Showing posts with label moments. Show all posts
Showing posts with label moments. Show all posts

Saturday, October 7, 2023

Bertualang Kembali

Hi, guys! How yall doin?

Kamis 28 September pergi trekking ke Sentul sama Iif, rutenya ke Goa Garunggang. Sebuah kegiatan yang sudah ditunggu-tunggu sejak lama karena gw pengen healing liat yang ijo-ijo. I really looked forward to it. 

Tapi tampaknya salah mengartikan petunjuk/informasi. Dibilangnya trekking level intermediate 4km—which at first I think it's fine~ Gw pernah hiking ke Mount Oberon, Wilsons Promontory, Australia, itu 3,5km menuju puncak. Well pulangnya badan patah sih, but I mean, 3,5km aja gw bisa, beda 500m should be fine-lah.

In reality, ternyata 4km tuh menuju Goa Garunggangnya doang, dari goa balik ke parkiran, another 4km……

Lalu itu nggak kayak Mount Oberon yang awalnya naik terus sampai atas, pulangnya tinggal turun doang. Tapi naik turun sepanjang jalan karena melintasi beberapa bukit gitu~

Not saying I cannot, ketika dijalani, tidak sesusah itu juga. Ditambah ngobrol seru sepanjang jalan, bikin konten--luxury yang cuma bisa didapatkan kalo trekking di Indo, karena zaman di Aussie mana sudi guide-nya nungguin kita ngonten, bablas ditinggal, tersesat bodo amat~ Kalo di sini bahkan guide-nya yang nawarin fotoin, videoin, ngarahin gaya, bahkan rekomen tempat2 seru buat ngonten! Sudah sangat mengerti target marketnya sekali~ Hahaha

Menikmati hijaunya pegunungan dan perbukitan (so pretty and healing indeed), menghirup udara gunung yang bersih dan dingin walaupun matahari terik, role playing jadi Sherina & Sadam…

I pushed through and conquered it! 




Ga tau ya kalo udah di medan ada drive misterius yang keep me going aja gitu, coz there’s no turning back. I mean, kalo di Aussie that drive maybe ga mau rugi udah bayar ratusan dollar, masa nyerah? 

Same thing pas mendaki Tembok Cina, entah berapa km itu, awalnya pesimis liat anak tangganya tinggi2 amat, tapi bocil-bocil aja bisa, masa gw ga bisa? Udah sampai Cina mennn, masa nyerah sih???

Kalo di Sentul kemarin sebenernya bisa aja nyerah tengah jalan, toh harga murah cuma 165k, dan cuma “Sentul doang” lain kali juga bisa. But we didn’t. We kept going and reached 8km on schedule. So proud!

Terus pulangnya gimana? Ya badan patah juga. Wkwk~ Well ga sepatah Mount Oberon sih, cuma betis aja kenceng sama telapak kaki nyeri. Dihajar Tolak Linu dan dibawa tidur semalem langsung hilang.

Overall, a good experience. Mau lagi ah next time, cobain rute yang ada sungainya. Kemarin males basah soalnya, next kita basah-basahan!

Buat yang nanya kemarin pake trip apa, ini ygy >> Tripacker

Pro-tips: langsung booking aja ke nomer WA-nya, ga usah bikin via OTA. Lebih murah. 

***

Sabtu 30 September nonton Petualangan Sherina 2 (PS2) di bioskop sama nyokap. Wah, ini juga… all sorts of feels. 23 tahun dari film pertamanya yang sungguh legend. Waktu itu masih kelas 6 SD! 

Awalnya pesimis, kapok soalnya mempercayakan sekuel ke Miles Films, case study AADC 2 yang horrible, just horrible. Freaking 2 hours of commercials, no actual story. Sad.

Tapi memutuskan memberi kesempatan untuk PS2, coz I grew up with Sherina and Sadam, emotional attachment lebih kuat. Ada masanya lagu-lagu Petualangan Sherina itu ga cuma menghibur, tapi juga menjadi platform belajar nada dan musik yang baik dan benar. Setiap ada tes nyanyi depan kelas, pasti nggak ragu untuk nyanyi itu. 

Hampir semua gimmick-nya pun gw ikuti waktu itu. Bekal Smarties ke sekolah, borong stoknya di Indomaret sampai harus ke at least 3 toko supaya bisa mengisi kuota kotak makan sampai full. 

Mendadak manggil nyokap dan bokap “ibu-ayah”, padahal biasanya “mami-papi”. 

Tapi nggak, gw ga sampai pake plester kemana-mana padahal ga luka kok. Wkwk~~

Terus gimana filmnya??? SUKA BANGET BANGET BANGET!!!

The first 5mins aja udah WRECKED ME, belum apa-apa udah mewek, dahlah ke belakangnya AMBYAR!

SO WHOLESOME! Everything is in the right direction. The heart is there. Music & scoring are effective in both carrying emotional weight and evoking nostalgia. Feels good to listen to familiar sounds in a more relatable manner! Derby Romero’s smooth and clever acting balances out Sherina’s awkwardness. These two make me flutter!

Gokil sih. Gw mau nonton lagi, karena kemarin nonton pas opening weekend, rame banget penuh bocil berisik. Ga bisa menghayati lagu-lagunya dengan baik padahal semuanya indah-indah. 

Musiknya sih. Petualangan Sherina ga akan se-legend itu kalo ga ada soundtrack  dan scoring yang juara. Gw seneng banget di PS2, they took the music seriously too dan hasilnya bagus—in a sense, tidak kehilangan identitas, karakter, dan nyawa dari film pertamanya, lyrics wise dibuat lebih relatable sama perkembangan karakter dan cerita, orkestra megah dan kaya dipertahankan, dan ada teknik-teknik musikal baru yang sangat gw apresiasi. 

Sherina, elo gokil banget sih, jenius! Bisa smooth banget ngegabungin 3 lagu: Jagoan, Anak Mami, Menikmati hari jadi 1 lagu baru yang sama kerennya: Nostalgia Bersama

Oiya buat anak-anak Gen Z and below yang keluar bioskop komplen karena ceritanya “gitu doang” or any sorts of reasons, OH PLEASE~ Clearly, this movie is not for you~ Ini film buat GW DAN TEMEN-TEMEN SEANGKATAN GW! 

It’s a full-on nostalgic experience, a walk down memory lane. Jadi kalo lo ga punya memori,  ga punya emotional attachment, ga relate, ga nyambung, ga berasa, YA WAJAR!

Satu lagi yang mau gw bahas dari experience PS2:




:’)

Tadinya contemplating, nonton sama siapa ya?

