah-kampus doang~ T.T

Gw explore ke banyak bagian Melbourne dan suburb, atau Victoria in general walaupun masih area Myki. Explore setiap jalur kereta, tram dan bus. Rata2 tujuan ngebolang ditentukan dengan impromptu, karena gw ingin merasakan sensasi dadakan dan ga tau apa2 soal daerah yang akan dikunjungi, dan mau menikmati sensasi nyasar dan menebak2 arah pake Gmaps.

Alhamdulillah hobi berpetualang ini menambah 3 gelar di nama gw, MGPS, MT, dan M.Bus. Master of Global Positioning System, Master of Train dan Master of Bus. Cuma satu gelar yang belum, M.Tr, Master of Tram, karena gw masih mabok kalo naik tram~ heuheuheu~

Ngomongin jalan2 sebenernya gw banyak utang nulis cerita jalan2 yah~ Wkwk~ Daripada nungguin cerita di blog yang ga kunjung datang, mending follow IG yang lebih update. Hehehe~~

Anyway, selain jalan2, selama liburan kemarin gw juga kerja, sebenernya lebih kayak volunteer sih, but still dalam konteks kerja, ada bos, ada kerjaan. Alhamdulillah dapet kerjaan part time jadi jurnalis di salah satu majalah komunitas Indonesia. 

Anyhow, kerja jadi jurnalis selalu menyenangkan, all those privilege and free stuffs, hehehe~ Lumayan juga nostalgia masa muda, bring back the good old days. <3 o:p="">

Lewat kerja di majalah itu gw juga dapet banyak temen baru dan koneksi, not to mention kenalan+interview orang2 penting. Juga bisa melihat Melbourne dari kacamata seorang Indonesian in Melbourne, rather than just a student in Melbourne, in other words, sudut padang gw jadi lebih luas. Jadi kenal komunitas Indonesia di Melbourne lebih dekat, siapa aja orang2nya, apa aja kegiatannya, darimana asalnya, dimana mereka tinggal, gimana mereka survive di Melbourne, gimana dinamika dan relationship antar orang, dll.

One thing about it, since we’re a very very small community, we know each other so well. I feel like I never get to know Indonesia better until I get to know these people because they literally come from any kinds of background. So it’s amazing to have them here with me.

Oke, lanjut! Selama liburan kemarin gw juga jadi tour guide! Awal Desember, Anggie Kom07 dan koleganya, Uswah, datang mengunjungi. Ga seperti Bone yang itinerary-nya semua gw yang nentuin, Anggie udah punya itinerary sendiri. In fact, kunjungan Anggie kemarin sifatnya mutual benefit buat gw, karena gw pun kecipratan rezeki.

Rezeki pertama adalah Anggie bawain sekantong penuh Indomie+Milo sachet, yang sampai sekarang masih belum abis. Makasiyyy, Anggie~ <3 span="">

Rezeki kedua adalah gw diajak jalan2 ke Dandenong Ranges, yang udah pernah gw ceritain di sini, bersama bos-nya Anggie, Profesor Sangkot Marzuki, yang memang berdomisili di Melbourne. Fun fact: Prof Sangkot adalah salah satu pembicara di PK gw, lho! I know some people will go crazy if I told them I spent my holiday with Prof Sangkot. HAHAHAHAHAHA~~~

Adventure at Dandenong

Anyhow, terimakasih Anggie dan Prof Sangkot yang super baik hati. Thank you for the awesome road trip, delicious food and delightful stories. I had a great time in Dandenong Ranges. Semoga kita bisa berjumpa lagi di lain kesempatan. :)

Turis kedua yang gw temenin ga lain adalah keluarga gw, bokap, nyokap n si Cuprit. Brief-nya udah gw ceritain di sini. I had a surreal time with them. But, one thing for sure, I don’t wanna go abroad with my fam ever again. LOL~

Oke next, gw ngapain lagi yak selama liburan?

OH!!!

EMJEHHHH~~~~~



Ini yang paling integral liburan kemarin tbh! LOL~

3,5 bulan, brethren and sistren! 

Coba bayangkan, apa yang terjadi, kalo lo dikasih 3,5 bulan full bersama Netflix!

