Wednesday, August 30, 2017

Some truths

Hi, guys! How y’all doin?

Hari ini cheat day gw lagi~ wkwk~

Seharian ga mau nyentuh assignment~ Kerjaan gw dari tadi makan, ke groceries, masak (kentang goreng n nugget), nonton Conan, nonton Hana Kimi (lagi butuh ketawa instan soalnya), dan bocica (bobo ciang cantik)~

Biar agak produktif dikit ngeblog deh~

Yang mau gw bahas sekarang sebenernya berhubungan sama postingan gw tentang depression. Ini semacam follow up post-nya, well not exactly sih, tapi bisa dibilang gitu.

First of all, gw mau minta maaf bahwasanya di postingan itu gw seperti men-generalisasi bahwa postgraduate likely menyebabkan depresi, atau stress. I’m really sorry for being selfish and made everything about me. The cause of depression simply bukan karena hal sesimpel tugas2 sekolah/kuliah yang kebanyakan/terlalu susah, it’s a lot deeper, more personal and complex than that. Jadi bener2 ga bisa digeneralisasi. I am so sorry~

Depresi juga ga ada hubungannya dengan balance life, seperti yang gw tulis di postingan itu. Ada orang yang hidupnya berkecukupan, badannya sehat, keluarganya harmonis, berprestasi di sekolah, temannya banyak, tapi tetap aja depresi. Once again, I am really sorry for being so self-centered~

Personally, gw ga pernah mengalami depresi. Gw HAMPIR depresi, which is yang sekarang mau gw bahas di postingan ini. Some unimportant truths about me.

Tadinya gw ga suka bahas hal yang terlalu personal kayak gini di blog. Tapi belajar dari pengalaman orang2 yang depresi. Mereka cenderung ga mau cerita ke orang lain akan masalahnya, akhirnya end up doing something stupid~ So yeah, here I am in an attempt of not doing the same thing.

Just like another human being I had ever been in the lowest point of my life. Back in the end of 2014/early 2015, I had anxiety (sort of, at least that was what I diagnosed myself based on excessive worry and panic I’d been experiencing). I thought it was just another bad days/bad mood, so I did not go to see the doctor. I did not tell my parents/best friends. I did not take any medication. I handled it quietly all by myself.

Sama sekali ga pernah terpikirkan sama gw bahwa anxiety yang gw rasakan itu bisa berujung pada depresi. Mungkin gw beruntung, karena otak gw mengartikan anxiety itu sebagai galau semata. Sepele banget. Ga perlu dibesar2kan.

Galau obatnya buat gw ya YouTube~ Tapi sayangnya kala itu YouTube ga ampuh mengobati gw~ Akhirnya gw terpaksa menggali lebih dalam apa yang terjadi sama gw. Basically waktu itu situasinya gw udah kerja 3 tahun lebih di XXXXX, udah mengalami suka duka kerja di majalah, udah naik jabatan, udah dikasih tugas2 berat, udah semuanyalah pokoknya. Terus ya as expected pertanyaan laknat itu muncul:

Now what?

Sebenernya sih bisa aja gw ignore itu pertanyaan. But life hit me hard by giving me receipts of my friends’ achievement. Temen2 gw… literally… udah punya segalanya in terms of career. Udah keliling dunia, udah jadi bos, udah punya usaha sendiri, udah kuliah S2 & S3, udah kerja di berbagai perusahaan, udah bikin buku, udah punya acara TV sendiri, udah bikin film, udah foto sama presiden, udah punya gaji gede…

Kok gw masih gini2 aja?

Ini ada yang salah sama hidup gw sih.

Yang kepikiran sama gw waktu itu sih gw harus resign secepatnya dari kerjaan gw kala itu, cari tempat baru yang beda banget sama kantor lama. Just so I knew where my niche was and at the same time broadened my perspective coz I’d been living in the bubble for so long.