Tapi itu kan harusnya pertanyaan yang mudah. Kalo konsepnya nostalgia, tentu saja harus nonton sama orang yang sama ketika nonton film pertamanya. Mom. <3

Another reason kenapa Petualangan Sherina sangat berkesan buat gw. Waktu itu, bioskop masih dikit banget, di Jakarta cuma ada 9. Jadi kebayang war ticket-nya gimana kan? 

Demi gw, nyokap yang saat itu hamil 7 bulan, war ticket OFFLINE, ngantri depan bioskop dari jam 8 pagi, desak-desakan, dorong-dorongan sama ribuan orang tua lain, dan akhirnya menangin tiket nonton yang malam. T.T

Nonton PS2 sama nyokap… sesuatu banget deh. Bener-bener berasa kecil lagi, as if 23 years never passed, as if the original movie never stopped and we never left Gading 21. The moment we shared together, the excitement, the reaction, the commentaries, the happy remarks, the laughter, it’s all the same and it’s beautiful. <3

So guys, if your parents are still with you, gw saranin ajak nonton PS2 deh. Mereka juga hidup di masa itu, mereka juga punya koneksi ke filmnya. Nyokap gw hepi banget kemarin, so I think your parents will be happy too. 

Buruan, sebelum turun dari bioskop! :D

Laters!

Sunday, May 28, 2023

Born Pink Singapore Review

“Seet, kemarin Blackpink di SG encore-nya apa aja?”

“Boombayah, sama… er… Anjir lupa!”

-------------

Hi, guys! How yall doin?

It’s been 2 weeks since I’m back from Singapore. Sorry baru bisa post review-nya sekarang, got many things to do~ 

Singapore stories aside, gw memprioritaskan untuk review konser dulu, supaya memorinya tidak hilang. Kenapa? Karena konsernya tidak berkesan buat gw. Jadi pasti otomatis terlupakan dengan cepat mengingat otak gw terekspos ribuan informasi baru yang memakan kapasitas otak setiap harinya. 

Berhubung itu konser mahal, lebih baik ingatannya dibuat lebih sustainable, jadi duitnya ga terbuang percuma.

Okay. Here we go.

Disclaimer gw bukan Blink ya, seperti yang pernah gw jelaskan di sini. Gw hanya suka beberapa lagunya, suka Lisa karena her talent is undeniable (tapi bukan berarti dia bias gw), dan alasan gw menonton konser adalah pengen ngeliat mereka dari dekat sekali aja sebelum……

Opini gw bisa dibilang 80% objektif dari sisi pengamat musik/concert reviewer. This is a long-ass 3000 words essay. Supaya lebih terarah dan gampang dicerna, gw akan bagi review-nya menjadi beberapa bagian. 

---Pre-concert---

Gw nonton BP di hari kedua show di SG. Kenapa pilih hari kedua? Kan keabisan tiket hari pertama. Hahaha~

Gw bertolak ke National Stadium naik MRT sekitar jam 3 sore. Sebelumnya kita dikasih tau untuk Cat 6 open gate jam 6. Jadi santai aja.

Sambil nungguin Bone balik gereja, gw berkeliaran sekitar stadium. Tadinya sih pengen pilih spot yang nyaman buat nyari gimmick & bikin konten, tapi panas banget shay. Itu 3 hari gw di SG, real feel-nya 40 derajat gw ga ngerti lagi~ Akhirnya masuk Kallang Wave Mall yang posisinya tepat di samping stadium. 

Kallang Wave Mall udah berubah jadi sarang Blink. Sepanjang koridor banyak Blink ngemper di kanan kiri. Kepanasan pasti tuh kayak gw. Kebayang zaman Born Pink Jakarta pasti mol yang jadi korban adalah FX Sudirman. Hahaha~

Gw ngopi dan makan sekitar 1 jam sampai Bone dateng dan capcus ngantri depan gate. As expected, antrean udah mengular panjang. Antreannya cukup rapi karena di setiap line-nya ada auntie & uncle galak yang memastikan kita disiplin dan ga dorong2.

The queue was actually okay, it was just super hot so we got cranky~ Makin cranky ketika mas-mas security di line kita ngecek barang lama banget. Yawlah ingin memaki. Ya emang sih ga usah buru2 masuk karena show baru mulai jam 8. Sumpeh cuma pengen masuk karena di luar panas banget.

Gw mayan menyesal pake baju yang ga nyerap keringat. Ya siapa yang bisa mengira bakal sepanas itu.

Ini outfit gw.
Imma Pink Panther spying with my little eyes~


Sampai di dalam stadium, cukup terkesima karena pertama kalinya ke National Stadium. Ternyata venue-nya beda sama venue YG Family Concert yang gw tonton tahun 2014 [cerita YG Famcon baca di sini], itu Singapore Indoor Stadium—di sebelahnya. Kapasitasnya setengahnya. Gokil juga sih Blackpink bisa sold out stadium 2 hari.

First thing first, pipis dan beli minum. Thank God toilet di dalem banyak biliknya, jadi ga pake antre. Di dalem ada stall yang jual makanan. Namanya Snag Bar, jualan hotdog, soft drink, kopi, dll. Tapi entah satu-satunya di sana atau gimana, antre panjang banget! Gw ga kuat ngantri dan udah cranky banget kepanasan, akhirnya Bone yang ngantri buat beli minum, gw mencari bangku kita di Cat 6. 

About Cat 6… Ya okelah, kita cuma satu level di atas VIP. Tapi emang jauh dari panggung sih. :”) Ga bisa liat mukanya Blackpink, kalo mau liat mukanya ya liat layar. 

Tapi di bilang jauh banget nggak juga, at least Blackpinknya ga keliatan kayak semutlah. Paling 50 meterlah jarak gw ke Lisa. Not bad-lah.

National Stadium walaupun hitungannya outdoor, tapi jangan takut kepanasan karena dalemnya dingin. Feeling gw di bawah bangku itu AC sih, pas gw pegang lantainya pun dingin. So all good. Ga usah takut keringetan atau bau ketek kalo nonton konser di sini. Nyehehehe~

Sesaat sebelum konser di mulai, treatment-nya standarlah. Ada MV disetel tapi ga ada suaranya. Kalo di Indo, ini momen selebgram2 dan tiktoker2 itu joget-joget dance cover di tengah kerumuman. Kemarin di Sg, ada juga yang joget, tapi 1-2 orang paling, dan ga yang heboh dandan & pake kostum ala-ala. Ya commoner biasa aja. 

Kalo gw perhatiin penampilan/outfit Blink SG ini pada biasa aja sih in general, ga kayak Blink Indo yang super niat banget nyiapin outfit 4 set, walaupun cuma nonton 1 hari. Sampai ada yang cosplay segala. Kesimpulan: anak-anak Indo lebih kreatif dan ekspresif!

