Sunday, September 19, 2021

Tokyo Revengers: Dedikasiku Setiap Hari Minggu

 Hi, guys! How y’all doin?

Hari ini mau ngomongin anime/manga yang bikin hidup gw sangat berwarna 3 bulan terakhir: Tokyo Revengers. <3

----Warning! Might contain spoiler!----

Gw beberapa kali mention Tokrev di blog ini sebelumnya, simply ya karena  sesuka itu, guys. Dimulai dari nonton animenya (karena tuntutan pekerjaan pastinya) yang memberikan sensasi luar biasa, which is apaan neh anime gruesome banget, violent dan berdarah-darah, tapi kok at the same time super cute, very funny, and nostalgic, to the point bikin gw ngakak dan senyum2 sendiri~ xD

Lalu, karena ending setiap episodenya super gengges, cliffhanger banget njir~ Akhirnya ga tahan, mulai deh baca manganya. Lalu makin jatuh cinta, dan officially terjebaque di dunia anak esempe berandalan mahakarya otak sinting Ken Wakui. 

Sialan! Wkwk~

Gila sih, kayaknya anime yang bikin gw sangat dedicated selain AoT ya Tokrev ini. AoT aja ga bikin gw sampai baca manganya. Tokrev gw baca dengan teliti dan sepenuh hati dari volume 1 sampai entah udah berapa ratus sekarang~

I'm  also this close to buy Toman jacket! Cuma ngeri aja kalo dipake ke luar, nanti dikira Nazi terus dihajar orang2 uncultured~ Huff~ Padahal simbol Manji tidak sama dengan Nazi ya!!! Camkan!!!

Tokrev bahkan udah masuk ke blog gw yang satu lagi (penting banget poin ini dimasukin ya~ haha), yang isinya curated things about semua hal yang gw suka/membawa kebahagiaan buat gw di alam semesta ini. 

Speaking of that blog, sorry ya makin kesini makin jarang gw update. Haha~ Well, tujuan utama gw bikin blog itu kan as a response/coping mechanism terhadap mild depression yang gw alami saat itu. Ketika gw balik dari Melbourne, hidup gw very very sad, karena ga berhasil mendapatkan apa yang gw inginkan. Everything just went south for me at that time, jadi gw butuh sesuatu as a channel supaya tetep waras menjalani hidup yang super fucked up. Hence, bikin blog itu buat nulis semua hal yang gw suka/membawa kebahagiaan buat gw di alam semesta ini. As a reminder, there is always light at the end of the tunnel. As long as I still have the ability to love something or be happy because of something, imma be just fine.

Nah, sekarang hidup gw Alhamdulillah baik2 saja dan gw hepi. Jadi, sudah tidak ada keharusan untuk update blog itu, walaupun masih banyak hal yang gw suka/membawa kebahagiaan buat gw di alam semesta ini. 

But it’s okay guys, gw akan berusaha rajin update lagi. Mungkin blog itu harus gw alihfungsikan. Dari coping mechanism, jadi arsip ingatan. Ya kayak blog ini aja. Karena arsip adalah pusat ingatan. Siapa tahu one day bisa gw monetize juga. Amien.

Anyway, Tokrev! Tokrev! Wkwkwk~

Iya, gw sesuka itu. Terserahlah mau dibilang selera gw macem wibu bau kencur sekelas bocil ep ep kek, I don’t care~ Menurut gw Tokrev itu bagus banget dari segala sisi. 

Pertama, dari sisi cerita. Buat beberapa orang, ceritanya mungkin agak lame, tentang time travel dan bales dendam. Tapi gw memilih untuk tidak melihat dari sisi itu. 

The way I look at it, is more like, what would you do if you have the second chance in life. Kalo lo melihat dari angle ini, ceritanya jadi jauh lebih menarik dan manusiawi. It’s relatable, karena siapa sih yang ga mau dapet kesempatan kedua dalam hidup? 

Kita semua pasti punya hal yang disesali di masa lampau. Rasanya pengen banget ngulang semuanya untuk mencegah itu terjadi dan mengubah whatever takdir yang kita terima di masa depan, tapi ga bisa tentunya. Nah, Takemicchi Hanagaki (atau yang lebih suka gw panggil dengan sebutan Takemicin, wkwk) punya power untuk time leap ke masa lalu untuk mengubah masa depannya yang suram. Ini premis pertama yang bikin gw tertarik sama Tokrev. 

