Hai! Sebenernya a brief about Semester 2 udah gw ceritain di postingan sebelum ini. Tapi kayaknya belum menyeluruh jadi ga bisa justify the whole experience yang gw dapatkan selama semester 2. So yeah, postingan extended!
~~Buku~~
Semester ini gw sedikit lebih niat kuliah, terbukti dengan barusan ketika beberes kamar, gw menemukan segepok textbook. Mostly minjem dari perpus yang belum sempet dibalikin, tapi ada juga beberapa yang beli dengan harga yang tidak murah.
Banyak juga print out materi kuliah yang dikasih dalam bentuk PDF. Kira2 500 lembar ada kali tuh~ Gile sangat tidak economical and environmental friendly~
Ya abis gimana, gw kuliahnya Finance sama Law. Finance kalo ga dicoret2 gimana bisa belajar dengan segitu banyaknya angka dan elemen akuntansi? Law segitu banyak kasus dan amandemen, kalo ga di-print dan di-highlight ga akan keliatan bedanya~ #huft
|
finance oh finance |
Untuk urusan buku, gw cukup amazed ya melihatnya, karena zaman semester 1 itu gw sama sekali ga ada effort buat beli buku. Jangankan semester 1, zaman kuliah di UI aja kayaknya gw ga pernah beli buku~
Well, kan udah ada Google, ya~
Buku not much needed-lah kalo cuma untuk cari info seputar materi perkuliahan~
Di Unimelb mahasiswanya lebih dimanja lagi. Akun email @student.unimelb.edu.au itu semacam VIP akses yang bisa dipake mengakses jurnal/buku/riset dari segala sumber, bahkan properti kampus lain di seluruh dunia. So, a physical book, what for?
So yeah, effort gw to actually own a book semester ini patut diacungi jempol. *muji diri sendiri*
Buku yang gw beli adalah The A to Z of Arts Management, karangan Ann Tonks seharga... ah mahal deh pokoknya~ Buku ini adalah textbook untuk matakuliah Advanced Arts Management yang mana dosennya adalah ibu itu.
|
textbook, notes, printouts |
Kenapa gw beli buku ini sebenernya underpressure juga. Karena setiap minggunya kami disuruh bikin rangkuman setiap bab di buku itu, yang mana hasilnya dipresentasikan di kelas tutorial!
Gw tipe mahasiswa yang kalo bikin rangkuman buku itu bukunya harus dicoret2 pake spidol warna warni~ I can’t do that with library books, so yeah, beli deh~
Ckckck… Dasar ibuk, bisa aja mencari kesempatan (bikin buku, dapet royalti) dalam kesempitan (mahasiswa sponsor dengan segenap financial limitation, terpaksa ngeluarin duit yang seharusnya bisa dipake makan pho, bayangkan berapa mangkok tuh!)~
WKWKWK~ JK~
Anyway… Effort gw makin layak dikagumi karena gw ga hanya membelinya, tapi juga MEMBACANYA! Well, walaupun agak2 underpressure sih karena dosennya nyuruh bikin rangkuman itu. Untung isinya bagus, berbobot, informatif, kritis, dan realistis. Karena si dosen itu ga cuma menjelaskan teori tapi juga menganalisisnya. So yeah, lumayanlah ga rugi2 amat pas beli.
|
savage! |
Lalu untuk urusan print out. Ini mahal juga sih, karena untuk nge-print black and white per lembarnya itu 10 cent, alias seribu rupiah. Gw nge-print sekitar 500 lembar berarti 5000 cents, alias $50~
Kenapa ga beli printer, Ta?
Tintanya mahal, banyak makan space di rumah, nanti pindahan rempong.
Fufufu~~ Belanja buku dan nge-print bener2 sangat tidak cost effective. But well, anything to nail the study-lah. Soalnya kalo nilainya jelek pertanggungjawabannya langsung ke negara ini~
Nilai emang bukan prioritas utama gw di sini, tapi plislah, gw pun juga punya standar nilai tersendiri. I was doing okay in semester 1 with 78 average. That is 2nd class honour. Semester 2 gw aiming untuk 1st class honour. Doakan ya!!!
Nanti semester 3-nya 3rd class honour, biar seimbang 1st, 2nd, 3rd ~ Semuanya pernah, HAHAHAHAHAHA~ Mitamit~ *elus-elus perut isi cacing* wkwk
~~Kuliah dan Assignment~~
I can’t believe you guys. Di postingan sebelumnya gw udah menghindari diri untuk bahas ini, tapi masih ada aja yg rikues untuk dibahas~ *sigh* okelah okelah, apalah blog gw tanpa readers setia seperti lo semua, ye kan?
Oke, kuliah gw itu ada 4:
Advanced Arts Management
Ini lanjutannya Arts Management yang sudah gw pelajari di semester 1. Karena namanya advanced, yang dipelajari pun advanced. Kalo di Arts Management gw belajar lika liku pekerjaan arts manager/arts and cultural industry, and what it takes to become one/be in one, di advanced-nya, gw belajar lika liku pekerjaan bos-nya arts manager. Bahasannya lebih soal leadership, strategic planning, stakeholder management, dan semua yang di-handle oleh bos di perusahaan. Mayan menarik.
