Saturday, February 22, 2020

I don’t like clubbing


*postingan ini dibuat untuk mengeluarkan unek-unek karena bosan dan capek karena terus menerus diajak clubbing oleh anak2 kantor. Hopefully one day ketika blog ini dibuka lagi, mereka bisa baca dan akhirnya mengerti kenapa gw selalu menolak.

I don’t like clubbing.

There, I said it.

I used to like it back in the days, because of good music and free alcohol, but it has changed.

People change. I change, and that’s normal.

Well I mean, kalo ditelusuri sejarahnya, gw memang ga pernah clubbing di Indonesia. Selalu di Singapore sama Bone, atau di Aussie sama Steph. Ada rasa risih yang muncul ketika clubbing di Indo, karena di negara ini gw introvert banget. Gw ga nyaman joget2, nyanyi, dan minum di depan orang2 yang ga gw kenal. It’s my choice gw-nya ga mau mingle juga. Risih, men. Asli.

Gw selektif milih2 temen untuk have fun, apalagi clubbing karena itu involve alcohol. Harus bener2 sama temen yang bisa take care of me, just in case gw mabok banget. Kalo clubbing di Sg gw udah pasti pulangnya sama Bone dan kalo di Aussie gw 200% yakin Steph bakal nganterin gw pulang or minimal nginep di rumah dia kalo udah mabok banget.

Temen2 kantor gw, unfortunately, belum bisa gw percayakan untuk itu. Yailah, untuk pulang aja pada punya kesulitan sendiri2, dan rumahnya beda arah semua~ Mana ada yang peduli gw pulangnya gimana~

Gw juga selektif milih2 musik, karena clubbing will take the whole night, tentu butuh alasan bagus untuk bertahan, which is salah satunya adalah dengan musik yang enak yang gw suka. Gw terutama lebih prefer club yang musiknya pop, R&B, hiphop. Kalo Bone atau Steph ngajakin clubbing, dari awal ini udah gw heads up, jadi mereka paham dan bisa accommodate.

Gw gabisa dibawa ke club ke musiknya bener2 asing buat gw—which is rata2 club di Indonesia begitu. Ini bener2 bikin gw ga nyaman. Telinga gw bener2 ga bisa toleransi. Bawaannya pengen keluar, cari udara segar. Cleansing my hearing.

Waktu di Bali, clubbing di Mexicola itu gw seneng banget karena musiknya asyik. I danced, sang, and went wild the whole night. It was fun even though I went with my colleagues. Not to mention pulangnya dianterin bus sewaan bersama, so there’s no need to worry about being drunk.

Another thing yang bikin gw ga suka clubbing di sini adalah rokok. Ini berlaku ga cuma di club ya, tapi di tempat2 lain yang memperbolehkan merokok indoor. I mean, first of all, logikanya dimana? Secondly, I really cannot accept ketika mau have fun, gw harus susah napas. And third, I really hate the fact that rambut dan sekujur badan gw bau rokok afterwards~ I feel so dirty and disgusting, and it affects my whole mood for the day and the day after. Feels like shit. I swear to God I don’t wanna be in that situation anymore!

So yeah, clubbing di Indo, big no no.

Sekian dan terima kasih.

Sunday, February 16, 2020

Me Wassup #58 – Sedikit Pembelajaran


Annyeonghaseyo~

Banyak updates nih.

Minggu lalu ke Bandung nonton konser Playlist Love Festival, sehari setelahnya ketemu Tablo lagi jalan2 di Braga.

Kok nyeritainnya biasa aja gitu? Well, it’s a long overdue, udah ga ada excitement-nya. Kemudian, gw-nya pun lagi sakit. Dua minggu sakit tenggorokan gegara kalap makan cemilan Bandung~ Hands down the worst radang tenggorokan I’ve ever had my whole life!