Berikut Netflix show yang berhasil gw khatamkan dalam 3,5 bulan (sekalian review/commentary dikit):

1. Stranger Things

Ofkorzzz~~ Berasa hidup di zaman purba kalo belum nonton. Gw nonton Stranger Things 2 kali, eh 3 kali deng, eh 4, eh 5, eh ga tau deh berapa kali~ Yang pasti adegan ini gw ulang2 50 kali dalam sehari. Heheheheheheheh~~


Untung Eleven bukan cewe normal. Kalo dia cewe normal pas Mike bilang “pretty” pasti langsung menstruasi di tempat. Wkwkwkwk~~


HOW CUTE IS MIKE STRUGGLING WITH HIS WORDS AND FEELING AT THE SAME TIME AND THEN DECIDED TO JUST MAKE AN ACTION! THAT’S MY BOY RIGHT THERE!!! HAHAHAHAHHAHAHAHA~~~

Okay enough with Stranger Things, gw udah bikin review panjang lebar di sini, udah donlot full-soundtrack/scoring-nya dan masih constantly dengerin sampai sekarang, udah nonton semua cast-interview di YouTube, udah follow Millie, Finn, Gaten, Caleb sama Noah di IG, udah nonton teaser ad Season 2-nya di Super Bowl, dan udah promote gimmick-nya di socmed juga, ENOUGH WITH STRANGER THINGS LET’S MOVE ON!


2. Orange Is The New Black – Season 1-4

Sama logic-nya dengan Stranger Things, kalo belum nonton ibarat tinggal di zaman purba~ Cuma OITNB lebih senior aja, udah 4 season! Termotivasi dengan gimmick all-female-casts, well ada sih male cast tapi minoritas banget, cuma 10%, itu juga kurang penting karakternya. So yeah, I like how OITNB strongly promote feminism!

OITNB, what can I say about it? Awesome is definitely an understatement. Jenji Kohan, you are a GENIUS! All those characters and writing, they’re just flawless and fabulous! Emang cewek tuh kalo dijadiin tokoh kriminal pasti jauh lebih keren dari cowok ya~ Kalo cowok kan jahat basi tuh yaa jatohnya, kalo cewe mah, beuh~ Complex, fierce, mantaps!

OITNB adalah contoh drama yang main cast-nya justru paling ga penting dan ga jelas~ Like seriously, sekarng gw tanya ya sama lo kalo lo fans OITNB: apa impact-nya Piper Chapman buat hidup lo??? Apa impact karakter dia di cerita OITNB secara keseluruhan???

Piper itu ga penting banget, men! Not to mention she is so fucked up! Ga jelas banget mental state-nya~ Labil gitu lho karakternya, kadang baik kadang jahat. Pengen punya banyak temen tapi egois. Terus pinter tapi goblok. Kalo inmate lain dipenjara karena actually did something bad, dia dipenjara karena GOBLOK! Kesel banget gw sama backstory-nya~

So I don’t feel sorry for Taylor Schilling if she got overshadowed by the other casts. And Taylor Schilling got a creepy face if you ask me. Like seriously, if I got trapped in a small room with her only, I probably cry out loud becoz I’m afraid of her face!

Gw kalo ngomongin OITNB sekarang ga ada habisnya deh, bisa berjam-jam. Jadi mending to-the-point aja!

Favorite character:

TIFFANY MOTHERFUCKING PENNSATUCKY DOGGETT 

What can I say about her? She’s like a comedy version of Bellatrix Lestrange. That madness…… It is another level! Taryn Manning you are my champion! Karakternya Pennsatucky emang weakened setelah Season 1, tapi gapapa, di antara semua, Taryn Manning tetep yang paling flawless di mata gw!

Favorite season: 2

I like how the girls rule out their difference and hatred to unite and defeat Vee!


3. Daredevil – Season 1-2

Nonton ini karena penasaran. Lumayan suka. Adegan kombatnya mantap banget. The arts of fighting banget. Well done! Daredevil-nya jelas lebih ganteng dari Ben Affleck, even though I prefer him with his shades all the time. Charlie Cox entah kenapa kalo kacamatanya di buka gw pengen ketawa liat mukanya. Wkwkwk~~ Respect to him tho, that fluent American accent. That’s very sexy. For me English actors speaking in American accent more fluently, that is more acting than American actors trying to speak in British accent.