Assignment-nya kuliah ini…… sebenernya gampang…… kalo gw ga salah mengerti pertanyaan yang diajukan~ :/
Yes guys, matakuliah ini yang dengan teganya memberikan gw nilai H3 di awal semester! Makanya walaupun suka sama materi dan dosennya, gw masih suka baper kadang2 kalo teringat itu H3 penuh kenistaan.
Ketika matkulnya berakhir dosennya ngadain party kecil2an gitu kan di pub. Gw tadinya males dateng tapi dipaksa dateng ama temen2 dan selama pesta gw salty gitu~ HAHAHA~
Anyway assignment yang lain klasiklah, bikin essay, analisis teori, studi kasus, etc. yang agak beda yang tadi gw bilang itu, disuruh ngerangkum buku tiap minggu~ Macem anak SD aje~
Arts Law
Dari namanya aja udah berat, Hukum Seni. Materinya? Ya gitu juga, berat banget. Ada beberapa faktor yang bikin gw cukup kesusahan meng-handle Arts Law.
Yang pertama faktor jurisdiction alias yurisdiksi. Yang gw pelajari itu hukum di Osi, yang beda banget sama hukum di Indo. Hukum di Osi yang adalah negara Commonwealth itu ya Common Law yang berlandaskan judicial precedent alias contoh kasus (singkatnya gitu). Sedangkan hukum di Indo itu civil law yang berlandaskan konstitusi (UUD 45).
Belajar common law membuat gw harus me-refresh segala pemahaman tentang law yang gw punya dan adjust ke law yang baru ini. In other words, I gotta start all over again~ Hal ini membuat gw sangat conflicted selama belajar. Di satu sisi, law itu menarik dan menggelitik, at least I felt that way. Semakin sering dikasih contoh kasus, semakin tergelitik untuk memecahkannya. It requires high level of curiosity, sotoyness (ke-sotoy-an, -red, :P) and detective skill and I’m all for that.
Tapi di sisi lain gw juga mengalami perang batin, terlebih karena apa yang gw pelajari saat ini, ga akan bisa gw aplikasikan di Indo~ That sort of demotivates me to learn further. No matter how interesting it is.
And that’s why gw ga ngerti sama temen2 gw yang belajar hukum di sini. I mean like, what for? Why bother? Ibarat lo latihan hidup di kutub utara yang super dingin, tapi by the end of the day lo akan tinggal for good di Indonesia yang super panas~ Ilmunya ga kepake, sis~
Yang kedua faktor dosen. Oh man how should I put this ya… I’ve been taught by so many teachers my whole life, from kindergarten until master degree, but my arts law lecturer is hands down the worst teacher I’ve ever known~
Dia itu plinplan, ga konsisten sama omongannya, kalo lagi ngajar bener2 bikin ngantuk dan ga engaging, and OH MAN listening to her speaking make my ears bleed~ She definitely has communication issue, kalo komenin assignment (feedback) ga jelas banget apa maunya, jadi ga helpful AT ALL~
Not to mention dia kalo ngasih reading jumlahnya bener2 ga manusiawi~ Ya gw ngerti sih law itu banyak banget materinya dan harus rajin baca in order to get the bigger picture. But her amount of reading is just inhuman! Nih kalo ga percaya gw kasih screenshot-nya:
|
klik untuk memperbesar, kalau berani~ :P |
Ketika awal2 semester itu gw masih rajin baca. Walaupun gw tau gw ga akan sanggup baca semua, tapi gw masih berusaha. But then seiring berjalannya waktu gw sadar kalo this doesn’t make any sense. It didn’t help me with understanding the topic, I became more confused instead~
Gw kira ini hanya terjadi pada gw karena gw mahasiswa internasional. Jadi gw bertanya sama Mawar yang adalah orang Osi asli.
Gw: Eh, lo merasa reading-nya Law kebanyakan ga sih?
Mawar: Emang kebanyakan keleus! She is ridiculous!
Nah kan~ Ga cuma gw yang merasa demikian~
Beberapa temen China udah give up reading sejak minggu2 awal. Gw pasrah dan give up setelah semester break karena harus fokus sama final assignment. Kayaknya cuma Amazon si temen Brazil yang masih rajin baca sampai saat2 terakhir. Walaupun karena ini Amazon terpaksa minta extension buat final~
Ckckck~ Berkali2 gw bilangin, kalo mau final semua reading itu tinggalin aje~ Ga efektif bacanya pun, ga akan masuk otak. Dan ga efisien waktu, ngapain lo baca itu reading, mending waktu yang lo punya dipake buat riset~
Anyhow, so yeah faktor dosen ini paling juara bikin motivasi jatoh~ Gw punya banyak banget dissatisfaction soal beliau dan gw keluarin semuanya di survey dosen minggu lalu. Oh the beauty of studying abroad, you can always criticize your lecturer~ HABIS KAU MBAK A.K~ wkwkwk~
Terus soal assignment.. Hmmm.. how to put this ya.. Coba aja lo baca screenshot ini deh ya, percakapan antara gw dan Mawar.