Tapi berkali2 Takemicin time leap, tetep aja gagal maning buat mengubah takdirnya. Atau ada yang sukses sebagian, tapi overall masih gagal. The rule of universe berlaku juga di sini. Selalu ada konsekuensi ketika elo berusaha mengubah masa depan dengan cara lo sendiri. This is the second promising premise. No matter how hard you try, it is what it is. There are things that cannot be changed and must just be accepted. Things that are meant to be will happen no matter what. It's just life. 

Lalu ada elemen brotherhood dan persahabatan lewat Tokyo Manji Gang. Yang kedengerannya badass (emang iya sih), tapi in reality very pure and cute juga. Haha~

Tak ketinggalan ada love story Takemicin-Hina yang oh-so-classic. Anime/manga tuh suka ya ambil angle childhood love. Cuma suka sama satu orang dari kecil sampai dewasa~ Kinda boring~

But everything just comes together very beautifully. Idk how Wakui did that, it’s simply the genius part of the storytelling. 

Itu tadi dari segi cerita. Kedua dari segi karakter. 

GILA! Cakep2 bener. Ga ngerti lagi.

photo creds: Muse


Bukan cuma dari segi visual ya, masing2 personality-nya pun kuat. 

Tentunya didukung dengan backstory yang menjustifikasi kenapa begini kenapa begitu. Ugh, I’m digging these backstories so much. Kayaknya itu magnet buat gw deh, backstories. Kasih gw tontonan apapun selama ada backstories yang engaging, I’m digging it! LOL~

I love every single character in Tokrev, they are all my babies!!!

Karakter favorit? 

1. Chifuyu a.k.a My Baby Chipuy 
2. Mitsuya si ikon namaste
3. Hina, our ray of sunshine <3

3 aja deh ya, ga mau banyak2. Nyehehe~~

Tbh, yang bikin gw makin cinta Tokrev tuh ya karakter2nya sih, dibanding ceritanya. Gimana ya jelasinnya? Idk, mereka tuh lovable banget deh~ Like they have hearts scattered everywhere gitu lho. And they touched my heart many many times~ Bikin sayang~ <3 

I think the genius part of Ken Wakui is dia berhasil menyatukan semua karakter ini biar align. Karena ceritanya kan mereka tergabung di geng yang sama, Tokyo Manji Gang. Jadi walaupun backstory beda-beda, personality beda-beda, semua tuh satu suara, satu prinsip, satu semangat, satu hati. Ugh, luv banget~

Gw pengen deh membedah lebih dalam karakter2 Tokrev, tapi ga di postingan ini ya. Itu perlu satu postingan khusus sih. Kayak kalo mau ngomongin Chifuyu sendiri, wah ga bisa deh pendek, itu pasti gw bakal nulis esay! LOL~ Terus kalo mau ngomongin Takemicin pasti gw bakal bandinginnya sama Eren. That’s gonna be a whole different essay. Haha~ Kapan-kapan ya~

