hey how y’all doin?
so i finally got some free time to update this blog.
seperti yang pernah gw share sebelumnya, gw baru selesai karantina Purpose alias PK. well selesainya minggu lalu sih, tapi selesai karantina gw masih disibukkan dengan tugas2 paska karantina dan kerjaan kantor, jadi tetep aja ga ada waktu buat update blog~
di postingan ini, so sorry gw belum bisa or maybe belum mau ngomongin soal karantina itu becoz the event wasn’t really enjoyable~ it wasn’t a pleasant experience for me to be honest, jadi effort untuk mengingat2 kembali apa yang terjadi untuk diabadikan dalam bentuk kata2, jujur aja, agak berat.
so instead, sekarang gw mau ngomongin sesuatu yang gw suka aja: film!
please note that this is not a review, hanya apa yang gw rasakan setelah nonton.
so yeah dua film ini udah pengen banget gw tonton sejak lama. tapi karena tanggal rilis dua2nya bersamaan dengan tanggal karantina Purpose, gw nontonnya telat. deadpool baru nonton hari rabu dan a copy of my mind (acomm) baru nonton kemarin.
oke, bahas satu2 ya.
deadpool. awalnya gw ga tau dia ini siapa. setelah google dan tanya sana sini baru tau kalo dia adalah anggota x-men, alias mutant. oke, tapi kenapa kemasannya kayak superhero? oh karena ternyata masih keluarga marvel. okelah.
awalnya sih ga minat2 banget, apalagi yang main ryan reynolds who happened to be salah satu aktor yang gw paling ga suka. i seriously think his acting is bad (arguably, bisa jadi karena film2 yang dia bintangin emang kurang bagus plot-nya, in other words he's not lucky enough, but overall his acting is not impressive), and he’s not even hot visually~ ekspresi mukanya tuh ekspresi minta dikasihani gitu lho, jadi certain role emang ga cocok aja buat dia, apalagi role yang berat2~ i think the problem is his eyes~
well you can disagree with me of course, kalo lo berpendapat ryan reynolds hot as fuck, silahkan, i don’t care. but at least i have one person who agree with me: scarlett johansson! wkwkwk~ seriously guys, if he’s okay, why would she dumped him?
makanya gw bingung kenapa ryan reynolds dapet peran ini~ i mean like… kayak ga ada aktor yang lebih keren aja? lagian ryan reynolds kan udah jadi milik DC, jadi Green Lantern~ kok bisa2nya marvel milih dia???
but then one of my friend said that the movie is freakin hilarious, and he said that deadpool is marvel’s version of Kick Ass!
ini membuat gw excited dan ambisius banget pengen nonton deadpool. selama karantina Purpose itu pikiran gw sering banget ter-distract ke deadpool deh pokoknya. ga tahan banget dikit2 buka hape (hape gw ga jadi diambil btw! yeay! nanti gw ceritain deh kenapa) buat liat review orang2. terus sebel setengah mati pas tau orang2 udah pada nonton sementara gw belum~ T.T
untung gw ga khilaf kabur dari karantina buat nonton~ HAHAHA~ possible toh mengingat riwayat fangirling gw~ niatnya udah ada tapi ga pernah terealisasi, mungkin karena fisik terlalu lelah~
anyway so yeah deadpool~ akhirnya nonton and i gotta say… i’m sooo disappointed.
ceritanya GITU DOANG!
literally, GITU DOANG!
ga ada komplikasi, ga ada dimensi, ga ada konflik yang bener2 serius, GITU DOANG!
i was like… are you kidding me? ini film superhero apa bukan sih? kok GITU DOANG???
gw cuma excited di setengah jam pertama, setelahnya udah ketebak cerita+endingnya kayak gimana, yang ada mood nonton hilang dan gw langsung ngantuk parah~
bahkan jokes-nya yang lumayan lucu ga berhasil bikin gw bertahan melek~ well, emang bukan jokes kelas tinggi kayak Kick Ass sih, lucunya cuma lucu nanggung 1-2 detik aja, ga sampai ngakak guling2~ walaupun that shade on wolverine dan jokes2 kekiniannya still got me, but that’s about it~
ini film kayak cuma formalitas gitu, buat memperkenalkan deadpool ke the next x-men dan marvel cinematic universe, biar penonton ga kaget ketika someday deadpool diikutsertakan di film selanjutnya.