Begitulah.
Finance and Budgeting
There’s a reason kenapa gw pilih masuk jurusan IPA ketika di SMA padahal gw sama sekali ga punya niat kuliah/berkarier di bidang science. The reason was because IPS guys were losers~ LOL JK~ One of the main reason was… I’m avoiding accounting~
Gw payah banget pembukuan. Sejak SMP udah payah. Sampai sekarang pun masih payah. Like for real tho gw sampai sekarang masih suka susah bedain debet sama kredit di neraca. Logika akuntansi gw ga masuk, bukannya ga jalan ya, ga masuk~ I mean like my understanding of accounting is simply always wrong. Even though I’ve studied hard and practiced and all that, tetep aja~
Satu hal yang luput dari perhatian gw ketika gw apply untuk jurusan Arts and Cultural Management adalah sedalam apapun jurusan ini mengekspos gw akan arts and culture industry, pada dasarnya ini kuliah management yang mana adalah brother from another mother-nya akuntansi.
Management dimanapun pasti pengantarnya akuntansi. Dimana ada management di situ ada akuntansi. Kalau mau menguasai management, pasti harus menguasai ilmu akuntansi terlebih dahulu.
So yeah, Finance and Budgeting, first half of the course, belajarnya akuntansi~ Balance Sheet, Income Statement, Cashflow Statement. Hapalin elemen2nya, ngertiin formula perhitungannya, ngertiin logic-nya, sampai praktek bikin ketiga financial statement itu.
Second half of the course, baru belajar budgeting. Kenalan sama margin of safety, bikin perencanaan keuangan dan menganalisis financial statement beberapa perusahaan sambil bikin future prediction akan nasib perusahaan ke depannya.
Sounds hard? It is! But honestly, it turned out to be so much fun! Kalo neracanya ga seimbang bawaannya penasaran aja gitu, gw salahnya dimana~ Terus jadi termotivasi untuk mencari jawaban yang benar dan kalo ketemu, oh my~ One of the most satisfying feeling ever!
Seriously kalo gw disuruh milih antara Arts Law dan Finance and Budgeting, gw pasti pilih yang terakhir~ At least dosennya jauh lebih baik dan menyenangkan, dan deep inside I like math better than memorizing things, so yeah it’s a bit nostalgic. Moreover, I feel like the finance and budgeting skill is a lot more important when you land yourself a management role in the company coz at least it speaks a lot about sustainability.
Oh sotoyness is also required for this subject, that's what I like~ :P
So yeah, finger crossed. Dapet H1. Hahaha~
Writing and Editing for Digital Media
Remember in this post, I talk about “matakuliah yang gw ambil karena keputusan strategic, karena gw merasa I can ace that shit”. Ini dia oknumnya.
Dari namanya aja, as a journalist and communication graduate, of course gw merasa matakuliah ini piece of cake. Jadi gw pede banget bisa dapet nilai bagus di sini dengan harapan bisa menyubsidi nilai lain yang yaa gitu deh~
But JENG JENG~ Nilai mid-semesternya jeblok juga~ Kampret!
Emang niat kita itu ga boleh jahat sih ya. Fyi aja guys, semua conduct kita itu harus diawali dengan niat baik karena niat kita itu diitung banget sama Yang Di Atas. *tiba-tiba wise* *it's true tho*
Now that I think about it, niat gw dari awal udah ga bener sih, masa ngambil matakuliah cuma berharap nilai bagus, bukan berharap dapet ilmu atau skill yang berguna di masa mendatang~ WTF~
Mungkin Yang Di Atas mau "menghukum" gw atas bad intention gw ini dengan memberikan nilai jelek~ Now this all makes sense.
This is a very important lesson buat gw terutama, dan mudah2an ini bisa menginspirasi semua yang baca. Pilihlah matakuliah yang sekiranya jadi investasi ilmu untuk ke depannya, bukan for the sake of dapet nilai bagus.
Anyway tapi ga sepenuhnya nyesel sih ambil matakuliah ini, karena assignment-nya menyenangkan: bikin blog, bikin e-portfolio, bikin podcast.
Ketika matakuliah lain bikin mata gw sakit karena harus baca ratusan buku n jurnal buat bikin essay, assignment-nya WEDM cukup menyegarkan jiwa dan enjoyable karena gw literally ga perlu riset. Semua materinya udah ada di kepala. Paling gw riset gimana bikin podcast doang, yang ternyata gampang banget. Pake hape pun bisa!
Yang mau liat assignment gw beserta podcast-nya, bisa buka blog di bawah ini. Itu the whole content of the blog adalah assignment gw untuk WEDM. Semoga menginspirasi!
I went all out for that blog and I think I deserve an H1. But who knows, Unimelb fucks~ LOL~
--
Okeh kali ini postingannya itu aja. Masih ada beberapa postingan tentang Semester 2 life yang mau gw ceritain, semuanya masih draft, but should be ready by the end of this week. Review album GD udah hampir jadi dan mungkin bisa gw post besok.
See ya on the next post!