Saturday, November 16, 2019

Jarang-jarang, Jadi Mending Di-post





Itu bos gw.

Seorang sosok sangat senior, sangat berpengalaman, yang sudah menjabat sebagai Head of Branding—divisi tempat gw bekerja selama kurang lebih 7 bulan.

Beliau ini sepak terjangnya sudah hampir 30 tahun di dunia periklanan/marketing dan pengalaman ini berbicara saat beliau bekerja. High-quality leadership, strong ability to multitask, smart decision making, killer planning and strategy, careful supervision, etc etc. Lengkap semuanya beliau punya.

Gw banyak belajar dari beliau. Ilmu gw selama di Dian ga pernah bertambah sebanyak ini sejak pindah ke tim beliau. For that I am thankful.

Namun, hampir 30 tahun pengalaman kerja juga membawa hal-hal kurang menyenangkan. Pertama, kata-katanya sulit dibantah. Beliau mungkin jauh lebih berpengalaman dari gw, tapi gw lebih lama di Dian, jadi untuk satu dua hal, apalagi yang berhubungan dengan sistem kerja di Dian, gw lebih tahu. Tapi ketika gw mencoba menjelaskan, beliau tidak sejalan dengan gw dan ngotot ingin mempertahankan stance-nya. Ini sulit.

Beliau juga BM, alias banyak mau. Terkadang tidak realistis dan menyusahkan. Ini sangat bertentangan dengan gw yang orangnya sangat realistis dan selalu mencari cara tercepat/termudah untuk menyelesaikan pekerjaan/masalah. Gw berprinsip kalau bisa mudah kenapa dibikin susah.

Tapi beliau tidak begitu, dia cenderung memilih jalur paling sulit dan paling menyusahkan untuk melakukan sesuatu, yang ujung-ujungnya menyusahkan bawahannya. Mungkin ini cara dia untuk memperlihatkan power dan kuasa, which is okay for a boss. Yang jadi masalah adalah ketika memilih jalur itu, beliau tidak memperhatikan kapasitas yang tim punya. Jadi ketika semua melakukannya, kacau. Banyak yang miss, banyak yang salah, banyak drama, banyak teguran, komplen, atau bahkan marah-marah, sehingga banyak yang baper dan pengen resign.

Beliau juga GJ, alias ga jelas. Apalagi kalau memberikan brief kerjaan ke bawahannya. Selalu setengah-setengah, tidak pernah detil. Sebenernya kasian sih, karena ini lebih ke masalah waktu. Kerjaan beliau banyak banget dan semuanya level susah, sehingga kerjaan semudah memberikan brief kerja ke bawahan, selalu jadi korban. Ketika memberikan brief, beliau selalu dalam kondisi tidak fokus dan terburu-buru mengejar deadline yang lain. Membuat semua bingung. Beberapa kali kerjaan gw berujung kesalahan karena brief awal dari beliau ga jelas. Mau membantah, tapi balik ke poin pertama, sulit.

Terakhir, beliau bukan tipe bos suka mengapresiasi bawahannya bahkan ketika mereka sudah berhasil melakukan tugas tersulit yang diberikan. 7 bulan kerja sama beliau, baru 2 kali gw dipuji—satunya bahkan ga disampaikan secara langsung, malah di post di Facebook yang mana kita ga berteman. Padahal gw merasa sudah doing awesome di semua project yang beliau berikan.



But well, sifat ini mungkin masih minorlah dibanding yang sebelumnya gw sebutkan. Tapi sayang aja, karena kita, bawahan2nya, bener2 work our ass off ngerjain semua kerjaan yg dia berikan, tapi timbal baliknya epic zero.

Ketika jadi boss suatu hari nanti, gw akan mengapresiasi bawahan gw no matter how small the things that they have done, because everyone is human and deserves to be appreciated.

Okay, terima kasih sudah membaca racauan Sabtu pagi saya. Blogging is the first thing I did as soon as dapet hari libur, karena baru selesai mengerjakan proyek terbesar sepanjang sejarah. I deserve this weekend being lazy and ga jelas as much as I want.

Love ya, bye!

No comments:

Post a Comment