Saturday, October 27, 2018

Baby Step. One at a time. :)

Hi, guys! How y’all doin?

Damn~ Kayaknya udah lama banget gw ga membuka blog dengan kalimat itu. I’m in such a good mood today, karena ada recent event yang bikin gw excited. Endingnya masih gambling sih, but at least ada secercah harapan. Belum boleh ngomong di blog tapi, eh apa boleh ya? Kan blog ini private~ Hahahaha~

Okay so, someone offered me a job, and it’s in entertainment! Digital entertainment to be exact!!! Kyaaaaaa!!!!

Well memang not exactly mainstream movie and music industry like I really want, walaupun maybe nyerempet dikit. It’s still internet industry with focus on entertainment! I can’t explain about the job more coz everything it’s still uncertain. But I can give you a preview about the mother company. It’s a Chinese company, based in Guangzhou, China. HR yang kemarin interview gw pun via Whatsapp call dari China.

Maybe you can already tell this is excitement #2 for me coz duh, CHINA!!! <3 o:p="">

Anyway, tadi gw ngobrol sama Matahari via WeChat untuk bertanya lebih lanjut soal company ini. Kata dia company ini cukup besar dan influential, apalagi untuk field digital dan entertainment. Memang belum sebesar Alibaba, karena Alibaba is The King, no one can top them. Tapi cukup influential untuk anak-anak muda.

In this sense, kalo gw sekiranya jadi pindah ke sana, berarti secara company scale gw downgrade, karena Dian kan punya Alibaba. Istilahnya gw pindah dari kerja untuk Raja, jadi kerja buat Departemen, gitu kali ya~

Dulu gw paling anti yang namanya downgrade. Gw selalu ingin every step that I take is an upgrade. Contohnya setelah lulus dari SMA Negeri, gw maunya kuliah di kampus yang bawa nama bangsa, which is UI. Ketika lanjut S2 pun gw ga mau di kampus lokal lagi, hence gw masuk Melbourne Uni.

Untuk karir jalannya agak winding sedikit. “Lulus” dari media skala nasional (XXXXX covers nationwide audience), gw masuk agensi skala lokal (yang kliennya Jabodetabek). Ini downgrade tentu saja, tapi waktu itu gw sadar ini jalan yang harus gw ambil kalo gw bener2 mau upgrade.

And it worked out well. That agency gave me so much skills in digital and eventually brought me to the scholarship. Sekarang gw ada di Dian yang levelnya regional-internasional. Owned by the most powerful company in China. Dari dulu gw memimpikan punya kantor keren di gedung keren, skyscraper yang bisa lihat kota Jakarta dari atas. Semuanya gw dapatkan di Dian. Karena Dian gw udah ga ngiri dan norak lagi kalo main ke kantor orang yang keren2. Karena kantor gw jauh lebih keren.

Yang gw dapatkan di Dian memang tidak banyak, tapi dari sisi company level, jelas upgrade parah.

Nah, si anak bawang yang upcoming ini akan menjadi downgrade jika gw beneran masuk sana. Their product is still relatively new, their market is more segmented, their branding is not strong yet, but I see potentials. I see a good opportunity.

Membuat gw tidak konsisten sama prinsip memang, tapi entah kenapa I don’t mind~ After working for Alibaba, this company scale thing doesn’t matter to me anymore. Sesungguhnya yang gw benar2 inginkan sekarang adalah bekerja sesuai passion, sesuai dengan apa yang diharapkan negara pada gw, setelah mereka invest sekian milyar ke gw tahun lalu.

So yeah, wish me luck. They’re gonna interview me on Tuesday. I’m so excited!

It’s gonna be my baby step to digital entertainment. But that’s totally okay. One at a time. :)

Doakan yaaa~~


-->
Laters!

Sunday, October 14, 2018

Outing Kantor ke Deserted Island named Pulau Tunda

Hi, guys! How y’all doin?

Sorry udah lama ga update blog. Gw sibuk banget. 2 minggu berturut2 lembur di kantor. Literally baru bisa pulang jam 9 ke atas. Berkali2 gw nginep di kosan Rini karena gw terlalu capek pulang ke rumah.

Terlalu banyak kerjaan. Campaign bertubi2 dan gw mengerjakannya sendirian karena partner gw lagi cuti ke Jepang. Mau gila sih rasanya. Karena sebenarnya pekerjaan ini mudah, tapi jumlahnya terlalu banyak. Jadi tantangannya adalah manajemen waktu. When you’re running out of time (an energy, coz I’m just a mere human ffs) but you still got a lot to do, that drives me crazy~

Anyhow, my partner is back now, so hopefully everything will go back to normal soon.