Tapi resign tentu bukan sebuah proses yang mudah. Banyak konsekuensi, banyak tanggungjawab yang harus diselesaikan, dan tentu saja at the same time harus cari kerjaan baru. Yang terakhir pe-er banget ketika gw sadar kualifikasi yang gw miliki walaupun istilahnya udah malang melintang di kantor sebelumnya, ga bisa memenuhi persaingan global sesuai tuntutan zaman. The world is damn competitive right now.

Let’s just say there’s this one particular company yang gw bener2 aiming untuk bisa masuk sana. But my qualifications were pretty much invisible to them. Gw coba sekali (posisi yang gw pengen), dua kali (posisi lain), dan tiga kali (kali ini pake internal referee), masih tetap invisible~ Sekalinya gw visible, posisi yang gw pengen udah direbut orang lain~

Pun setelah akhirnya gw dapet kerjaan baru yang awalnya gw kira could make me spread my wings and fly higher, ternyata gw ga bisa total menjalankannya karena gw menyadari bahwa my heart ga di situ. Seperti ikan yang kecemplung di kolam yang salah. Masih bisa hidup, tapi hidupnya ga punya tujuan. Ga enjoy, ga bisa main, ga bisa berkembang biak, ga bisa cari temen, ga bisa eksplor bagian2 lain di kolam karena bukan teritorinya atau simply dia ga mampu untuk kesana~ Jadi ga tau mau dibawa kemana hidupnya~

Begitulah gw~ Tiap hari gw bangun pagi dan menjalani hari kayak robot. Kerja pake otak dan tenaga doang, tapi ga pake hati~

Then the same old anxiety stroke again as expected. Galau lagi. Panik lagi.

Now what?

I’m so conflicted, haruskah gw kembali ke yang lama? Atau stay di tempat baru tapi setiap hari suffering? Atau apa?

There was definitely a missing piece on my life puzzle. Even until now, I still don’t know where to find it. But the least thing I could do –at least yang kepikiran sama gw waktu itu- adalah I gotta upgrade myself. Gw harus meng-upgrade skill gw dalam mencari missing puzzle itu. Dengan begitu, mungkin chance gw untuk menemukannya lebih besar. Jadi in the future gw ga akan galau2 ga jelas lagi. Ga akan panik lagi.

That’s how my journey with this scholarship goes, yang gw yakini bisa membantu gw untuk meng-upgrade diri. The journey is gonna end in couple of months and then I have to go back in search of my missing puzzle. Finger crossed gw bisa menemukannya, no, gw HARUS menemukannya! No excuse! No room for doubt!

So, as lame as it sounds, doakan gw ya.

***

Disclaimer:


-->
Before y’all shady scholarship haters judging me, of course this story is not the whole reason why I signed up for the scholarship, like I said before I just some truths that might give wider context to the decision. Some truths that I expressed just so I know I’m not alone, because as I am telling you this story, I am including you in my life, trusting you to understand my situation and maybe, just maybe, can give me a hand just in case I am suffering again someday. That’s it.

Tuesday, August 15, 2017

ACT III: MOTTE WORLD TOUR IN MELBOURNE (REVIEW)

Hi, all~ How ya doin?

Just to clear up a few things~

First off, let me apologize for CANCELING the album review.

Yes, you read it right. I am canceling it.

Here’s the thing, jadi gw itu udah bikin review-nya dan udah siap posting. Basically dalam review itu, gw pretty much mengkritisi musiknya GD di album Kwon Ji Yong yang arguably beda banget sama album2 sebelumnya. Musiknya lebih dark, lebih underground kayak musik indie, lebih asing di telinga, lebih susah dicerna, susah dipake jejogetan, sangat ga banging, ga mainstream, ga semua orang ngerti, sangat segmented, nothing really stood out, nothing special~ Ya intinya beda bangetlah sama musik2nya GD dulu yang (menurut gw sih) easy listening, enjoyable, asyik buat karaokean, dan overall eargasmic.

But then sejak sekitar 2 bulan lalu kan gw intens banget dengerin lagu GD, karena gw mau ketika konser terjadi gw udah 100% hapal liriknya. Jadi, setiap hari, gw dengerinlah itu di rumah, di tram, di train, di café, di kelas, di perpus, dll diulang2 terus, terutama album Kwon Ji Yong karena setelah liat fancam Motte in Seoul, satu album itu dibawain semua.