Sekitar pukul 8pm, MV terakhir Shut Down dipasang, dan sebelum lagunya berakhir, volumenya tiba-tiba dikencangkan—tanda konsernya mau mulai. Blink bersorak riuh and the next second the girls stood strong in front of us. Born Pink shall begin...


---The Concert---

Let me start the review by breaking down the setlist. Pretty sure setlist-nya sama kayak Indo punya. 

Act 1 

How You Like That 
Pretty Savage 
Whistle (Shortened) 
Don't Know What to Do 
Lovesick Girls

Imma just put it out there, I don’t like How You Like That opened the show. The song’s horrible. It’s a total train wreck. Its chorus is one of the worst Teddy has offered, the direction is very weird, liriknya irritating and embarrassing—mau badass malah jadi ga jelas, "Bada bing bada boom boom boom" apeuuuu...???

Ini lagu kalo bukan Blackpink yang bawain udah diketawain satu planet kali. 

That being said, I think Born Pink concert has a weak opening. I mean, kenapa sih ga pake Pink Venom aja? They have a dope song, the title track of the album, pembuka the whole Born Pink era, kenapa ga pake itu???

Such a poor decision making memilih HYLT sebagai opening. 

Luckily, lagu keduanya mayan. Pretty Savage is fun, jadi mayan bisa angkat mood yang jatoh gegara HYLT. Unfortunately, versi live-nya biasa aja. Ga ada bedanya sama nonton di Inkigayo. Begitu juga di Whistle, Don't Know What to Do, Lovesick Girls. I didn’t see anything special. No special stage act, no special choreography, no gimmick. Terlalu by the book.

Hal lain yang gw sayangkan adalah mereka jarang maju ke depan (ke lidah panggung), kebanyakan di belakang. Pas sesi ment/sesi ngobrol juga. Stay di belakang aja. Padahal dengan maju ke depan kan bisa lebih deket sama fans ya.

Tapi gw apresiasi karena dari jarak 50m gw masih bisa denger suara asli mereka ketika nyanyi. Semua, kecuali Jisoo.

Act 2

Kill This Love 
Crazy Over You 
Stay 
Tally 
Pink Venom

Gw mau mengomentari kostum sedikit. Dari semua Act, kostum pas Act 2 ini menurut gw terjelek sih. Ga kayak kostum konser, kayak baju main sehari-hari aja (kecuali punya Lisa—itu pun gw ga suka bawahannya). Siapapun stylist-nya, buat Act 2 tolong banget dong itu cewek-cewek brand ambassador brand-brand mahal semua lho, literally bisa minta sponsor outfit lebih keren. Soalnya Act 2 ini isinya lagu-lagu kece semua. 

Stage act mereka juga peningkatan dari Act 1. Semua orang menantikan sexy tummy dance meliuk-liuk seperti ular di Crazy Over You. Semua orang nungguin sing along di 2 lagu slow penuh emosi Stay & Tally. Buatlah stage-nya lebih memorable dengan outfit yang kece! Plislah, baju mereka sehari-hari aja lebih keren!

Buat yang ga mudeng gw ngomongin kostum yang mana, yang ini lho.



Paham kan?

Sedikit yang memorable dari Act 2 adalah mereka ngenalin personel band-nya sesaat sebelum Tally. Gesture yang biasanya baru dilakukan di akhir konser sebelum encore. Personel band-nya masih sama kayak konser BigBang & 2NE1. Hehe~~ Beanie, Omar, and team. So good to see you guys again. Terakhir ketemu di Singapore juga, di YG Famcon. :D 

Act 3

Flower (JISOO song) 
You & Me (JENNIE song) 
Hard to Love / On The Ground (ROSE songs)
LALISA / MONEY (LISA song)

Ini act yang paling gw tunggu-tunggu. Simply karena gw pengen denger suara asli mereka. Okay, one by one review. 

Flower. Tadinya Jisoo solo pengen gw skip. No offense ya, Blink. Gw trust issue sama Jisoo nih, sorry banget. Gw ga bisa liat apa fungsinya dia di grup. I mean, role-nya dia vocalist, tapi suaranya ga berkesan, ga berkarakter, ga ada teknik, ga ada power..

Dia katanya visual tapi 3 yang lain visualnya arguably lebih menarik dari dia. Lebih berkarakterlah at least.

Jadi gw bingung banget Jisoo ini apa faedahnya?

With that thinking, Jisoo solo stage tadinya mau gw skip aja. Apalagi pas awal2 dia masih bawain lagunya Camila Cabello, makin ga penting. Udah rencana mau pipis/jajan aja pas Jisoo solo.

But then Flower happened.

Ketika gw kabarin Opiq bahwa gw mau nonton BP di Singapore, Opiq bilang gw beruntung karena dapet Flower. So I thought, okelah this one time imma give Jisoo a chance. This is her song, she won’t be overshadowed by anyone else, she should really own it. 

Eh, nggak juga beb. :’(

Masalah gw terutama adalah ga denger suara aslinya, yang gw denger cuma backsound aja. Gw suspect dia full lipsync. Kalo bener iya, ya kecewa sih. Just why? Tiga lainnya bisa kok nyanyi live, kenapa dia ngga? 

Lalu stage act, lagi-lagi terlalu by the book. Plislah ini kan bukan panggung Inkigayo. Ini kan world tour. Dia kan abis perform di Coachella yang sampai trending berhari-hari itu. This performance is just forgettable. 

Itu Flower, kalo ga dipakein campaign cover dance kembang goyang yang viral itu, gw yakin cuma Blink yang dengerin lagunya sih. 

Sorry guys. She had her chance. 

Okay lanjut ke Jennie. Konon lagunya itu yang ga dirilis dimana2 ya? Kenapa ya? Ada yang bisa bantu jawab?

Agak… curang sih sebenernya si Jennie ini, bawain lagu yang unknown. Kita jadi ga bisa bandingin versi rekaman & versi live-nya. 

Karena ga tau lagunya in advance, gw cuma bisa fokus ke stage act-nya Jennie aja buat ini. Yaa.. mayan sih dia ada waltz dance yang gw yakin latihannya susah tuh. 

Gw bisa denger suara asli si Jennie nyanyi pas lagu ini. Tapi ada beberapa part yang dia running out of breath juga, kalo ga salah bagian rap. Susah kali ya nge-rap sambil waltz dance. 

Oiya baju Jennie pas lagu ini gemezt deh. Pasti Chanel ya?

And now… Roséanne~~ <3 <3

Kadang gw berpikir, apa rasanya ya jadi Rose, she’s the only one who carries the group’s vocal, sampai lagu Hard to Love yang nyanyi dia seorang, tapi diakreditasinya ditulis Blackpink. :(

Tapi ga apa2 sih, itu latihan mental buat Rose.

