Macet, satu hal yang membuat saya merasa malam itu benar-benar bukan malam yang biasa. Bayangkan macet di sepanjang jalan dari Dhoby Ghaut menuju Clarke Quay yang jaraknya hanya terpaut satu stasiun MRT saja. Di dalam taksi yang saya tumpangi bersama tiga orang teman, saya merasa mendapat suatu kehormatan bisa merasakan fenomena yang jarang sekali ditemukan di Singapura itu.
Hari itu bertanggal 30 Oktober, tanggal yang tidak asing lagi mungkin bagi sebagian besar orang di seluruh dunia. Pada malam pergantian tanggal dari 30 menuju 31 Oktober, banyak orang merayakan tradisi ini. Orang-orang kompak mengenakan berbagai macam kostum dan menata lingkungan tempat tinggal mereka dengan banyak buah labu berukir wajah menyeramkan atau yang biasa dikenal sebagai Jack-O-Lantern. Anak-anak berkeliling dari pintu ke pintu rumah tetangga membawa kantong besar untuk menampung gula-gula yang wajib dibagi-bagikan pada mereka. “Trick or Treat” menjadi kutipan khas Halloween.

Tentu saja tidak banyak orang yang tahu detil sejarah munculnya Halloween. Seiring berjalannya waktu, definisi Halloween semakin lekat pada pesta kostum. Halloween menjadi salah satu ajang bersenang-senang yang ditunggu-tunggu seperti halnya hari raya atau tahun baru. Banyak orang merayakan Halloween dengan cara yang lebih menarik, misalnya dengan memadukannya dengan acara seni atau acara sosial. Kostum menyeramkan pun tidak lagi menjadi prioritas. Asal mengenakan kostum menarik dan merayakannya tepat tengah malam, Pesta Halloween pun terlaksana.
Kembali ke Clarke Quay, malam itu Pesta Halloween bisa dikatakan adalah tersangka utama penyebab kemacetan dari Dhoby Ghaut. Di pesisir jalan sudah banyak terlihat orang-orang berkostum aneh berjalan cepat. Mereka mungkin adalah korban kemacetan yang memutuskan berjalan kaki agar bisa lebih cepat mencapai Clarke Quay. Bagaimana tidak? Clarke Quay memang merupakan pusat Pesta Halloween terbesar dan termegah di seluruh Singapura.
Saya tidak ingat jam berapa tepatnya saya memutuskan pulang ke rumah. Saya terlalu lelah untuk sekadar melihat jam. Hal terakhir yang saya ingat adalah saya mengantre sekitar dua jam untuk mendapatkan taksi pulang. Sekelibatan ingatan saya menunjukan bahwa saat itu Qlarke Quay masih sama meriahnya seperti saat saya datang. Di atas panggung masih ada penampilan musik dan di sekitar lebih banyak lagi orang-orang berkostum yang melakukan atraksi. Sayangnya baterai kamera pun sudah habis akibat pemakaian di luar batas malam itu sehingga saya tidak bisa mengabadikan hal-hal baru yang saya temui. Saya tidak pernah tahu kapan Pesta Halloween itu berakhir karena mungkin hanya matahari yang bisa mengusir para setan pulang. :)
*) Tulisan ini dimuat di Majalah Ekspresi edisi Desember 2010
*) Tulisan ini juga adalah Singapore Trip 2010 Day 2 Part 2 :))
Ralat: Majalah Ekspresi cyinn, bukan artology, hehe
ReplyDeletelah? gimance sih! ahahaha, oke, segera di-edit!
ReplyDelete