Last but not least, faktor ketiga yang tampak minor buat banyak orang, tapi buat gw sangat major dalam proses bikin gw hookth sama animenya: 

~~~~~Original Soundtrack~~~~~

Imma big fan of scoring/soundtrack, y’all know that, right? Pernah gw bahas di sini dan gw ulang sekali lagi sekarang:

“(dengan adanya scoring/soundtrack) ada chemistry dan emotional attachment yang muncul, yang mengaktivasi semua senses yang gw punya, and also my heart, sehingga pengalaman menonton yang dihasilkan jauh lebih berkesan, serta menumbuhkan sense of belonging dan rasa sayang terhadap motion picture-nya.”

Hiroyuki Sawano memberikan efek tersebut pada gw dengan soundtrack-nya AoT. Kali ini Hiroaki Tsutsumi (kenapa pula nama mereka mirip2 ya? Wkwk) melakukan hal yang sama dengan soundtrack-nya Tokrev.

Epic dan glorious banget, guys! 

Beberapa udah masuk playlist SIAP TEMPUR di Spotify gw, namely:
1. Main Theme (well, duh?)
2. Rerise From My Worthless Life (sontreknya si Takemicin)
3. Hinata’s Theme (sontrek Hina yang bikin adem)
4. The Battle for Me Myself (all those badassery!)
5. Dead or Alive (sontrek alm. Baji yang bikin jungkir balik)
6. I Remember Everything of You (sontrek bromance Baji-Chipuy yang bikin seneng sekaligus sedih)

Kalo signature-nya Hiroyuki Sawano adalah piano dan biola dengan kemasan yang symphonic/orchestra-ish, Hiroaki Tsutsumi ini mainnya lebih ke gitar/string, kayak musik band. Konon sensei juga aslinya gitaris, kalo Sawano kan aslinya pianis. 

Approach-nya Tsutsumi ini sedikit banyak mengingatkan gw sama Ramin Djawadi, yang bikin soundtrack-nya Iron Man & Pacific Rim—which is heavy di gitar juga. Jadi mirip2lah. 

Gampangnya gini:
Tsutsumi = Ramin
Sawano = Zimmer

Lalu, on top of mahakarya Tsutsumi, Tokrev juga punya OP dan ED yang ciamik! Apa itu OP dan ED? OP = opening theme, ED = ending theme~ Wkwk~ Wibu ini suka menyingkat-nyingkat kata ya, seperti orang Aussie~ 

OP-nya ada Cry Baby, lagunya band Official HIGE DANdism.

ED-nya: 
S1 Arc 1 >> Koko de iki wo Shite / eill
S1 Arc 2 >> Tokyo Wonder. / Nakimushi

All of them grew on me. Meaning awalnya b-aja but as the story progressed, lama2 jadi suka dan sekarang udah addicted. Kalo kata komen2 yutup, ED-nya Tokrev semuanya bisa jadi OP. Saking epic-nya! Haha~

Menurut gw semua lagu itu satu nyawa sama Tokrev itself. Kalo dengerin Cry Baby kebayang tuh di otak gw perjuangan berat si Takemicin mengubah takdir. Kalo dengerin Koko de iki wo Shite kebayang love story Takemicin-Hina yang penuh rintangan dari esempe sampai dewasa. Tokyo Wonder. (iya ada titiknya) basically Tokyo Manji Gang dalam bentuk lagu. Nuff said. 

Thank God semuanya ada di Spotify! 

Pagi ini, Season 1 animenya tamat. :”)

What a ride it has been. A very much wonderful and wholesome experience, which I’m thankful for. 

On a more personal note, June and July were rough for me, with all the stuff happening and the lockdown was extended. Tokrev was a great, great company. It felt pretty much like having a new best friend who came over to your house every week to do something fun. It just made me really happy. 

Dengan berakhirnya Tokrev, agak sedih sih, jadi nggak ada yang ditungguin lagi setiap hari Minggu pagi. 3 bulan ini udah semacam back to childhood soalnya, bangun pagi buat nonton anime. Hahaha~

But it’s fine, manganya masih on going setiap minggu, dan sekarang lagi di yang katanya the most powerful arc: Bonten. 

Banyak orang yang udah capek dan give up, katanya ceritanya dipanjang-panjangin, ga kelar2 ini Takemicin bolak balik~ Hahaha~ Begitulah bisnis media, kakak-kakak. Kalo ada konten yang laku, pasti dibikin terus. Hihihi…

Anyway gw pun hampir give up. Abis Tenjiku tuh capek banget. Emosi udah terkuras semua setiap ada turn of events. Tapi kemudian Bonten menyajikan sesuatu yang sangat surprising and promising:



