Saturday, April 29, 2017

Hayati Lelah

Hai. Gw lagi bete. Gw butuh banget curhat tapi ga tau harus curhat ke siapa~ Bukan karena ga punya temen, temen sih banyak, tapi none of them can relate I think, not even my best friend~

But then I remember I have this blog, yang selalu menerima gw apa adanya dan bisa menjadi pendengar yang baik apapun kondisinya. *big hug~~~* 

So yeah, here we go!

So, semalem gw baru menerima result terakhir mid semester, meaning semua nilai assignment yang due-nya mid semester udah keluar. Nilai gw bener2 variasi, ada yang H1 (80+), H2A (75-79), H2B (70-74), dan H3 (65-69). 

Not that I’m complaining, yang H2B dan H3 tentu memprihatinkan, menyakitkan dan sangat tidak mudah diterima. But at least masih ada yang H1 dan H2A~ Jadi kalo dirata-rata, overall nilai gw 75-lah. Can’t complain, 75-nya di Unimelb mungkin setara 90 di Monash atau RMIT~ Can’t complain, can’t complain~

Terus kenapa bete?

Karena… H2B dan H3 itu sama sekali tidak gw prediksi untuk terjadi~ Dua tugas yang berujung pada dua nilai itu, gw prediksikan dapet H1, DUA-DUANYA! 

Jadi ngerti kan, kenapa gw feeling so much like shit? Bayangin aja nih, elo udah pede banget dapet nilai bagus, tapi ketika hasilnya keluar, malah nilai jelek yang lo dapetin~ Kan amsyong~

Yang H3 okelah gw terima kekalahan dan kesalahan (kenapa dua kata itu mirip sekali pronunciation, penulisan, arti dan konteksnya ya? Make me so much like a loser by having them together all at once~ :/), karena by the time gw appeal a.k.a banding a.k.a protes (oh yeah that’s the beauty of studying postgraduate abroad, you can always appeal!), dan gw dijelaskan sejelas2nya, ternyata gw memang salah mengerti pertanyaan yang diajukan. 

Katanya gw fokus lebih banyak kepada contoh, rather than the theory. Huge mistake for master student. Ya sorry-lah gw lulusan sistem lama kurikulum Indonesia yang terbiasa menyelesaikan masalah dengan dikasih contoh rather than memecahkan sendiri pake teori yang disediakan~ Bad habit, I understand, it’s okay, moving on!

Tapi yang H2B bikin gw gondok banget karena matakuliah yang memberikan gw nilai H2B adalah matakuliah yang gw ambil karena keputusan strategic, karena gw merasa I can ace that shit~ Gw merasa kalo gw ambil matakuliah itu, grade-nya (yang gw pede banget bakal bagus) akan bisa menyubsidi silang grade lain yang amburadul~ So it'll be so strategic if I take that! Should be one helluva plan, right?

Nah sekarang matakuliah yang gw bangga-banggakan itu nilainya jeblok juga~ KOK MALAH BACKFIRE GINI RENCANA GUAAA???!!!! 

Sumpah gw bener2 ga ngerti sama kampus gw~ Kadang2 kalo gw merasa udah mengikuti instruksi dengan baik, ga ada yang ketinggalan, semua udah di-cover, at the end of the day, ada aja yang bikin nilai gw jeblok~

Like, WTF~

Semacam ga jodoh gw sama kampus ini~

Itulah mengapa kawan-kawan, gw ga pernah posting foto kampus regardless kampus gw bagus banget visually~ Banyak yang nanya kenapa gw ga pernah posting foto di Unimelb, baik di IG, Facebook, Flickr, atau blog~ Ya alasannya solely karena itu, guys. Gw tuh ga suka sama kampus gw~ Kampus ini sering mendzolimi gw~

But then gw penasaran, kenapa kampus ini sering mendzolimi gw, terutama yang urusannya sama nilai~ Sedangkan UI, kampus gw zaman s1, tidak. Kalo di UI, ketika gw merasa gw bisa, ya gw bisa. Kalo di Unimelb, ketika gw merasa gw bisa, kampus ini akan berusaha in every way possible untuk meyakinkan gw kalo gw not more than just a piece of shit. It happens EVERYTIME~

Ada banyak faktor, I guess. Pertama faktor degree, S1 tentu lebih mudah dari S2, karena SKS-nya ga sebanyak S2. Seinget gw dalam 1 semester waktu S1 dulu, jumlah SKS-nya ga lebih dari 24. While S2, 1 semester di Unimelb equals to 50 SKS~

Jadi scientifically, gw ga perlu banyak effort untuk bisa lulus S1. The more I think of it, I think I didn’t spend so much time studying during S1, well at least I remembered I didn’t go to library during weekend, didn’t suffer from acute anxiety that I have to take pills every now and then, didn’t need to pull an all-nighter everyday, didn’t consume caffeine on daily basis, didn’t lose my me-time and social life, and everything that I do right now for surviving postgrad... but I managed to graduate with good grade anyway~

Well, it’s not like I was a straight A student or anything. My final S1 GPA was 3,4~ that’s not so bad, isn’t it? I think it’s not~

Kedua faktor tuntutan kampus. Sebagai kampus yang arguably terbaik di Australia dan urutan 30-something di world ranking, tuntutan Unimelb ke mahasiswanya tinggi banget. Of course, they have reputation to maintain. Tentunya ini nyusahin mahasiswa yang otaknya mediocre seperti gw, karena ga selamanya gw bisa menyanggupi tuntutannya si Unimelb~ Akibatnya ya, gw stress.