or… ini film yang sangat segmented, yang ditujukan hanya untuk penggemar komiknya, atau mereka yang sudah familiar dengan tokohnya, in other words: ga buat orang awam~
overall sih ga buruk, cinematography wise~ tapi story-nya itu lho, coba lebih complicated dikit, lebih dimensional dikit, konfliknya banyakan dikit, pasti akan lebih keren.
yang pasti setelah nonton gw tersinggung sih kalo ada yang bilang film ini Kick Ass-nya marvel~ tersinggung banget.
awkay.
next: a copy of my mind
film indonesia, padahal judulnya bule banget.
jauh sebelum tayang reguler di bioskop, film ini udah jadi trending topic, karena berhasil masuk festival dan dapet international recognition. gw awalnya sama sekali ga tahu menahu akan acomm, sampai akhirnya gw baca review-nya di website sebuah media yang cukup terkenal. review-nya oke, gw pun terjual untuk nonton.
yang bikin gw tertarik pertama adalah plot-nya, sounds very interesting, ada rakyat jelata yang ga sengaja kena masalah besar hanya karena melakukan hal sepele. plot seperti ini selalu menarik buat gw. dulu ada film judulnya Jakarta Undercover, yang main luna maya sama lukman sardi, plotnya setipe kayak gini dan gw suka banget. gabungan konspirasi love-money-power, tiga faktor humanity yang oke banget kalo di-convert ke dalam film.
kedua adalah aktor2nya. chicco jerikho dan tara basro. chicco sih gw ga terlalu peduli karena belum pernah bener2 kenal sama orangnya. gw cuma pernah wawancara dia sekali itu pun rame2 doorstop sama wartawan lain abis preskon, waktu itu dia lagi promo Filosofi Kopi. basically karena dia bukan segmen XXXXX sih jadi gw ga pernah interview.
gw lebih excited karena tara basro sejujurnya. kebetulan gw kenal personally sama tara. dia dulunya XXXXX Sampul jadi kenallah sama kita di redaksi. gw beberapa kali interview dia by phone atau by whatsapp (dulu masih bisa di-whatsapp personal, sekarang udah ga bisa).
anaknya baik dan lumayan gokil. di tingkat kegokilan dia hampir di levelnya jennifer lawrence. just few more awards and we can proclaim her as indonesia’s very own jennifer lawrence. haha~ dia juga lucu, kalo lagi wawancara gampang banget terdistraksi, hahahaha~ jadi jawabannya suka ngaco, but that’s okay, justru itu yang bikin dia beda.
nah di tahun 2014 ketika film Pendekar Tongkat Emas lagi promo, gw sempet interview dia lagi. di situ gw bertanya apa project dia selanjutnya, Tara bilang dia lagi ada film sama joko anwar, tapi untuk festival, bukan komersil. gw tanya kenapa, dia bilang isu yang diangkat film itu sensitif, tentang politik, dan lagi ada adegan dewasa di dalamnya, jadi ga mungkin lulus sensor bioskop di indo.
since ranah pekerjaan gw hanyalah film2 komersil, gw ga terpikir untuk bertanya lebih jauh soal film itu, toh informasinya ga guna juga buat XXXXX karena pembaca XXXXX ga nonton film festival dan masih underage, jadi apapun bahasan soal film itu ga akan relevan buat konten XXXXX.
but still gw penasaran sama aktingnya tara, terlebih ketika gw tau dialah pemeran utama film itu. gw belum pernah nonton film dimana tara jadi pemeran utama soalnya. jadi ketika acomm diumumkan akan rilis komersil, gw excited banget. akhirnya bisa liat akting tara jadi pemeran utama.
ketiga -as petty as it sounds- ya gw pengen liat sex scene-nya. oh come on, isn’t that also the reason y’all wanna see the movie? ga usah munafik deh. it’s okay~ it’s not your fault. sex scene itu salah satu nilai jual utama film ini kok. di trailer-nya aja sekian detik sex scene di-highlight, jangankan trailer deh, posternya aja secara eksplisit menjual sex scene. so it’s okay.
anyway, fast forward, gw udah nonton acomm, and here’s what i have in mind:
- i love the cinematography, bener yang orang2 bilang film ini berhasil meng-capture wajah jakarta yang sebenarnya, itu bener banget. jakarta dengan segala flaw-nya ditangkap dengan real banget di film ini. it is what it is. jelek ya dikasih liat jelek. keras ya dikasih liat keras. ga ada yang ditutup2in. gw suka banget sama pemilihan glodok sebagai lokasi, glodok emang jakarta banget! hehe~
- tempo film ini lambat banget. kayaknya udah sekitar satu jam filmnya main, konflik utamanya -which is when sari get into trouble- belum keliatan. instead, kita difokuskan sama perkembangan karakter sari dan alek, dan pembangunan chemistry antara mereka as a couple. not much needed menurut gw, bikin filmnya terasa diulur2.