Senju Kawaragi.

A FUCKING GIRLBOSS!!! YAAAASSSSSSSSSSSSSS~~~~

You know sebagai cewek, keeping up with Tokrev can be challenging, karena shonen banget (walaupun at some points gw suka merasa diem-diem Tokrev sebenernya shoujo karena banyak adegan2 cute~ wkwk). It’s about the dispute between boys gangs, it’s gruesome and violent, the majority of characters is boys of course, so having Senju out of nowhere as the first female leader……………………………………

Speechless. Simply can’t express my feeling right now. I'm just super excited. 

So I decided to stay and stick to the end. Bonten arc terakhir kan? Haha~ Hopefully. 

So, Wakui-sensei, please don’t kill Senju~~

Jadikanlah Senju jodohnya Chifuyu. Kasian dia desperate pengen punya pacar. They’re gonna be so cute together!!!

Okie~ I think it’s enough for today post. Masih banyak yang mau gw bahas soal Tokrev, this is just a starter. So, nantikan ya!

Enjoy the rest of the weekend! Bye!


Saturday, September 11, 2021

Vaccinated and it feels so gewd~~

 Hi, guys! How y’all doin?

Kemarin pas bahas Covid, lupa cerita soal vaksinasi.

Ketika tulisan ini dibuat, gw belum vaksinasi kedua. Vaksin pertama sih udah bulan Juni kemarin. Karena gw dapetnya AZ, jeda 3 bulan dulu sebelum vaksin kedua. Minggu ini jeda 3 bulan hampir berakhir dan gw akan vaksinasi kedua minggu depan.

Hell yeah!

Sedikit cerita vaksin pertama, berikut live report dari Twitter yang gw rangkum:

9 jam setelah vaksin pertama, tangan bekas suntik masih sakit, badan lemes dikit tapi masih bisa kerja (walaupun slow motion), otak masih bisa mikir, makan ga ada masalah, sering ngantuk tapi mostly karena paracetamol—yang diwajibkan minum.

H+1: Body temp went up. 36 to 38,5 within 2 hours! Terus menggigil + keringet dingin. Paracetamol ga mempan. Napsu makan hilang. Skipped breakfast, tapi bisa maksain makan siang. Lalu paracetamol lagi. Kemudian turun jadi 37ish, masih pusing. 

H+2: Fever’s end (do not correct my grammar, it’s Tablo’s album), just have a little headache and muscle pain, all bearable. Appetite’s back, still can’t taste a thing tho, kebanyakan minum paracetamol~ Injection site swollen, I feel muscular.

Intinya gw sakit 3 hari setelah vaksin. Ga enak banget rasanya, but could be a blessing in disguise karena gw jadi ga usah kerja~ HAHA~

But seriously sakitnya ga enak banget sih. Bukan tipikal demam biasa yang abis minum paracetamol sekali langsung turun gitu lho~

Konon AZ itu kan virus Covid yang diduplikasi dan dimasukkan ke tubuh dengan harapan tubuh kita membentuk antibodi yang dibutuhkan untuk melawan Covid jika virus yang sebenarnya menyerang.

Jadi bisa dibilang pas sakit 3 hari itu, secara ga langsung gw ikut merasakan apa yang dirasakan pasien covid. 

Dipaksa empati. Campur aduk rasanya. Ketika lo harus menahan sakit secara fisik, pikiran dan perasaan juga dipaksa menahan sakit karena inilah realitanya yang dihadapi para pasien Covid di luar sana. Luar biasa AZ. Bukan cuma bikin physical antibody tapi juga mental antibody. 

Mungkin efek samping vaksin AZ ini juga yang bikin gw “betah” ga keluar rumah setelah 3 bulan di lockdown. Karena gw jadi mengerti benar rasanya kena Covid, jadi ga mau ambil risiko. 

Minggu depan tanggal 14 September gw akan vaksin kedua. Di tempat yang sama, Vaksinasi Serviam SMA Santa Ursula. It was a fun trip waktu vaksin pertama, karena SMA Santa Ursula sedikit banyak mengingatkan gw pada sekolah gw yang lama. Sama-sama sekolah Katholik soalnya. Ada sedikit vibe nostalgia waktu melihat salib dan patung Bunda Maria ada dimana2. 

I hope the next vaccination will be a fun trip too. Udah belajar dari vaksin pertama, karena jarang2 keluar rumah, sekalinya keluar harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Apalagi kalau setelahnya bakal demam 3 hari. Wkwk~~