Lama2 didengerin, jadi penasaran liriknya kayak apa. Jadi biar bisa sing along, gw search-lah lirik beserta terjemahannya, dan masya Allah, it’s gem! Keren banget, asli~ Lirik lagu BigBang terdahsyat yang pernah gw baca.

Dalam lirik itu, GD sangat personal, ga ragu2 menunjukkan sisi vulnerable-nya, rasa kesal dan "enough"-nya sama dunia selebriti yang udah dia tinggali sejak kecil, enough sama orang2 di sekitarnya, enough sama tuntutan mereka, enough sama semua attention yang ngikutin dia 24/7 (yaelah oppa, kalo ga mau diikutin jangan jadi artis/jangan keren~ :p), dia struggling, dia capek, dia marah, dia ga peduli lagi, dia mau sit back and relax aja, dia ga mau jadi G-Dragon lagi~

Then it hit me and I realized... Those lyrics went amazingly well with the music!

I mean, you can’t expect music like Crayon, Michi-Go, Crooked, One of a Kind, Coup d’Etat, etc.. for those kind of lyrics~ Of course you will expect something deeper, more emotional, but still original, mature, and dense given the raw emotion within the lyrics, and of course it’s G-Dragon!

I think all those five tracks in the album did a good job on that. Middle Fingers Up, Bullshit, Super Star, Untitled, Divina Commedia, secara musik sangat matang dan unik. I can tell GD pake banyak referensi untuk musiknya, mungkin ga cuma dari musik mainstream tapi juga indie, dan ini membuat production quality di album patut diacungi jempol.

The music and the lyrics in Kwon Ji Yong album complemented each other and together they reborn G-Dragon to Kwon Ji Yong—which pretty much the message that the album tried to deliver.

Ini bukan G-Dragon lagi, melainkan Kwon Ji Yong.

And that is, my friends, a real deep shit!

He is trying to tell you a story, so you gotta LISTEN.

For those of you who think “aduh oppa, kenapa lagu2nya aneh banget di album ini?!” I suggest you to take close listen and read the lyrics. You will understand why those songs sounded like that.

So yeah, setelah menyadari OMG ini album TERNYATA dope banget, gw langsung hapus itu postingan review album dan kemarin pas konser literally teriak minta maap sama GD~ "OPPA MIAN HAEYOOOOO~~~" T.T

Anyhow, just a few things about his latest comeback before moving on to the concert. After doing further research, I uncovered some facts that are actually well-integrated, well-matched and speak a lot about how solid the whole concept of this comeback is.  

The USB album, warna merahnya (yang bisa dilap) melambangkan darah yang menyimbolkan bayi yang baru lahir penuh darah. The USB itself—jadi simbol revolusi dan inovasi industri musik ke depannya yang udah ga menggunakan physical CD/album (this one is pretty genius, I love it! It’s like Apple-way of thinking! Berpikir jauh ke depan!). The artwork—kalo belum liat bisa cek IG-nya GD—I mean, ini gw kasih contoh satu aja:



Baru sekali gw liat artwork kpop yang not trying to be cool/handsome, but instead, looking TRAGIC, dirty, disgusting and all around horrible and make you wonder, “oh GD what have they done to you???” T.T

Opening video di konsernya, pretty much menunjukkan proses bagaimana seorang manusia dibentuk secara biologis dengan segala elemen seperti jantung, nadi, dll di dalamnya. Urutan setlist di konser, dimulai dari lagu2 hits GD di masa lalu, and then on the second half mereka nampilin video footage interview orang2 terdekat GD (ada CL and Dara, yeay! Sayang Kiko ga ada, she can spill the most truthful tea) yang diminta menjawab pertanyaan “who is G-Dragon to you?”. Orang2 ini, kemudian diminta menjawab pertanyaan lain: “How about Kwon Ji Yong?” dan surprisingly, jawaban mereka akan 2 pertanyaan itu beda total!