Lucunya, Unimelb itu tau banget dia bikin mahasiswanya stress. Kadang2 mereka suka bikin inisiatif aneh-aneh untuk meredakan atau mengurangi stress mahasiswa. Terutama di masa-masa krisis seperti sekarang yang mau mendekati akhir semester.

Tahun lalu, ada kampanye “Are u ok?” di kampus, yang basically memotivasi siapapun yang stress untuk cerita ke mereka, in the hope someone’s gonna take action to help the subject matter. Pernah juga ada event “cry together”, LOL~ Seriously!! Acara nangis bareng di lapangan kampus! Itu dibikin buat memfasilitasi orang2 stres yang sampai pengen nangis. The togetherness was meant to deliver the message “you are not alone” hoping it'll make the crier feeling better~

Just yesterday I received an invitation email to “University Mental Health and Wellbeing Day”, yang mana kegiatannya terdiri dari:
- Counselling and mental health resources
- Doctor appointments, vaccinations, and health advice
- Safety and security on campus
- The Safer Community Program
- Religion and spirituality

LMFAO~

Kalo salah satu kegiatannya single out gw mau deh ikutan~ :P

Anyhow, ya pokoknya gitulah, kampus gw aware banget kalo mereka bikin stress orang~ Tapi ya mau gimana, reputasi harus terus dijaga, kalo nggak, ga ada yang mau kuliah di sini lagi~ Kan kesian~

But honestly, I won’t recommend you to go to this university, at least if you’re my friend, ya~ That’s because I love you and I care so much about you, so I don’t want you to be in my position someday~ 

It’s shitty, trust me. You better go to Monash or RMIT, mereka lebih menghargai “kehidupan”. LOL~ Serius ga boong, kata temen gw si Mawar aja, orang Osi asli ga ada yang mau kuliah di kampus gw karena kampus ini udah terkenal suka bikin stress mahasiswanya~ So, unless you like challenge, or you have a lot of money that you wanna experience sophisticated university, (…fill in the blank…). Wkwkwk~

Faktor ketiga adalah waktu. S1 gw selesaikan dalam 4 tahun. Jadi, gw punya waktu 4 tahun untuk ga hanya belajar, tapi juga mempelajari how UI plays the game, or how the game is played in UI~

I seriously think, kalo mau dapet nilai bagus, lo ga cuma harus rajin belajar, tapi juga lo harus tau gimana kampus menilai lo~ Lo harus tau requirement dan pertimbangan apa aja yang dipakai kampus untuk memberi lo nilai. Dari situ, lo baru bisa bikin strategi belajar.

S1 gave me 4 years to figure that out. Jadi ketika semester 1 dan semester 2 nilai gw jelek, semester 3 gw udah ngerti kenapa nilai gw jelek, jadi seterusnya gw tau gimana caranya ningkatin nilai.

Beda sama S2~ Waktu yang dikasih cuma 1,5 tahun, ya mau jadi apa? By the time I figure out how Unimelb plays the game, times are running out, I’m about to graduate~ So there's no way I will understand this university, ever~

Anyway, faktor lainnya klasiklah ya, soal budaya, sistem, lingkungan, dosen, assignment, even peer group, dll, pastinya ngaruh juga~ Gw udah capek ngetik, postingan ini udah terlalu panjang untuk standar postingan yang dibuat sama orang yang lagi bete~ Jadi kita langsung ke kesimpulan aja.

Setelah didzolimi luar-dalam, depan-belakang, kiri-kanan, dan atas-bawah sama kampus ternajong di ostraliyah, HAYATI SUNGGUH LELAH!

Satu pelajaran yang bisa Hayati ambil dari pengalaman hidup luar biasa ini:

You indeed have no control over your grade but the time and effort you spend to do your assignment will be counted for your overall grade and that will not disappoint you, ever.

At least that's what happened to me when I got the H1 and H2A. Untuk dua assignment dari dua matakuliah itu, karena gw sama sekali ga ngerti topiknya (finance and law), gw bener2 spend so much time and effort (and money) untuk mengerjakannya. Tiap hari belajar sampai jam 3 pagi, setiap ada waktu kosong ke kampus untuk belajar lagi, asking people out (literally watsapin Nimas yang tinggal di Belanda, 10 hours time difference, dan Putri yang tinggal di Jakarta), list so many references, check and recheck. Hasilnya, dapet bagus deh~ 

Maybe that's why gw dapet H2B dan H3 untuk 2 matakuliah yang lain ya? Karena waktu gw kebanyakan gw pake buat si finance and law, karena merekalah prioritas belajar gw~ 

"Oh yaudah kalo gitu spend that much time buat 2 matakuliah yang lain juga dong!"

HAHAHAHA~ Genius! If that's the solution, I may need Hermione Granger's time turner or a time machine, coz AIN'T NOBODY GOT TIME FOR THAT!

So yeah, the sooner I finish this degree the better! 

Belajar dengan super niat adalah kebiasaan bagus, tapi bener2 ga baik untuk kesehatan, both mental and physics. 

So yeah, cepet2 lulus deh!!! Asli trauma sekolah! Serius!!! I mean school used to be fun, at least that's what I remember about school~ You got to meet your friends, study together, play together, solve problem together, graduate together~

But that's not the case of S2. Boro-boro main, ketemu temen, belajar bareng~ Yang ada gw jadi makin individualis, belajar sendiri, kemana-mana sendiri, interaksi paling intens cuma sama laptop~ #huft

Anyhow, May is tomorrow, so let's countdown 8 MONTHS REMAINING until I graduate!!!!!!!!!

Yeaaaaayyyy~~~ Seriously can’t fucking wait!

Thank you for reading this so much unrelatable post! Hope you have a great weekend!

No comments:

Post a Comment