Anyhow, nonton Daredevil bikin gw ga sabar nonton The Punisher. Ayo Netflix segera dirilis! Hohoho~~


4. Jessica Jones

Nonton ini karena disebut2 di Daredevil. Kirain as awesome, ternyata meh. I was seriously having a hard time getting into the series. Simply put, gw ga suka karakternya si Jessica Jones itu. Seumur2 gw ga pernah liat superhero sesembrono, se-nggak-niat kerja, se-sering telat, se-nggak meyakinkan, se-wasted Jessica Jones. 

I mean gw ga ngerti ya, si Jessica ini ga niat jadi superhero atau gimana. Keputusan yang dia ambil selalu salah, itu yang paling fatal. Get her into trouble most of the time. Terus hampir selalu telat sampai di TKP, korbannya keburu mati. Sama suka telat mikir juga~ Kan kezel~

Her character is seriously as annoying as Piper Chapman~ Terus karena udah tau karakternya gimana, jadi ketebak gitu kan jalan ceritanya. “Ah ini pasti si Jessica dodol lagi~” “Tuh kan bener~” Boring~ She is the reason why I’m not interested in watching Luke Cage~

The only reason for me to keep watching the show until the last episode, was her best friend, Trish. She is the best thing happened to Jessica Jones. Itu baru cewek keren, punya karier oke, bisa jaga diri, independent. I even named my water bottle after her!


A photo posted by Lescha Mayseeta (@seetalesch) on

Gw ga peduli Jessica Jones nasibnya gimana, yang penting Trish selamat dan bahagia. Kalo bisa Trish dibikinin show sendiri deh sama Netflix & Marvel. I’d be very happy.


5. Gotham - Season 1

Another kind of perfection. Coming from someone who didn’t read any Batman comics/watch the cartoons, I knew almost nothing about Batman’s supporting characters, simply put, this series helps me a lot with that.

Jada Pinkett Smith is fucking awesome, but The Penguin steals the show. Like seriously, The Penguin literally yang nyetir jalan ceritanya Gotham gitu, he and his every move and lies. Mad respect. The King of Gotham indeed.


6. Black Mirror – Season 3

Setiap abis nonton episode Black Mirror komennya cuma satu: amit-amit. LOL~

Well amit-amit can be interpreted as fucking awesome. I mean those ideas and logics.. Keren bangetlah konseptornya bisa berpikir berpuluh2 tahun ke depan. It’s also very well written. Tapi kenapa cuma 6 episode ya?

Anyway my favorite episode would be the first, Nosedive. No particular reason, I just like to see Bryce Dallas Howard gets fucked up. LOL~

Gw belum nonton Season 1 dan 2-nya karena ga ada di Netflix, well at least di Netflix Australia ga ada. But I supposed they are awesome too.


7. Pretty Little Liars – Season 1

Dulu zaman kerja di XXXXX sering banget disuruh nulis tentang PLL, padahal sama sekali ga pernah nonton. Kemarin iseng nonton, ternyata ketagihan~ Wkwk~ Asem!

PLL membangkitkan my old self yang suka nonton sinetron Indonesia zaman dulu, zamannya Noktah Merah Perkawinan, Janjiku, dll. hahahaha~~ I mean it’s so sinetron I can’t even~ XD

Selesai Season 1, mau lanjut Season 2 tapi ga keburu, udah masuk kuliah, Netflix-nya harus segera di unsub demi kemaslahatan bersama. Wkwkwk~ Tapi udah donlot soundtrack-nya sih, oke2 lho. My fave:



***

So yeah, that is my holiday recap. 3,5 bulan yang menyenangkan. Entah gw bisa liburan selama itu lagi atau nggak di masa depan~ Kayaknya sih nggak, since gw akan sangat kejar setoran~ But anyway, thank you for the holiday, dear Unimelb. Now I’m recharged and ready to kick some ass(ignments)!

GOD BLESS ME!


A photo posted by Lescha Mayseeta (@seetalesch) on


Laters!