Gw punya sekitar 3-5 jam window setelah disuntik untuk “bersenang-senang” sebelum vaksin bereaksi. Makdarit, ayo kita dine in di restoran mahal~ Muahahahaha~~ 

Karena masih agak takut masuk mol, rencananya sih makan steak di Gandy-Menteng, kan mayan deket tuh dari Lapangan Banteng.

Yah beginilah kalo anak Bekasi kelamaan dikurung, sekalinya keluar harus dikhilafin. Itung2 memasok protein hewani berkualitas, secara asupan protein makanan sehari2 terbatas dari pasokan daging tukang sayur komplek dan catering rumahan. Nyehehehe~~

Gw juga udah riset efek samping AZ. So far variatif. Ada yang lebih kalem dari vaksin pertama, ada yang sama parah, bahkan lebih parah. Jadi tidak bisa disimpulkan. 

Gw sendiri pasrah. 
Kalo demam lagi yasudahlah.
Kalo ga demam Alhamdulillah.
Dibawa chill aja hidup mah~ 

#rhymes

Semoga setelah vaksin kedua ini kehidupan jadi lebih baik. Bisa lebih sering keluar (dengan pre-caution tentunya), ketemu orang2 lagi, dan minim dampak terpapar. Amien. 



--UPDATE 18 SEPT--

Jadi Rabu kemarin sudah vaksin kedua dengan AZ juga tentunya. Sekarang statusnya fully vaccinated. Senang tentunya, proteksi dasar untuk bisa hidup normal lagi sudah dimiliki. 

Anyway, gimana vaksin kedua? Ada efek sampingnya ga? 

Ada. Tapi minimalis.

Demam masih, tapi nggak sampai 38,5 derajat kayak pas vaksin pertama. 37 derajat aja ga nyampe, cuma sekitar 36,8, terus badang sumeng aja. Itupun cuma 1x24 jam, selebihnya aman2 aja. Paling pusing dikit dan ngantuk banyak, tapi mungkin itu cuma efek paracetamol. Dibawa tidur 2 malem langsung enakan.

Good job, my antibody! 

Bekas injection-nya pun ga bengkak biru berhari2. Cuma ngilu dikit. Ga ada masalah tidur madep kiri. Ditepok2 pun cuma nyeri dikit aja. I guess antibodi juga udah jalan2 di badan gw dan bikin pos ronda di lengan kiri bagian atas karena dia tau bakal ada vaksin kedua. Genius! Wkwkwk~~

So yeah, AZ doesn't fuck the second time. Yeay!
 
Semoga benar-benar menguatkan! Here's to going back to normal really soon!





Saturday, September 4, 2021

Bahas Covid

 Hi, y’all~ how ya doin?

Tudei sesuai judulnya mau bahas Covid. I know this topic sucks, kayak ga ada topik lain aja, pasti isi postingannya sedih/menyebalkan, blablabla. I know, gw pun males sebenernya bahas Covid, tapi I feel like I really need to address this because it’s important.

Sebelumnya gw sering bahas Covid di postingan2 lain di blog ini, tapi ga bahas secara mendalam. Kayak sekenanya aja, sebagai konteks kegiatan2 lain yang gw lakukan.

So it’s time for the one and only, the master villain, the-thing-who-must-not-be-named, the ultimate enemy of humanity, to be addressed… properly.

Covid sudah menghancurleburkan kehidupan manusia 1,5 tahun terakhir. Wabah yang tadinya kita kira hilang dalam hitungan minggu, ternyata multiply jadi bertahun2 dan sampai sekarang pun ga ada kepastian kapan selesainya. 1,5 tahun sudah kita hidup dalam uncertainties karena Covid, and it sucks.

Gw belakangan suka kepikiran kalo ga ada Covid, gimana ya hidup gw sekarang? Apakah gw masih di Dian, atau udah pindah ke QQ, atau bahkan ke tempat lain? Apakah gw udah traveling ke tempat2 yang belum pernah gw datengin sebelumnya? Apakah gw ketemu orang2 yang nggak pernah terbayangkan sama gw sebelumnya? Apakah gw melakukan sebuah breakthrough yang bener2 life-changing? Semua kesempatan2 berharga yang hilang karena Covid~

Semakin dipikir, semakin berasa halu. Realitanya Covid ini adalah the new normal. Jadi ekspektasi harus ditekan dan disesuaikan. 

Stance gw akan Covid sendiri fluktuatif dari waktu ke waktu. Ada kalanya gw parno banget, ga berani keluar rumah, masker sampe didobel, belum lagi beli APD mahal a.k.a raincoat Gorman, hand sani selalu di kantong, semua barang yang mau gw sentuh disemprot dulu, puasa social media karena ga mau denger berita2 negatif soal Covid, baik itu kasus yang terus bertambah atau berika dukacita lainnya. 