Balik lagi, this whole thing adalah mengapa gw merasa konsep comeback (album, konser, etc) Kwon Ji Yong itu keren banget. Every single detail, dari mulai kemasan album, pemilihan lagu, materi promosi dan marketing, atribut konser dari mulai staging, setlist, kostum, visual, etc.. Everything just goes so well in rebirthing G-Dragon!

I have nothing else to say, it is just pure awesomeness.

Secondly, I’ve been receiving this annoying question on social media:

“Elo kan biasnya Seungri, kok nonton GD???”

Jawaban malesnya adalah “So what? Emang kenapa kalo bias gw Seungri, ga boleh nonton GD?”

Jawaban aslinya adalah: karena gw ga percaya ada orang yang menyukai BigBang karena musiknya, tapi ga nonton GD~

GD itu otaknya BigBang, man~ Lagu2nya BigBang itu, gw mengibaratkan mereka sebagai lagu2nya GD kalo lagi males~ LOL~

No seriously, not that I mean they are not awesome, please-lah don’t get me wrong, gw juga fans kok~ Tapi kalo lo mau denger yang lebih awesome, biangnya awesome, dengerin lagu2 GD deh. Nanti keliatan kok bedanya. Lo bisa mengetahui isi otaknya GD yang sebenarnya itu kayak gimana~ :)

Anyhow, now let’s move on to the concert!

Sama logikanya dengan lagu GD vs lagu BigBang, berangkat dari situ, gw merasa bahwa konsernya GD itu lebih wajib ditonton dari konsernya BigBang. Jadi ketika MOTTE di-announce, gw ga pikir panjang untuk langsung beli~ Pengennya sih beli tiket festival ya biar bisa joget2 sama GD, but alas mahal benget (bahkan lebih mahal dari Ariana Grande~ sinting itu YG~ *padahal dalam hati ya iyalaaahh Ariana Grande lo bandingin ama GD~ WKWK), akhirnya cukup happy duduk manis di tribun~ Toh nanti bisa joget2 juga, pengalaman konser Bieber kemarin sih, tribun ikutan joget ya~

Anyway, gw nonton sama Matahari, temen Cina (pernah gw ceritain di sini). Matahari adalah fans GD di album pertama—Heartbreaker. Album2 setelahnya doi justru ga tau. Gw kebalikannya, lagu2 lama sebelum 2012 itu justru jarang tau. Jadi posisi kita perfect-lah, bisa memberikan pencerahan satu sama lain.

Gw sama Matahari sampai di Hisense Arena jam 6 sore karena menurut tiket konser mulai jam 7. Bener2 beda total treatment-nya sama konser di Indo yang biasanya kita udah standby 8 jam sebelum konser alias dari pagi! LOL~

Sebuah praktek yang tidak sehat, tapi gw dukung, karena itu yang bikin excitement bertambah dan semakin menggebu2 ketika nonton konser. Saat2 dimana elo dan fans2 lain ngantri dari pagi, panas2an, taking shift untuk makan/ke toilet/beli merch, not to mention dapet temen baru, itu semua menambah spesial momen konsernya itu sendiri.

Jadi lo ga cuma dateng-nonton-pulang.

Please-lah konser tuh mahal. Kayaknya sekarang udah ga dapet tiket konser di bawah sejuta. Kalopun ada, nontonnya di posisi yang bikin your eyes bleed, no thanks banget. Jadi ya harga tiket yang lo bayar itu, jangan cuma di-spend buat nonton doang~ CREATE YOUR MOMENT, MAKE IT WORTH!