By the end of two hellish weeks, Alhamdulillah ada sedikit rezeki: outing kantor. It’s been three years since the last time I went outing with colleagues. Terakhir waktu ke Bandung sama geng WKWKWK, pernah gw ceritain sedikit di sini.

Outing kali ini tujuannya upgrade dikit, ke Pulau Tunda. Letaknya di provinsi Banten, sekitar 4 jam dari Jakarta (2 jam naik bus dari CBD, 2 jam naik boat ke pulaunya). Perjalanan ke sananya sih ga ada masalah, karena most of the time gw tidur. Ya what do you expect jam 6 pagi udah berangkat~

The boat ride is also okay, a lot better than the boat I took to go to Pulau Perak 6 tahun yang lalu sama anak2 jurnal. At least boat kali ini exclusive buat anak2 Dian semua. Waktu ke Pulau Perak kan boat-nya bareng2 sama rakyat jelata lainnya, dan gw super duper unlucky dapet duduknya di tengah jadinya ga dapet sirkulasi udara, mabok deh~ Boat kemarin karena private literally bisa jalan2 ke semua bagian boat, pindah2 tempat duduk/tidur. Mayanlah ga stuck di tengah. 2 jam perjalanan ga berasa. Cukup menyenangkan menyaksikan pergantian warna air laut dari cokelat, ke hijau, ke biru. Almost like a deep blue. Coz that’s when you know you’re far from home. Wkwk~

Sesampainya di Pulau Tunda, first look it was okay. I mean, gw sudah menyaksikan Pulau Perak yang literally ga ada apa2, rumah pun tidak, kita tidur pake tenda waktu itu. Pulau Tunda lebih civilized-lah. Ada rumah warga, kantor kelurahan, warung makan, pelabuhan, puskesmas, etc. A system is already long established here.

Lalu bagaimana dengan rumah tempat gw menginap?? Terbuat dari rotan. Baique.

Terus listriknya dijatah, cuma nyala di atas jam 6 sore sampai jam 6 pagi. I was like, WTF? Kan kita bayar~~~

Masih mencoba berpikir positif. Gapapalah yang penting ini rumah, bukan tenda. Masih ada tempat tidur, wc (one with broken door, alright), dapur, etc. Should be okay. It’s only one day, just play it cool.

Sesampainya di sana kita makan siang. Alhamdulillah disediakan oleh tur, ga harus masak sendiri seperti di Pulau Perak. Makanannya nasi + ikan + sayur + sambel + kerupuk. Gitu terus template-nya sampai kita pulang keesokan harinya.

Gw sih ga ada masalah, karena emang ga picky soal makanan. Tapi emang ga mau makan kebanyakan karena mau menekan hasrat pup. Bukan kenapa2 nih, kamar mandinya kurang proper, terus airnya air payau. Wah ga bisa, I have my own hygiene standard, so mending ditahan aja.

Setelah makan siang, we rested our leg a bit, kemudian pergi snorkeling. Sempet ga mau ikut rencananya karena gw ga punya baju renang. Gw cuma punya bikini tapi kan ga mungkin yaa pake bikini di depan anak2 Dian~ But then I realized kalo trip kek gini berenang pake baju biasa aja gapapa~ hahaha~ So yeah, I snorkeled in T-shirt and short.

Lautnya oke sih, terumbu karangnya bagus2, ikannya banyak dan warna warni. Airnya cetek gitu jadi terumbu karang terlihat jelas macem pake magnifying glass. Waktu di Pulau Perak dulu seinget gw airnya lumayan dalem, jadi jarak antara kita sama terumbu karang at least ada 3 meter, kalo kemarin paling cuma 1-2 meter.