So, Rose. Duh, flawless. Dari awal udah respect karena dia nyanyi ga pake backsound sama sekali. Pure suara asli dia live dari awal sampai akhir + band. Dia nyanyi pakai suara rendah. Makanya ketara banget ini bukan rekaman. 

Nah gini emang yang gw harapkan konser. Adjust aja lagu/nada/lirik aslinya biar lebih gampang dibawakan di atas panggung. Ditambah improvisasi-improvisasi atau adlibs-adlibs yang walaupun tipis-tipis tapi berkesan karena kan beda sama versi rekamannya.

Orang dateng ke konser tuh justru mau denger/liat stuff like that! Ketika konser, vokal lo ga usah sempurna membahana bervibra-vibra, ga usah stick to the rules, boleh banget di-simplify, di-remake sedemikian rupa supaya your performance ga cuma sekedar nyanyi & joget/sekedar pemandangan mata, tapi juga connect sama fans spiritually, so they can sense your presence. So get the fuck out of your comfort zone. Go wild!

Rose stage act-nya juga keren. Pas Hard To Love dia bener-bener lepas, no choreography, no gimmicks. Just her and her music. Such a rockstar! 

Pas On The Ground.. Aduh ini gw udah bias sih. Karena gw sukakkk banget lagu ini~~

Lagu cantik, yang dinyanyikan sama penyanyi yang suaranya cantik. <3

Rose gw ga masalah lagu ini lo potong verse-nya setengah, terus lo ga nyanyi di chorus terakhir karena mau fokus dance. Still a flawless performance. NO PROBLEM AT ALL! <3

On more unbiased note, Rose, I think seharusnya pas chorus lagu apapun, lo teriak “EVERYONE SING IT!”, jadi satu stadium bakal nyanyi bareng dan bagian chorus lebih epic. She missed that golden chance.

Lalisa Manoban.

Where should I start?

I gotta say, setelah melihat solo stage masing2, sekarang paham kenapa urutannya begitu. HAHAHAHA~~

Kalo Rose tadi nilainya 9, Lisa… 12. Wkwk~

Top markotop ga ngerti lagi gaes. 

She always gives her best whenever she performs.

Yang bedain artis-artis YG sama artis lain tuh ya ini. Kalo lagi konser presence-nya kenceng banget karena mereka bisa lepas banget di panggung. Ga ada tuh yang namanya stick to singing, stick to choreo, once the music started they went wild! Satu kemana, yang lain kemana, dahlah bubar semua choreo coz everyone improvised their singing and dancing so that they could connect to the fans more. Ini yang membuat konsernya walaupun dihadiri puluhan ribu orang, tetap berasa intimate. We could not only see and hear them, but also feel them. 

Jangan pertanyakan kredibilitas gw ngomong ini, gw udah nonton BigBang 5x, 2NE1 3x, YG Family Concert 2x. I KNOW DAMN WELL HOW THEY DID IT!

Jadi jangan heran kalo gw terus menerus membandingkan. Mereka kan pasti berguru ke orang-orang yang sama, kan dari YG juga~ Sayangnya, ketika kelas ada kelas Dasar-Dasar Stage Presence waktu trainee di YG, yang memperhatikan cuma Lisa sama Rose. Yang lain nggak lulus. Lisa bahkan levelnya udah advance, dia punya yang namanya Stage Command yang bikin semua orang “kesambet Lisa”. Everyone literally channeled their inner Lisa when she’s on stage. That’s how amazing she is.

Pas nyanyi Lalisa, mana ada dia bawain lirik full, kak~ 80% improvisasi & adlibs. Teriak-teriak sok asyik aja sambil joget2 swag. Tapi apakah penonton komplen? Tentu tidak. Justru stage act yang seperti itu yang diharapkan di konser. Lisa did it so well!

Pas nyanyi Money pun sama. Energy and charisma overflowinnn~~

Fyi, Money tuh waktu pertama kali lagunya keluar gw hina dina lho. Kek jelek banget ni lagu anjir Lisa deserved better. But then gw jadi suka lagu ini, kenapa? Karena gw nonton performance-nya Lisa di Coachella.

I think I've watched the “Money” Coachella performance at least 100 times already. It's just so dope.

Live performance tuh sebenernya memberikan chance itu ke musisi. Gimana memberikan lagu yang jelek kesempatan untuk disukai, tergantung gimana mereka membawakannya aja. Lagi-lagi, on this part, Lisa did it so well.

Another thing yang bikin bangga: she’s so fluent in twerking, man! Gokil! I mean berapa biji idol Korea bisa twerking sih?? She did it so fluently! Lisa from da hood!!!

Persetan dengan pole dance mediocre yang jadi bagian dari stage act Money, her winning card is the twerking. Hahah~

Ya Lisa dance-nya udah ga diragukanlah ya. She’s a natural. Keliatan banget, nge-dance ada feel-nya, ada beat-nya, ada swag-nya. Gerakan-gerakannya sharp dan bermakna. Ga sekedar ngapalin koreografi kayak……

Udah gitu settingan mukanya senyum terus lho si Lisa, kan orang seneng ya ngeliatnya. Sedangkan Jisoo sama Jennie pas solo stage settingan mukanya tegang. Wkwk~

Dahlah ngomongin Lisa mah ga ada abisnya, ini anak emang different breed. 

Jisoo belajar dari Lisa deh gimana cara own your stage. 


Act 4

Shut Down 
Typa Girl
DDU-DU DDU-DU 
Forever Young 
BOOMBAYAH 
As If It's Your Last

Act 4 sebenernya mirip2 Act 1 sih. Nothing really stood out. 

Paling gw mau menyoroti beberapa hal:

Ment/sesi ngobrol, terlalu sebentar dan just stick to the norm alias yang diomongin itu-itu aja.

“how are you feeling tonight?”
“you guys have fun?”
“please move back a little”
“hope you enjoy the show”

Basi. Very much forgettable. 

Paling gw apreasiasi Jennie pas dia bilang, "I see phones more than faces today, I don't know if I like that." Wkwkwk

Gw menyayangkan Blackpink nggak put effort untuk belajar bahasa/budaya lokal. Istilahnya kalo di Indo, dia ngemeng “I like nasi goreng” aja orang udah seneng kok. Banyak lho kpop idol yang bela-belain belajar bahasa lokal supaya sesi ngobrol jadi lebih berkesan dan lebih dekat secara emosional sama fans. SuJu tuh fluent banget bahasa-bahasa semacam “assalamualaykum”, “mantap”, bahkan “hatur nuhun”. 