Perlahan2 bosen dan menjadi fearless. Mulai keluar rumah, ke kantor, ke mall, staycation, naik busway/MRT, olahraga di GBK, nonton bioskop, dll. Ya kayak ga ada Covid aja~

Kemudian gelombang 2 datang dengan Delta varian sebagai bintang utamanya. Angka kasus sampai puluhan ribu sehari. Kita “dirumahkan” lagi. Kirain sebentar ternyata lama~ Sekarang udah mau 3 bulan~ 

1-2 bulan pertama masih fine2 aja. Bulan ke-3 mulai stress~ Sungguh ingin keluar rumah yaoloh~ 

Tapi dalam stress management karena Covid, gw termasuk orang yang beruntung karena bisa dengan cepat cari coping mechanism. Waktu gelombang 1, coping mechanism gw adalah TikTok. Sekarang gelombang 2, coping mechanism gw adalah online shopping. Segala barang ga penting gw beli, bikin nyokap ngomel2 karena menurut beliau sangat tidak wise untuk spend money beli barang2 ga penting saat pandemi gini. 

Tapi bodo amatlah, as long as gw bisa bertanggungjawab akan barang2 itu, it should be fine. Namanya coping mechanism, dia bekerja selayaknya pengobatan dokter. It heals and helps maintain my emotional well-being—which is sesuatu yang tidak boleh di-ignore saat pandemi gini. Kejiwaan semua orang literally terganggu. 

Ketika kejiwaan lo terganggu, elo ga bisa berpikir lurus. In times of acute stress, we really DON'T think straight. It can lead to racing thoughts, make your thinking seize up, or cause you to think less positively about situations. 

Akibatnya, kalo diajak ngomong ga nyambung, kalo bikin decision salah. Yang terakhir itu gw alami banget waktu mau cabut dari QQ. Itu decision yang di-fuel oleh stress. Ga kebayang sih kalo gw jadi cabut, sekarang gw harus probation di kantor baru, yang mana berisiko bisa di-cut kapan aja tanpa perusahaan kasih pesangon~ Nope, simply can’t afford probation. 

Key takeaway here: hindari membuat keputusan yang life-changing (apalagi kalau keputusan lo berdampak juga ke orang lain di sekitar lo) ketika pandemi. Karena elo most likely sedang stress (walaupun ga sadar) saat membuat keputusan. You are not thinking straight.

Jadi guys, segeralah cari coping mechanism kalian. Jangan biarkan stress berlama2 menguasai diri kalian karena itu bisa menurunkan imunitas—which is sasaran utama si Covid. 

Covid is so much like natural selection—seleksi alam. Dia ga pandang bulu, siapa aja diserang. It’s just the matter of how strong our immune system is. Kalo imun lo kuat, ya survive. Kalo imun lemah, ya byebye~

Covid ini ga ada obatnya, ini yang membuat dia sangat berbahaya. Dia bukan flu yang gejalanya sama dimana2: bersin-bersin, hidung mampet, badan panas, pusing, etc sehingga bisa disembuhkan dengan obat paten.

Gejala Covid beda2 buat setiap orang karena virus ini pintar, dia bisa analyse titik kelemahan setiap orang. Itu yang dia serang. Hence, gejala yang lo alami, akan beda sama yang gw alami.

That’s why banyak orang terkecoh—nggak sadar kalau dirinya Covid, hanya karena gejalanya berbeda dengan gejala orang lain. Akibatnya, dianggap sepele, tidak segera tes, tidak isoman, berkeliaran kemana2 dan menularkan orang lain.

So guys, patuhi prokes sekusyuk mungkin ya. Do it for others—this should be your motivation. Those people around you, be it your family, your friends, your colleagues, or even those strangers you meet at the restaurant, sitting beside you in MRT, kurir Syopi, abang GoFood/GrabFood, the medical staff who give you the vaccine, etc.

Their lives matter. Our lives matter.

Get vaccinated. Comply with health protocols. Find your coping mechanism. Create your own happiness. 

And finally, quoting a powerful line of my favorite anime Tokyo Revengers, I’m gonna say the same thing Takemichi said to Baji before Bloody Halloween. 








Please don’t die.

Have a good weekend!