I mean, biasanya tuh kalo radang tenggorokan bahkan ga usah minum obat, paling kumur minosep sekali dua kali langsung ilang~ Kalo agak parah dikit dibarengin sama obat batuk ibu dan anak, dibawa tidur semalem, paginya ilang~ Seriously!

Tapi yang kemarin ini, astaga, 2 minggu~ Segala macem obat udah masuk ke badan, mulai dari obat batuk ibu dan anak, FG Troches, 2 obat rekomendasi Irma Edeng (temen gw yang dokter) yang gw beli abruptly di Halodoc karena weekend apotek klinik setempat kagak buka, ga sembuh2 juga sampai akhirnya menyerah ke dokter beneran dan dikasih antibiotik yang… ga mempan~ Anjir~ Ada2 aja 2 hari kemudian balik ke dokter minta obat baru, alhasil bill membengkak~

Sedih, yang di-reimburse kantor cuma 220ribu~

Sakit kali ini memberikan beberapa pelajaran buat gw.

Pelajaran pertama adalah harus segera investasi ke kesehatan. Tapi karena masih belom bisa afford gym (560ribu sebulan), jadi yuk mari investasinya lebih ke waktu aja bukan uang. Mulai cari2 video workout di rumah untuk ditiru. Kalo bisa workout-nya khusus di kamar aja, jadi ga perlu beli peralatan. Kalo bisa di kamar pun yang di tempat tidur aja, jadi ga perlu jalan.

Sungguh musuh utama yang harus dikalahkan adalah rasa malas.

Wkwkwk~

Anyway, pelajaran kedua adalah gw bener2 harus break dari deadline mencari pekerjaan baru ini. Seharusnya Jumat kemarin itu gw wawancara kerja di daerah Kebon Jeruk, yes, you read it right, Bonjer ajah kakak~ Se-random itu emang gw nyari kerjaan, sampai ga sadar kerjaan yang dilamar posisinya di Bonjer~

Yang mana awalnya gw udah fuck it aja gitu, hayoklah kita kejar ke Bonjer despite having a trauma kerja di daerah sana. FYI, 10 tahun lalu pernah magang di Kompas Gramedia Kebon Jeruk dan literally NANGIS tiap hari PP.

Anyway, ya awalnya gw fuck it aja, masih pengen ngejar karena kan tetep opportunity untuk bekerja di company/industri yang sesuai passion. Niatnya masih hidup dengan sempurna, semua berkas dokumen udah disiapin, dari mulai yang make sense sampai ga make sense, seriously emang dasar perusahaan media lama ya, sistemnya masih kolot banget, masa gw masih dimintain ijazah, transkrip nilai, kartu keluarga, dll, belom lagi ngisi form karyawan baru seabrek. Astaga. Sangat. Tidak. Efisien.

But I prepared all of them regardless. Karena gw seniat ituuuu~~~

Mungkin universe melihat niat gw yang ga ada matinya ini ga bisa dihentikan, padahal deep inside hati gw berontak karena gw punya trauma Bonjer itu, akhirnya badan gw dibikin sakit to the point gw ga bisa bangun dari tempat tidur.

There. It’s done. Interview-nya batal.

Konspirasi universe ini membuat gw berpikir ulang, apakah ini teguran supaya gw break dari kegiatan berburu kerjaan baru karena:
1. Toh baru di-promote, let’s just live in this new responsibility for a while, see where it goes
2. It’s the financial year closing, nggak wise banget untuk resign hari gini karena nanti banyak confusion ketika lapor pajak
3. It’s only less than 3 months away from Lebaran, THR, annual salary raise, and bonus. Sayang banget kalo nggak diambil. Kalaupun dapet kantor baru, kan harus make sure kantor barunya bisa cover 3 elemen itu by the time Lebaran comes, kalo nggak, buat apa.

So yeah, Seeta, let’s just sit down, have a break, and re-strategize your plan when you’re ready.

No more abruptly applying sana sini just becoz you’re angry.

Think more, less action.

Please, your body is tired, don’t get sick again. Focus on life and mental health for a while. They are important too.