Wednesday, June 1, 2022

The Devil Wears Prada

 Hi, guys! How yall doin?

Today hari liburrr~~~

And thank God orang kantor pada anteng, jadi bisa menikmati libur dengan tenang. 

Tiga minggu terakhir ada hari libur gitu di tengah minggu, yang direspon oleh sebagian masyarakat Indonesia dengan liburan. Duh, pengen. Tapi paspor basi, gimana dong?

Lagian, gw ada big launch next week, kerjaan lagi padat-padatnya. Ga bisa deh ditinggalin. 

So today, since I got some time off, gw menggunakannya dengan bijak dengan menonton ulang salah satu film favorit gw sepanjang masa: The Devil Wears Prada



God I loveeee this film! Anne Hathaway is great, Meryl Streep is perfect, dan yang suka dilupain orang2 dari film ini, EMILY BLUNT! OMG! She is PHENOMENAL!

Gw pertama kali nonton TDWP kan pas SMA yah, tahun 2006. Jadi mungkin gw udah nonton film ini ratusan kali since then, ga bosen-bosen lho, sumpah! Karena seiring berjalannya waktu, the way I interpret the film keeps changing. 

Tahun 2006, gw melihat sosok Andy Sachs—perannya Anne Hathaway di situ kayak inspiring banget. Anak kampung berani merantau ke kota besar untuk berkarier, nekat ngelamar di majalah fashion paling bergengsi di dunia, dan diterima. Dia walaupun awalnya ga suka kerjaannya dan diremehkan semua orang, tapi berniat dan kerja keras untuk membuktikan diri bahwa dia bisa dan berhasil!

Tahun 2022, gw malah ilfil sama si Andy. Wkwk~ Bisa-bisanya dia wawancara kerja ga riset dulu perusahaannya & siapa yang wawancara dia! Terus ga ada manner-nya gitu di tempat kerja, menganggap fashion itu aneh dan ga sungkan-sungkan menunjukkan ketidaksukaannya di depan semua orang yang very passionate about fashion! Gurl you ain’t shit~ If it wasn’t because of these people, you’ll be jobless in New York! At least show some respect, be professional!

Tahun 2006, gw melihat kantor majalah fashion itu sebagai tempat kerja yang menyeramkan, karena Miranda Priestly—yang adalah jelmaan Anna Wintour, pimred Vogue. Tahun 2011, gw malah nekat apply di XXXXX yang adalah part of YYYYYY Group—kantor majalah wanita/fashion. Hahaha~~

Gw melihat dengan mata sendiri beberapa spesies Miranda Priestly di YYYYYY Group, yes they did exist, and yes, they were scary AF! Jutek mampus, senyumnya mahal. Kalo lagi marah, mereka teriak-teriak di lantai 5 dan suaranya kedengeran sampai lantai 1. Beneran nunduk gw kalo papasan sama mereka. Kalo satu lift sama mereka, mending keluar lagi. Hihihi~~

Kalo spesies Miranda Priestly udah bikin keributan di kantor, gw ambil popcorn aja, terus nonton live sinetron depan mata. Drama banget, pasti ada aja karyawan yang nangis abis dimarahin. 

Thank God bos gw di XXXXX bukan spesies Miranda Priestly. Mba Didin mah baek, ga pernah marah (pernah cerita soal beliau di sini). Padahal temen2nya sesama pimred di YYYYYY Group  spesies Miranda Priestly semua. Alhamdulillah mba Didin ga ketularan.

Now looking back, kadang mikir, ngapain sih jadi orang jahat kayak Miranda Priestly gitu? Mentang2 jabatan udah tinggi~ Why can’t they be decent people and treat everyone with respect? Kan ga susah ya?

Eniwei, satu lagi yang mau gw bahas dari TDWP. Si Andy kan semakin lama semakin menikmati pekerjaannya. Unfortanely, that comes with a consequence which is her private life crumbled. Waktunya untuk orang2 terdekat semakin sedikit, dia jadi susah dihubungi karena dia harus mengutamakan pekerjaannya. Not to mention culture majalah fashion yang high-class menuntut dia untuk juga mengubah behaviour-nya, style-nya, prioritas-nya, dan ini tidak disukai orang2 terdekatnya. 

Tahun 2022, kok ini jadi relatable banget sama gw ya? Terutama bagian waktu yang banyak tersita pekerjaan. Kayak minggu ini aja gw harus mengorbankan staycation sama temen2 karena gw harus kerja on the weekend…

I feel really bad, pretty sure sekarang orang2 pada ngambek sama gw~ iNi kAn uDaH diReNcAnAiN dARi jAuH-jAuH hARi~~~

Oh please… Gw kerja di startup, anything can happen the next day, we can never plan ahead~~

Di situasi seperti ini, gw sama seperti Andy, tidak punya pilihan. Well, punya sih, pilihannya stay atau resign. Yakali deh gw milih resign kayak si Andy cuma karena ga bisa staycation~ 

Jadi plis ya, orang2 terdekat, tolong mengerti posisi gw juga. Rasa sayang ini harusnya 2 arah kan? Action-nya ga cuma di gw nih, di kalian juga. Kalo gw ga bisa, ya kalian ga usah ngambeklah. Deal with it~

Gw pribadi ga making it a big deal ya. Nggak yang jadi super drama kayak Andy. I mean yes waktu gw udah personal life berkurang, but I acknowledge that as part of the job, as simple as that. Kan ga tiap hari juga kayak gitu. 

Tapi bukan berarti I’m married to my job ya, work-life balance masih sangat penting buat gw. Me-time juga. It’s just… sekali2 lembur gapapa deh, beneran. 

Lagi pula gw kan ga kayak Andy yang dari awal benci dunia fashion sehingga dia melakukan pekerjaannya dengan terpaksa. Gw kan emang mencintai dunia entertainment jadi day to day job gw pun gw akui sebagai part of my personal life. Yaa… 70% kerja 30% mainlah. So it’s not harmful to me in any way.

Andy: “My personal life is hanging by a thread, that’s all.” 

Nigel: “Join the club. That’s what happens when you start doing well at work, darling. Let me know when your whole life goes up in smoke. That means it’s time for a promotion.”

:)

No comments:

Post a Comment