- karakter tara basro si sari itu kok ga konsisten ya? sepanjang film gw berusaha menangkap si sari ini sebenernya siapa sih, background-nya apa, asalnya dari mana? di satu scene cara ngomongnya dia medok kejawa2an, di scene lain lo-gue ala2 anak jakarta~ bilangnya merantau ke jakarta cuma bisa dapet kerjaan facial, tapi bisa protes subtitle bahasa inggris dvd ga bener~ ga konsisten gitu~ dan jangan bilang gw satu2nya orang yang mempermasalahkan cara berjalannya si sari~ hmmm…..
- i’m in love-hate relationship with the camera play. apa sih namanya? teknik kamera yang ngikutin dari belakang tapi kameranya ga steady gitu, kayak ada kesan amatir~ apa sih namanya? follow shot? ya you guys know what i mean lah, nah teknik kamera itu… ada adegan yang gw merasa cocok banget pake teknik itu misalnya adegan jalan2 keliling2 jakarta, keliling2 glodok, dll~ tapi ada adegan yang menurut gw fail kalo pake teknik kamera itu, misalnya adegan ketika sari sama alek lagi berdua, dialognya lagi intense, dll.
- the sex scene was….. okay. kirain lebih eksplisit, ternyata nggak~ atau udah kena sensor? dunno. i’m not really impressed. it was just… okay.
- tara gained weight!! atau itu cuma efek kamera sehingga dia terlihat lebih berisi, dunno~ tapi terakhir gw ketemu dia buat Pendekar Tongkat Emas itu, dia ga seberisi itu. tapi dia emang sporty banget sih, nge-gym-nya kenceng. cukup terlihat dari cara sari berjalan, kan? itu cara jalannya tara sehari2 juga.
buat acomm mungkin dia disuruh gemukin badan dikit supaya terlihat lebih artsy di sex scene. it works tho, emang keliatan seksi banget dia. ditambah kulitnya eksotis. kerenlah tara!
chicco jerikho gained weight too, or more specifically he grew abs! i never see him being THAT hot! seriously!!! seinget gw pas ketemu buat Filosofi Kopi dia kurus cenderung kerempeng. terus mukanya masih alay. kemarin alek (excuse my language) fap-material banget sih~ kayak ngeliat zac efron shirtless gitu efeknya~ amazing how actors could dramastically change for a role. *tepok tangan*
- to be honest, i’m actually enjoying this movie, terlepas bahwa karakter sari ga konsisten, beberapa teknik kameranya ga cocok sama dialog, emosi dan akting, temponya lambat. entah kenapa gw masih betah nontonnya, until…. the ending. i was looking forward to the ending a lot, tapi ending-nya kok males ya? padahal film ini udah punya potensi konflik yang oke~ tapi kok endingnya males?
by males i mean ga ada kesimpulannya gitu lho~ abis alek ditangkep dan dipukulin, terus apa? aleknya mati? atau selamat? atau apa?
abis sari terima SMS ancaman dan nyusul alek dan ga ketemu, terus apa? sari kabur? sari lapor polisi? sari ikut bunuh diri? atau apa?
abis sari sebarin dvd koruptor itu ke glodok, terus apa? si calon presiden ditangkep? rakyat berontak? hukuman kurung ibu mirna ditambah? atau apa?
i mean it was that close to be a perfect ending, lho! tinggal kasih kesimpulan dikit lagi aja, perfect deh filmnya. lengkap elemen2nya. but instead, penonton diminta menyimpulkan sendiri apa yang terjadi. well, banyak sih film yang endingnya gantung, tapi buat film ini ending gantung ga tepat sih menurut gw~ soalnya konfliknya udah top banget, like i said before, tinggal dikittt lagi, 1-2 scene lagi deh, kesimpulan/keputusan aja, penyelesaian konflik.
jadi menurut gw film ini “menghilangkan kesempatan” untuk jadi film yang utuh -element wise- karena ga ada ending yang pasti itu.
oke. kayaknya udah kebanyakan nulis ya? niatnya cuma review(not-so)review singkat, end up 2000 kata hahaha byeee~~
nilai terakhir dari gw:
Deadpool (6,5/10)
A Copy of My Mind (7/10)
laters!