Jangan tanya BigBang & 2NE1, mereka juga put effort belajar budaya lokal. At least mengenal makananlah. BigBang MADE Tour 2015, ga cuma nasi goreng yang terucap dari mulut si Seungri, tapi juga sop buntut! Sedangkan 2NE1, gw tau karena yang ngajarin 2NE1 budaya lokal adalah yours truly

Kalo belajar bahasa/budaya lokal terlalu effort buat mereka, at least keluarin personality-lah di sesi ment. Pertanyaannya, apakah Blackpink punya personality?

Lalu encore, kurang berkesan juga ya, cuma 2 lagu.

eMaNg Lo eXpEcT bErApA???

Ya 12-lah. LOL~

I’m kidding. Mungkin pemilihan lagunya kali ya. I was just expecting something more hyped. 

Okay. Essay ini sudah cukup panjang ya. In conclusion, I expect more than Blackpink than just the stage act their performed in Born Pink Singapore. Untuk artis yang levelnya udah worldwide act, pernah tampil 2x di Coachella, trending hampir setiap hari di Twitter, penampilan mereka kemarin di bawah standar. Kalau pake angka, gw kasih 6,8.

Terlalu by the book, too stick to the rules, tidak keluar dari zona nyaman, tidak berani (atau tidak bisa) improvisasi.  Apalagi pas perform berempat ya. Kalo solo stage menurut gw Rose sama Lisa bisa own their stages. Tapi pas berempat, kembali bermain di zona nyaman, jadinya boring~

Padahal improvisasi itu bisa jadi hacks supaya ga terlalu capek di panggung lho. Kalo terlalu by the book kan pasti capek ya, full choreography kayak gitu, nyanyi persis kayak rekaman.. Ga heran kalo performa mereka menurun. Ga heran kalo mereka getting tired of it. 

They also seem to be less energetic and hyped now. If you compare their performance from earlier in the tour. They were a lot better, with sharper dance moves and more effort for hyping up the crowd. Now they just seem more like less happy to do it, kayak cuma yaudah menjalankan kewajiban aja. Padahal kan ga boleh gitu ya, tetep harus all out. Harga tiket kan sama-sama mahal. 

Alrighty then. Gw tahu tulisan gw ini akan mengundang kontroversi. Mungkin akan ada satu dua Blink salty anti-critic yang bakal ngebash. That is fine. That’s just life, you know, shit happens.

Byeeee~~~

Sunday, May 7, 2023

Egggcited!!!

 Hi, guys! How yall doin?

Tomorrow is a BIG BIG DAY for me!

It’s my debut to mengajar offline!!!

Alhamdulillah wa syukurillah.

Ga lama sejak doanya dikirimkan, langsung dijawab.

Rajin-rajin berdoa, guys. wkwkwk~

Gw akan mengajar di sebuah kampus di bilangan Jakarta Timur besok. 

Yang mau tau gw ngajar apa dan di kampus apa, kepoin LinkedIn gw.

I’m sooo excited! Perdana ketemu mahasiswa dan dosennya. Mudah2an pada asyik-asyik semua. 

Excited to be back on campus, not as a student, but as a lecturer. Giving me a whole new perspective. 

Kemarin gw udah kepoin kampusnya gimana. Liat-liat video campus tour. Kece juga. Typical kampus swastalah. Bersih, modern, dan terawat. 

Persiapan gimana persiapan? Honestly, not much sih. 

Paling siapin outfit. Tadinya mau heboh sampai beli baju baru buat adapt “teacher look”. Tapi keuangan lagi seret kak, kan mau ke SG besok, kemarin baru nukerin sekian juta beli SGD. Mahal banget rate-nya sekarang, 11ribu!! Ya Allah jaman kuliah cuma 6ribu~~ T.T

Outfit gw pake yang ada aja, kemeja + celana bahan. Gw kecein di sepatu, pake Docmart! Uhuyyyy

Nggak beli baru, ternyata Docmart yang gw ceritain di sini ketemu, guys!!! Surprisingly kondisinya masih bagus, padahal 6 tahun lebih ga dipake~ Cakeplah atasnya formal bawahnya semi-rocker. Wkwk

dr martens evan off white tulip ♡


Lalu pastinya gw siapin deck. Kemarin tuh 4 jam gw ngafe buat bikin deck. Gw suka sih perkuliahan ini topik tiap minggunya ga berat, ga kayak kalo ngajar di platform edutech yang berat banget dan mendalam. Jadi otomatis materi yang disiapkan lebih banyak dan lebih lama karena harus bener2 deep dive, riset sana sini, translate ke deck, desain.. Stres!

Deck buat perkuliahan, gw keep it short and simple aja karena deck panjangnya yang isinya teori udah dibikin sang dosen. Deck dari gw sifatnya additional aja, kayak ngebahas topik dari sisi praktisi dan kasih contoh dan exercise. 

Anyway so yeah I’m really really looking forward to tomorrow. Karena pengalamannya akan dijadikan benchmark untuk karier ajar-mengajar ke depannya. Lebih enak kelas online atau offline, lebih efektif/seru ngajar universitas atau platform edutech, dll. 

Selain mencari nafkah, gw bisa latihan public speaking juga, lalu memperluas koneksi, dan menambah ilmu dan pengalaman baru pastinya, karena gw-nya pun jadi belajar lagi juga, on top of that yang terpenting bisa berbagi ilmu. Karena ilmu itu nggak akan berguna kalo nggak dibagi.

Akhirnya berguna juga itu title S.Sos dan MA. Selama ini bertengger tak berarti di nama gw. Kek kelen ngapain di situ guys? Ga kepake di lingkup profesional~ Ga ada tuh pas interview HR atau user nanya “ini title S.Sos dan MA kamu artinya apa?” nope, ga ada yang peduli. Kuliah S2 bisa mempermudah mendapatkan pekerjaan dan negosiasi gaji hanya mitos belaka ygy, jangan dipercaya.

Title kepake di lingkup akademis, because these degrees can show that you have the specialized knowledge or technical skills required to teach the students. Pretty sure dosen yang nge-hire gw mempertimbangkan ini ketika memilih gw di antara ribuan kandidat dosen tamu lain. Title gw bisa buat mereka jualan juga. 

Semoga ke depannya lebih banyak tawaran mengajar lagi. Karena mengajar lebih sustainable daripada kerja kantoran. Nyehehehe~

Anyway, selain debut mengajar, besok juga adalah harinya Unimelb Alumni Reception! Uhuy~~ 

Jadi gw akan bertolak dari Jaktim kembali ke Jaksel untuk menghadiri reuni akbar. It’s been a while. Terakhir reuni akbar seinget gw 2018. Itu rame banget, 1000 orang lebih ada kali. Dari sekian banyak orang, paling yang gw kenal cuma 10 orangan. Yaa namanya reuni akbar, semua angkatan ada, dari S1 sampai Ph.D, can’t expect knowing everyone.