We snorkeled for about an hour, then I became very very tired so I slept on the way back. Gw gatau kenapa perjalanan kali ini bener2 bikin capek~ Abis makan capek, di jalan capek, abis snorkeling capek. Setiap ada kesempatan tidur pasti ga disia2kan~ Apakah gw sudah setua itu? Hmmm…

Sebelum pulang mampir dulu ke gapura selamat datang. Buat bukti otentik katanya. Anak2 pada mampir warung buat makan indomie~ Gw sih minum susu cokelat aja. Cuma cokelat yang bisa calm me down di stressful situation kayak gini~ haha

So we were back in the house. Setelah satu jam snorkeling di laut, tentu saja semua kotor dan asin, jadilah rebutan kamar mandi. Karena efektif dan efisien, gw dapet giliran pertama. Wkwkwk~

Abis mandi bingung mau ngapain~ Mau main di laut bosen, karena ga ada pantai berpasir, cuma ada karang2 mati yang tajem~ Mau main hape ga ada sinyal~ Akhirnya tidur aja sambil nungguin makan malem~

Sekitar jam 7an kita makan malem. Snorkeling bikin laper berat jadi gw makan lumayan banyak. Abis makan hasrat pup pun datang, tapi gw coba distract dengan ikutan main Werewolf sama anak2. Pokoknya gw ga mau pup di pulau ini apapun yang terjadi. Wkwkwk~

Anyway, itu pertama kalinya gw main Werewolf. Ternyata seru juga. Tapi emang butuh pengalaman banyak untuk bisa lancar menebak2 dan menuduh2 orang. Kemaren logic gw akan permainan sama sekali belum jalan. Jadi ketika kepilih jadi villagers or werewolf pun gw mati duluan~ Padahal gw literally diem doang. Cupu bet emang. Hahaha~

Tiga round main Werewolf, kepala gw pusing banget. Bukan karena Werewolf-nya, tapi karena telat makan pas siang2 dan kecapekan snorkeling. Udah pusing dari sore emang, gw tahan dengan minum Paramex, pas malem udah ga bisa ditahan, akhirnya gw masuk kamar untuk tidur duluan.

Eh, ga bisa tidur karena panas banget. Sepanas tenda gw di Pulau Perak waktu itu. Tapi kalo tenda panas kan bisa dimaklumi ya, karena itu tenda kecil isinya 5 orang. Jadi mending tidur di luar yang adem dan berangin~ Nah kalo di Pulau Tunda, di luar ataupun di dalem rumah, sama2 panas~

Di sini gw mulai berasa ini pulau aneh banget. Pulau ini literally letaknya di tengah2 laut, away from others (seriously, check the map!), masa ga ada angin sama sekali?! Ketika malam tiba pun suhunya ga berubah jadi lebih dingin~ Jakarta aja sepanas itu di atas jam 6 suhu bakal turun jadi 27-28 derajat Celcius~ Masa ini pulau di tengah2 lautan masih panas aja di atas jam 8 malem?!! That’s so weird~

Jadi berasa terjebak gitu lho. Luar dalem panas~ Badan lengket karena keringat.

Pikiran gw mulailah berpikir macem2. Mulai dari menanggapi secara science, oh mungkin perairan bagian ini ga terekspos angin. Mungkin lagi bukan musimnya. Mungkin angin berhembus di bagian lain pulau ini, yang lebih banyak penghuninya. Mungkin ini, mungkin itu. Sampai mungkin… ada mystical energy yang tidak biasa di pulau ini~ WKWK~

Ya gimana, gw bisa membedakan mana panas yang biasa dan tidak biasa. Kemarin itu bener2 panas yang tidak biasa soalnya. Tapi gw diem2 aja, ga mau bikin orang2 takut~

Around midnight, temen2 gw pada masuk ke kamar, mau tidur. Pas kita mulai bagi2 tempat di kasur, tau2 dari arah tembok ada suara tikus!!! What the heck?! Jelas banget ciitt ciiittt gitu~ Pas banget lagi samping kamar kita tuh kamar mandi~ Earlier that day temen gw si Echa juga bilang dia denger suara tikus, tapi karena yang lain ga denger, akhirnya kita bilang itu perasaan dia aja~ Ternyata bener nyet! Ada tikus!!! Dan gw yakin ga cuma satu deh, orang berisik banget suaranya! At least ada 5!!!

Tapi terus mau digimanain? Kita ga mungkin tidur di luar juga karena ruang tamu dipake anak2 cowok~ Kamar2 lain udah penuh juga~ Masa tidur di rumput?! Yaudah deh, play it cool aja. Selama belum ada penampakan, cuekin aja. Kalo ada penampakan, baru kabur. Kabur kemana? Nanti aja mikirnya, kalo udah ada penampakan~ We were so frickin tired we couldn’t think of anything else other than sleep~

But turned out, we couldn’t sleep~ It was so damn hot. My friend Tria desperately opened the door, but nothing happened~ It was still hot~ Even worse now that the bugs came in. Gw seperti melihat fenomena Jumanji, versi serangga. Segala belalanglah, tawonlah, nyamuk, semut, dll masuk ke kamar~