Gw dan Matahari ngantri setengah jam, terus masuk. Rencana gw sih mau foto sama poster gede dan beli merch dulu. Tapi setelah ngiterin arena, ga nemu 22-nya~ Belakangan baru dikasitau bahwa merch lenyap dalam waktu 10 menit aja~ Maklum, Melbourne itu termasuk 2 show terakhir Australia leg. Jadi mungkin merch-nya udah abis di Sydney dan Brisbane~

Anyhow, yaudah deh kita masuk, dan langsung duduk. Posisi duduk yang gw dapatkan sangat oke, berkat mantengin website Ticketek, begitu tiket sale dibuka, langsung booking, dapet posisi di tengah banget. Jadi ga usah miring2 liat GD-nya~

Menit2 sebelum konser mulai, sibuk IG stories sambil nyanyiin lagu yang M/V-nya diputer di layar (ah so nostalgic~ GD saranghae~~) sampai konsernya mulai jam 7:15.

Honestly, gw pengen review konser old-skool style yang bahas per lagu ditambah embed-an video yutup~ Tapi so sorry guys, gw ga punya banyak waktu. Malam ini cheat-night gw, harusnya ngerjain assignment, tapi karena dari pagi badan ga kooperatif, gw ga mau sentuh materi kuliah apapun hari ini. But seriously, I don’t have much time~ T.T

Beberapa poin tentang konsernya udah gw bahas di atas. Poin lain yang gw belum bahas antara lain:

Visual
Kalo gw diminta mengurutkan elemen2 konser dari yang paling keren sampai yang keren-juga-tapi-biasa-aja-kerennya, visual dapet tempat paling ataslah, easily. The whole 2,5 hours was a visually pleasing experience. Gw bersyukur duduk di tribun jadi seluruh bagian panggung keliatan semua.
Konser itu INDAH. Dari awal sampai akhir, visualnya ga ada yang mengecewakan. Mulai dari VCR (opening VCR sick banget!! VCR-nya BigBang yang ala2 Tarantino itu lewatlah~ 11-12 sama VCR-nya Alive Tour kali ya, tapi lebih tense), stage set (ga ngerti lagi itu layar background yang buat VCR bisa kebelah 2, bahkan 3 di beberapa lagu, terus berubah jadi set props yang bisa nyala2, aduh ga ngerti lagilah!!), fashion (walaupun merah-item doang, tapi asli, artsy banget!), dan lighting (asli sih, biasanya lighting cuma bersumber di dua sisi atas dan bawah yang nyalanya random, kemarin itu bahkan ada lighting yang MEMBINGKAI the whole stage dan nyalanya ngikutin ritme lagu, semacam main DDR gw ga ngerti lagi~~).
Konser kemarin gw 50% nyanyi, 50% cengok sih ngeliatin visualnya. Kudos to the creative director. Mudah2an konser di Indo bisa mengakomodasi semua kecanggihan visual ini ya.

Sound
10 out of 10. Ga ada yang bisa dikomplain. Crystal clear and bombastic.

The man himself
Waktu One of A Kind concert taun 2013, I can’t really tell GD lipsync atau ngga. Kemarin I think GD nyanyi 70%, 20%-nya adlib, sisanya lipsync—which is understandable. I’ve been reading reviews from previous shows that GD didn’t show his best performance during MOTTE. I kinda disagree. Kemarin stage presence-nya oke, energy-nya oke, flow-nya oke.
Satu2nya yang gw keluhkan adalah GD jarang ngomong aja~ Interaksi minimalis—which is understandable juga, apa yang lo harapkan dari GD sendirian? Di konser sama BigBang aja yang ngomong waras (pidato formalitas, ngatur penonton supaya jangan dorong2an, dll) kebanyakan Taeyang, sisanya Seungri, Daesung, TOP komedi. GD diem2 aja anteng, mengawasi anak2nya macem supervisor. Kemarin juga gitu, ngomong seperlunya aja. Totally forgettable. Yang bisa diapresiasi paling bahasa Inggris-nya yang perfect.
Mungkin perlu juga bahas his attitude during the concert. You see, the whole concert was basically about him having this dual personality: GD and KJY. Dari situ bisa keliatan sih GD pretty much “acting” jadi GD di first half of concert, all those fierceness and swag~ But then di second half, berubah jadi KJY yang lebih kalem, ga banyak gerak, stage-nya dari hingar bingar berubah jadi sepi. Cuma GD doang dipanggung, ga ditemenin dancer. Ga banyak efek lighting. Terus GD curhat kalo dia lonely dan fans otomatis cheered him up sambil teriakin namanya—bukan G-Dragon, bukan GD-oppa, but his real name Kwon Ji Yong—that’s when I knew the ultimate purpose of this whole comeback had been accomplished.