But it’s still fun though, being part of the community. 

Gile nggak jumpa 6 taun, men.. Mana zaman kuliah ga deket2 amat.. Kan gw gaulnya sama cecinaan dan bebulean selama di Melb~

Mau ngobrol apa ya? 

Hey, pakabar?

Baik, lo pakabar?

Baik juga.

That’s good to hear.

End of conversation. Hahaha~

Oh well. I hope the event is not boring, the food is nice dan ada doorprize tiket pesawat ke Aussie. Temen gw si Stephanie nanyain mulu kapan ke sana nih. Sabar kali, lagi sibuk cari cuan. Wkwk~

A’ite, gw mau yoga duyu supaya besok namaste sepanjang hari. Big day!

Bye~~

Sunday, March 14, 2021

Akhirnya Mantai

Hola! Pakabar semua?

Lagi seneng banget (baca: in denial of the amount of stress piled up at work) karena minggu ini dapet long weekend. Alhamdulillah juga bisa menghabiskannya dengan sangat berkualitas: STAYCATION!

Hohohoho~

2 hari kabur dari timur ke utara, gw, Iip, dan Rini menghabiskan liburan longweekend di Pantai Indah Kapuk alias PIK. Kenapa PIK? Karena kita bosan dengan Jaksel, mau cari daerah yang vibe-nya beda banget sama Jaksel. 

PIK itu vibe-nya kayak Chinatown/Singapore/Hong Kong. Terus lokasi deket bandara gitu kan, jadi 10 menit sekali ada pesawat mondar mandir. Bikin jealous aja, siapa yang bisa traveling hari gini. Such a privilege!

Kita nginep di hotel bernama Swissotel yaaaanngg bagus banget lho guys, 99% recommended. Hampir tidak menemukan flaw untuk hotel ini, kecuali ukuran kamar deluxe rada sempit (kalo nginep ber3, bakal berasa sempitnya) dan kita ditempatin di kamar yang posisi yang di pojok dengan view yang kurang cakep (tapi tetep dapet laut sih, dikit). 

Selain itu, fasilitas yang lain oke. Design bagus, baik kamarnya maupun spot2 lain di hotelnya. Iip sama Rini hepi bener bisa nyetok foto2 for the ‘gram. Tempat tidurnya nyaman, empuk, dan luas. Kamar kita deluxe, dapet king size bed yang luasss banget. Tidur ber3 ga berasa sempit~ Rini sampai penasaran berapa sizenya, akhirnya dia ukur, 200m lebih ceunah~

Hotelnya literally di atas mol PIK Avenue, jadi kalo bingung mau makan apa, bisa pilih yang ada di mol. Wifi kenceng, buat kita yang masih curi2 waktu buat kerja, aman. Makanannya enak, kita nyobain 2 menu breakfast dan semuanya endeusssss. Lokasi strategis, deket sama ruko golf PIK yang rame bener kulinernya dan Pantai Pasir Putih (10 menit perjalanan by car) yang hits banget sejak tahun lalu. 

Lalu kita ngapain aja selama staycation? Selain kuliner, mengunjungi Pantai Pasir Putih tentunya! Gila men, sekangen itu sama pantai~ Biasa setahun bisa at least 5 kali, gegara coronces setaun lebih ga mantai~ 



Karena bepergian dengan pesawat masih impossible dan bepergian jauh naik mobil berpotensi bikin mabok, jadilah kita ke pantai yang deket2 aja. Ancol terlalu mainstream, hence it only left us with PIK. 

Ini pantai udah hype banget sejak tahun lalu, dan sampai sekarang pun masih hype, terbukti dengan waktu ke sana sekitar jam 5an masih rame orang. Maklum, masuknya gratis. 

Alhamdulillah semuanya compliant sama social distancing, ga ada yang berkerumun. Pada pake masker juga. Di beberapa spot (termasuk pintu masuk), disediakan tempat cuci tangan.

Lalu bagaimana pantainya? Bersih kok, putih seperti namanya, nggak bau. Binatang ga boleh masuk, jadi aman deh ga usah takut tiba2 injek bom~ Wkwk

Fyi, pantai ini 100% buatan ya, jadi ga usah expect ada kerang, rumput laut, atau bahkan air laut, karena bener2 terpisah dari laut. Ada batu pemisahnya gitu. Lautnya ga bisa diakses. Jadi ya pure main pasir doang.

Regardless, it’s still a fun experience. Apalagi buat yang udah setahun ga ketemu pantai, bakalan auto-norak kayak Armin. Hahaha~ 

Kita nongkrong di pantai sampai sekitar jam 7. Literally cuma kita doang last men standing di sana. Ga diusir sih, jadi sans aja. Kalo pengen nongkrong2 di pantai ini sampai malem juga, gw saranin pake lotion anti nyamuk dan/atau baju tangan panjang/celana panjang, supaya ga digigitin nyamuk. 

Di atas jam 6, ada semacam food court terbuka, namanya Live Seafood Pasar Ramai. Pilihan makanannya beraneka ragam dan ada live music! Wah gila berasa bener2 udah normal deh bisa nonton live music. Kebayang kalo ga pandemi food court ini pasti rame banget. Kemarin cukup chill dan kosong, jadi bisa makan dengan tenang. 

Abis makan, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 9.30 malem. Little did we now, kawasan Pantai Pasir Putih ini ada jam tutupnya, yakni jam 9 malem. Walhasil, kita coba pesen taksi, gocar, grabcar, ga ada yang bisa ngangkut, karena pintu gerbangnya udah ditutup. 

Beruntung ada abang gojek satu orang di area deket food court. Tapi gojek kan ga bisa bertiga. Jadi ketika abangnya dateng, kita tawarin, mau ga charter 3x bolak balik anterin kita sampai depan gerbang, nanti kita bayar cash. Abangnya sih mau2 aja, tapiii ternyata tetep ga bisa, karena once elo udah keluar gerbang, ga bisa masuk lagi~

Jadi gimana cara kita keluar? Pake mobil satpol PP aja beb~~~ Wkwkwk

Surely an experience we all want to remember!