Gw lupa gimana kita tepatnya bisa tidur, but eventually we slept. Kayaknya udah peduli setan gitu lho, terlalu capek~

Sekitar jam 5, kita terbangun karena seseorang nyalain alarm. Salah satu pet peeves gw nih, kalo tidur sama orang terus dia nyalain alarm TAPI TERUS DIA GA BANGUN~ Malah orang lain yang bangun~ Oh I will have a lifetime grudge against that kind of person~ wkwk

Anyway it’s pretty surprising jam 5 di Pulau Tunda udah terang~ Gw kira udah jam 7, ternyata masih jam 5. Oh ya, berada di pulau yang terisolasi, ga ada listrik dan sinyal, waktu terasa berjalan lebih lambat~ Mungkin kalo mau dilihat sisi positifnya liburan kali ini ya itu, ga usah mikirin waktu. For the first time in the longest time, bisa hidup tanpa mikirin deadline. The whole place sucked, but a small amount of my mind could rest a bit when I was there.

Jadi gw kebangun jam 5 gara2 alarm sialan. Mau tidur lagi ga bisa coz boys those guys were so loud~ Akhirnya ke dermaga. Liat sunrise. It was okay. I mean gw udah ga overhyped lagi sama sunrise/sunset karena udah berulang kali liat~

Then they served us breakfast. Nasi uduk. Lumayan enak, tapi hasrat pup semakin menjadi2, akhirnya makan dikit aja. Then I decided to take a bath, karena badan lengket parah akibat semaleman suntuk kepanasan.

Sebuah keputusan yang dewasa, karena mandi lagi berarti ga ikut snorkeling hari kedua. I would say it’s fine. Gw bukan anak alam, jadi missing out snorkeling wouldn’t bother me. Lalu gw mau menghindari ngantri mandi kayak kemarin, sungguh rasanya mandi ditungguin orang itu ga enak~

Tapi gw tetep ikut mereka snorkeling, nunggu di kapal aja. Tidur. Wkwk~

Kegiatan setelahnya tidak terlalu berarti. Makan siang, packing, dan pulang. I really couldn’t wait to get the f out of the island tbh. Kebelet boker yang pertama. Kedua rindu sinyal. Ketiga badan capek, mau tidur di tempat tidur yang layak. Terdengar tidak tahu terima kasih memang, tapi ya gimana~ Emang begitu~

Kalo dinilai pake angka, trip kemarin itu 5/10. Masalah utama ada pada hygiene. Penginapan kotor, banyak serangga dan tikus. Kemudian panas, AC tidak berfreon, dan tidak disediakan kipas angin untuk tiap kamar. Kamar mandi juga tidak layak, tidak ada air tawar, hanya air payau, jadi sikat gigi harus pakai air mineral dari kemasan, tidak ramah lingkungan. Listrik terbatas, sinyal tidak ada.

Pulaunya pun biasa aja. Tidak eksploratif karena tidak jelas bagian lain pulau aman atau tidak. Tidak fotogenik, jadi percuma kalo dateng ke sana dengan tujuan ngumpulin foto untuk feed Instagram. Panas. Tidak berangin, at least di pertengahan bulan Oktober~

Yang cukup bisa dimaafkan adalah makanan yang disediakan. Rate-nya 7,5/10. Snorkeling juga lumayan, walaupun alat2 yang disediakan tampak tidak higienis juga. Jarak dari pulau ke lokasi snorkeling pun cukup jauh dan harus naik boat. Tidak seperti di Pulau Perak yang lokasi snorkeling-nya bisa dijangkau pakai kaki~

Yang bikin gw bertahan di liburan kemarin ya temen2 gw sih. Pada bikin gw ketawa. Gw jadi mengenal lebih dekat beberapa orang karena bonding time yang tidak ber-deadline. Untung gw bukan anak baru2 amat, jadi udah nyaman sama mereka. Kebayang kalo gw masih sebulan dua bulan di Dian, terus udah dikurung di deserted island sama 20 orang strangers~ Stres sih.

So yeah, I’m back at home now. Udah tidur, namun masih pegel karena kemarin tidur di kapal tanpa alas~ Kayaknya butuh semalem lagi tidur minimal 10 jam biar pegelnya ilang. Besok gw cuti. Yeay! Nge-mall ah~ nonton Venom. Wkwk


Thanks for reading, guys!