Setlist
Urutannya:
1. Opening VCR- Act I: G-Dragon
2. Heartbreaker
3. Breathe
4. A Boy
5. But I Love U
6. Obsession
7. MichiGO
8. ONE OF A KIND
9. R.O.D
10. That XX
11. Black
12. Missing You
13. WHO YOU?
14. I Love It
15. Today
16. CRAYON
17. Super Star
18. Middle Fingers-Up
19. Bullshit
20. Divina Commedia

Encore:
Crooked
Untitled

Tidak seperti setlist Seoul show, kita kehilangan The Leaders, Palette-nya IU dan This Love sebagai Encore. Apakah gw kecewa? HELL NO. Honey, gw udah cukup senang GD masukin R.O.D dan Who You di setlist, secara 2 itu favorit gw~ Heck-lah, the opening VCR itself was already worth the admission price~ I have ZERO complaint about the setlist.

ALL IN ALL, aku puas sih.

Satu2nya yang bikin gw bete adalah gw sama sekali ga berkesempatan berdiri dan joget, karena unlike Bieber’s concert, penonton GD kemarin pada jaim semua~ Nontonnya DUDUK MANIS can you believe that?????

Gw ga ngerti lagi sih~

Something definitely wrong with y’all~

Disodorin lagu macem Heartbreaker, Crooked, Michi Go, Bullshit, ga ada yang berdiri, ga ada yang goyang, what the fuck?

Gw sendiri udah inisiatif berdiri berkali2, tapi ditarik duduk mulu sama Matahari~ Takut diprotes katanya~ 

Anyway, overall, kecelah~


GD, thank you, what a pleasure, such an honor.

Pengen nonton lagi~~~ T.T

Ah shit move on-nya bakal lama ini~

Udah ah, postingannya sampai sini aja~ Kalo diterusin makin emo~

Kalo ada bagian konser yang luput dari bahasan gw, boleh komen di bawah, nanti gw tambahin.

Thank you for reading!

Stay awesome!

Wednesday, August 2, 2017

Kenapa, ya?

Selalu iri sama temen2 yang bisa liburan, baik ke dalam negeri ataupun luar negeri~ Padahal sendirinya udah dikasih kesempatan TINGGAL DI LUAR NEGERI, DISEKOLAHIN, DIBAYAR LAGI~

Selalu iri karena temen2 punya banyak foto di tempat A, B, C, D~ Padahal sendirinya merasa foto itu cuma materi dan ga suka pamer2 foto kecuali ada mesej2 penting atau creative editorial process yang mau disampaikan bersama foto itu~

Selalu iri sama temen2 yang bisa hangout in such cool places~ Padahal sendirinya anak rumahan banget yang cuma keluar rumah untuk kerja/nonton bioskop~

Selalu iri sama temen2 yang bisa beli barang2 fancy, branded dan sophisticated~ Padahal sendirinya highly economical, practical dan functional. Beli barang karena fungsinya, bukan karena gengsi/lifestyle, dan ga suka shopping, pun spending money for any materialistic thingies~

Selalu iri sama temen2 yang udah nyobain restoran E, F, G, H~ Padahal sendirinya ga suka makan dan sepenuhnya percaya bahwa makanan apapun ujung2nya jadi tokai, jadi ga worth it dibayar mahal/dibela2in untuk dicobain~

Selalu iri sama temen2 yang udah nikah dan berkeluarga~ Padahal sendirinya ga mau nikah sampai udah bener2 settled financially, punya rumah/apartemen sendiri, take a full care of mom and dad, dan send sister to college~

I know I have my own version of happiness like everybody else does. But why does jealousy just have to come every damn time?

Dasar manusia ga pernah puas~

Daripada iri mending waktunya dipake ngerjain assignment~


Yuuuukk~~