Ya abis pilihan lainnya jalan kaki via fly over, kan males yak, emang aku cewek apaan~ Wkwkwk

Anyway Alhamdulillah dianterin satpol PP sampai area yang bisa pesen taksi online. Jadi bisa pulang ke hotel dengan selamat daaann lanjut kerja lagi~ HAHAHA~

Oke sedikit tips buat yang mau mengunjungi the white sand beach:
- Perhatikan jam buka: jam 3 sore-9 malem! Kalo mau nongkrong sampai di atas jam 9 malem, bawa mobil sendiri karena taksi/ojek online ga bisa masuk.
- Walaupun masuknya gratis, tetep bawa duit! Karena banyak makanan enak yang tidak bisa dicuekin begitu saja~ wkwk
- Jangan dateng kesorean. Paling pas jam 4, jadi masih terang, bisa foto2 karena cahayanya lagi bagus.
- Pake sandal jepit aja, jangan sepatu, jadi kalo jalan2 lebih nyaman.
- Pake baju yang nyaman dan menyerap keringat. Efek pandemi terkurung begitu lama, pas liat hamparan pasir luas, bawaannya pengen lari-lari, wkwk~ 
- Ga usah bawa baju renang/peralatan renang. Lautnya off limits. Paling bawa peralatan buat main pasir aja.
- Kalo mau nongkrong sampai malem, pake lotion anti nyamuk dan/atau baju tangan panjang/celana panjang, supaya ga digigitin nyamuk.

Alrighty then, that was a nice getaway. Bolehlah kalo ada longweekend lagi kita ke PIK lagi~ 

Hope everybody has a good week ahead! Ciao!
 

Saturday, November 17, 2018

3 Most Tiring Moments in My Life

Hi, guys! How y’all doing?

Feels good to be back to blogging!

Setelah 3 minggu berturut2 qerja lembur bagai quda~ Literally ga ada liburnya dari akhir Oktober~ Finally a 48 hours’ day-off, a well-deserved weekend. <3 o:p="">

A little context why I’d been so busy lately, it’s the bloody 11.11 campaign. Campaign tahunan terbesar untuk semua ecommerce. Campaign yang most potentially bikin karyawan tipes (thank God gw nggak~ karena bener2 jaga makan jaga badan pre-during-post campaign).

It was sooo tiring you guys, which is why gw akhirnya terinspirasi bikin postingan ini. Mau merangkum momen2 paling melelahkan dalam hidup gw. Melelahkan secara fisik ya, bukan mental. Saat2 dimana badan gw diforsir untuk bekerja lebih dari kesanggupan. Layaknya mesin.

So, saking lelahnya campaign kemarin, gw jadi reflect on past experiences. Pernah ga sih gw secapek itu sepanjang hidup gw. Jawabannya: pernah, 3 kali tepatnya.


Pertama: liputan Java Jazz Festival (JJF)

Lupa tahun tepatnya, I think it’s 2012 atau 2013 atau 2014, atau semuanya. Entah. Tapi yang pasti lebih dari sekali.

JJF adalah event tahunan untuk penyuka musik jazz di Jakarta. Acaranya 3 hari, Jumat-Minggu. Praktis setiap liputan JJF gw pasti ga punya weekend. Qerja lembur bagai quda.

Di XXXXX dulu, kalo liputan 3 hari berturut2 gini, biasanya ga ada yang mau volunteer, walaupun sebenernya pada suka musiknya atau event-nya in general. Simply karena itu tadi, liputan JJF means no weekend~ Jadi mau ga mau, pembagian tugas selalu lewat sistem undian.

Gw selalu unlucky di sini, selalu kalah undian. Jadi mostly gw yang berangkat~ T.T

Panitia JJF ini ga fleksibel, ga bisa tuh wartawan dari media yang sama ganti2 setiap harinya. Ga bisa shift2an. Setiap media hanya boleh mengirim 2 wartawan, atau 1 wartawan 1 fotografer yang sebelumnya sudah didaftarkan ke panitia. Secara fotografer XXXXX banyak yang ga reliable, biasanya kita ambil jatah 2 wartawan. Jadi at least bisa bagi2 tugas liputan, walaupun konsekuensinya adalah kita jadi ga nulis doang, tapi juga motret~ Capeknya double deh.

Nah, nanti nama dan ID wartawan yang didaftarkan itulah yang tercantum di akses masuk. Hence, ga bisa ganti orang.

Apa yang bikin JJF sangat melelahkan?

1. Stage-nya banyak banget, dan gw harus meliput SEMUANYA, atau at least yang artis2nya masuk segmen XXXXX, which is waktu itu sekitar 80% line up-nya termasuk.

2. Liputan yang gw tulis terdiri dari liputan buat majalah, website, dan livetweet. Jadi gw harus stand by setiap performance untuk memastikan semuanya ter-cover dengan baik. Not to mention kalo ada 2 artis yang perform dalam waktu bersamaan, gw harus lari dari satu stage ke stage lain untuk memastikan semuanya diliput. Paling pe-er kalo jarak antar stage jauh2an. Lo tau sendiri Jiexpo Kemayoran gedenya kayak apa kan? Gara-gara ini sampai sekarang gw masih trauma kalo pergi ke sana.

3. Gw tidak hanya bertugas menulis, tapi juga memotret. Bos gw sangat strict soal kualitas foto, jadi gw harus ambil foto sebagus mungkin to the point gw harus jungkir balik, nyelip2 di antara fans supaya bisa lebih deket ke panggung dan ambil foto lebih bagus. Ini capeknya setengah mati, apalagi kalo fansnya tipikal yang ga bisa diem dan brutal~ Pulang ke rumah pasti ada aja lecet, luka, memar biru2.

4. Gw tidak hanya bertugas saat event, tapi di luar event. By di luar event I mean di hotel. Ngapain di hotel??? Wawancara artisnya tentu saja. Kapan??? :) Sebelum event dimulai, which was PAGI-PAGI BUTA!

My JJF journey was pretty much went like this:

Jumat sore berangkat dari kantor menuju Jiexpo. Jumat Maghrib mulai liputan, mulai dari stage pertama sampai stage terakhir yang dijadwalkan selesai jam 3 pagi hari Sabtu. Pada kenyataannya? Ngaret sedemikian rupa sampai jam 4an baru selesai. Kemudian gw pulang ke rumah, sampai di rumah jam 5an, tidur sejam, jam 7 harus bangun dan berangkat lagi karena gw harus stand by di hotel jam 8 untuk wawancara. Jam 10 selesai wawancara, langsung cabut ke venue karena event-nya udah mulai, dan circle-nya pun berulang. Liputan lagi sampai pagi, pulang ke rumah bentar, terus berangkat ke hotel untuk wawancara. Hari Minggu adalah hari terberat, karena selesai liputan jam 5 pagi di hari Senin, ga sempet tidur, udah harus berangkat lagi, ketemu macet hari Senin yang sangat tidak manusiawi, dan ngantor seperti biasa.

5. Gw tidak mengerti musik jazz. Gw bisa mendengarkan semua jenis musik, kecuali jazz. Entah kenapa buat gw susah sekali untuk bisa memahami dimana indahnya musik jazz. So you can imagine, 3 hari dikasih jazz nonstop, lalu harus bikin tulisan profesional tentang jazz, betapa tersiksanya gw???

I seriously don’t know what to do, don’t know what to write~ Before you judge me with “why don’t you did some research before?” Trust me, udah, tapi gw tetep ga bisa ngerti~~ I don’t know what happens to my ears and my brain~ When it comes to jazz, they just refuse to like it~

This is the most challenging part, karena ngaruh ke mental. I could care less about my body during those 3 days, tapi untuk poin nomer 5 ini, gw menyerah~

So those are 5 reasons why JJF was super tiring for me. It’s traumatic. Rasanya mau nangis aja kalo kebagian liputan JJF~

Don’t get me wrong. I don’t hate JJF and I’m willing to learn more about jazz music in the future. It’s just… liputannya aja. Penuh perjuangan.


Kedua: Karantina LPDP

Inget ga jaman gw baru diterima LPDP dulu gw rajin banget share di blog ini pengalamannya, mulai dari daftar, interview, tes kesehatan, dll. Tapi kemudian gw stop di karantina.

That’s because it wasn’t a good experience for me. Trying to recall all those memories was simply hard.

Yes, it was nice because I met so many new friends, they were awesome, smart, and all, I learned new things, went to Bandung, played outbond, etc. But the whole karantina thing was super tiring it didn’t make any sense.

Karantina berlangsung seminggu dan dimulai hari Senin. Tapi kita udah harus stand by sejak hari Jumat karena banyak banget tugas pre-karantina yang harus dikerjakan.

Tugasnya macem Ospek sih, bikin lagu, buku angkatan, yel-yel, etc. Susah banget karena selain buanyakk, kita baru sekali ketemu. Kita berasal dari latar belakang berbeda2, beda usia mungkin ada yang sampai 15 tahun. Menumbuhkan chemistry untuk bekerja sama tentu sulit.  

Dari Jumat malam, kita barely bisa tidur. Senin pagi, dateng ke tempat karantina dengan nyawa tinggal setengah. Langsung dikasih materi nonstop sampai malem. In between, ngerjain tugas lagi.

Yang paling ridiculous menurut gw: daily report yang dikasih deadline jam 2 pagi setiap harinya dan dikasih target minimal harus sekian lembar.

I did think daily report didn’t have to be long. Yang penting meng-cover semua inti kegiatan yang dilakukan. Oh please, gw 100% yakin ga akan diperiksa juga kok~ 

But not my groupmates, anak2 muda (mostly dari luar Jakarta) yang sangat haus membuktikan diri, atau simply takut beasiswanya dicabut karena nggak total mengerjakan tugas, insist bikin esay panjang lebar.

Alhasil tiap malam begadang bikin esay. Kita bisa stay up sampai jam 2 pagi cuma buat bikin daily report. Jam 4 pagi harus udah bangun lagi untuk olahraga sampai jam 7. Olahraganya 3 jenis, mulai dari lari minimal 5 km, lanjut senam, lanjut game.

Jam 7 balik kamar, mandi, sarapan, jam 8 mulai kelas. Gitu terus selama seminggu berturut2.

Kurang tidur banget. Sehari cuma tidur 2 jam maksimal. Imboost dan kopi jadi teman sehari2 just so we could survive in the class. It was very unfortunate because the classes were actually really interesting, meaningful and useful, apalagi untuk membuka pikiran kita terhadap isu2 tertentu dan mempersiapkan kita kuliah S2.

Tapi karena jadwalnya terlalu padat, kurang istirahat, dan banyak tugas, kebanyakan dari kita ga bisa konsen di kelas. Ngantuk udah pasti. Bolak balik toilet untuk cuci muka. Materi yang dipelajari cuma masuk kuping kiri keluar kuping kanan. By the end of the day, mencatat materi yang diberikan hanya for the sake of bikin daily report malemnya. Bukan karena ikhlas mau belajar sesuatu yang baru. This is the worst type of learning.

Hari ke-5 karantina, gw udah mulai sakit. Rasanya pengen menyerah, tapi kemudian teringat my scholarship is at stake kalo gw menyerah. Jadi gw kuat2in.

Hari ke-6 gw udah sakit beneran. Ketika penutupan acara di Kuningan, gw bener2 ga sanggup lagi akhirnya minta jemput dan langsung pulang tanpa babibu.

Gw ga ada masalah sama konten karantina yang diberikan. It’s just military style kayak gitu menurut gw ga tepat diberlakukan untuk orang2 yang mau kuliah S2. Sayang banget datengin banyak pembicara keren yang ujung2nya ga didengerin karena kita semua terlalu capek. Masuk kelas cuma supaya bisa bikin daily report. 

Tugas angkatan yang harusnya buat bonding, karena cuma dikasih waktu seminggu akhirnya asal jadi aja. Dikerjain for the sake of dikumpulin karena udah deadline, tapi ga ada meaning-nya buat kita.


Ketiga: Dian 11.11

Yang baru saja gw lakukan. 11.11 memang cuma sehari, tapi kita sudah sibuk dari akhir Oktober, apalagi buat gw yang tergabung di tim marketing. Banyak banget yang harus dilakukan, karena ada target yang harus dipenuhi. Target yang tidak sedikit.

Semua sumber daya dikerahkan. Kapasitas yang terbatas ga boleh jadi penghalang untuk achieve target. Semua harus berusaha semaksimal mungkin, bahkan hingga tidak tidur, tidak makan, tidak istirahat.

Mungkin terdengar lebay, tapi itulah yang terjadi. Kita stay up di kantor sampai jam 3 pagi. Tidur bentar di hotel, balik kerja lagi jam 8. Kerjaan nonstop sampai tengah malam. 

Tiap jam ada kerjaan baru dateng. Apalagi kalo target belum achieve, harus re-strategy. Bikin planning baru. Lalu langsung eksekusi secepatnya.

Mata gw sakit sesakitnya karena kelamaan liat laptop dan data. Tenggorokan mulai sakit karena kurang tidur. Mood berantakan. Sempet muntah karena pusing. Tolak angin, minyak angin, jadi sahabat. Segala macem obat harus siap, just in case.

Seorang teman yang sudah lulus dari Dian dan bekerja pada kompetitor berkata kerja di Dian itu bootcamp dibanding tempat kerjanya sekarang. Gw merasakan bootcamp itu kemarin.

For the most part, I feel like this system doesn’t make any sense. But sometimes I do think I can’t give up too soon. Masa kalah sama yang lebih muda?

Tapi pertanyaan berikutnya, mau berapa lama kayak gini?

---


-->
Itulah kawan-kawan, 3 momen paling melelahkan dalam hidup gw. Gw tau akan ada lebih banyak lagi momen seperti ini di masa depan. Semoga ketika itu terjadi, gw sudah punya lebih banyak confidence untuk menghadapinya. Karena gw sudah mengalami liputan JJF, karantina LPDP, dan 11.11.