Sunday, January 31, 2021

Almost Screwed

Hi, guys! How y’all doin?

Lagi rajin ngeblog nih, ga tau kesambet apa. Otak gw dari kemarin banyak flashback ke kejadian2 atau pengalaman2 tertentu gitu, kek arsip2 lama kebuka. Mumpung inget, jadi ditulis saja. Diarsipkan secara real. Karena arsip adalah pusat ingatan. :)

Okeh, jadi trigger-nya adalah kemarin liat di sosmed, beasiswa Purpose ulang tahun yang ke-9. Wah, udah tua juga ya. Hahaha~

Gw sendiri mendapatkan beasiswa ini di tahun 2015. Sebuah momen yang sampai sekarang masih gw kenang dan syukuri. Karena beasiswa ini memang mengubah hidup gw jadi lebih baik. Mengubah gw jadi pribadi yang lebih baik juga.

Kemudian gw mengenang perjuangan gw untuk dapetin beasiswa ini. I’m actually not new to this scholarship hunting world, because it’s always been a dream of mine to study abroad. Gw inget kala itu udah sering banget apply scholarship/fellowship kemana2. Mulai dari Chevening, VOA, Nuffic, beasiswa Korea, Finlandia, Norwegia, dll yang namanya gw udah lupa saking lamanya..

Long story short, ditolak berkali-kali. 

Udah desperate banget, berasa ga hoki banget, berasa stupid banget, sampai akhirnya Purpose hadir. 

Melihat beberapa teman gw berhasil mendapatkannya membuat gw optimis. Kalo mereka bisa, gw juga bisa. Bismillah, ayo diniatin, difokusin, kita kejar beasiswa Purpose. 

And I got it. :”)

Bukan perjuangan mudah tentu saja. Gw sendiri mengorbankan banyak hal waktu itu. Cuti kantor unpaid sebulan full buat belajar + tes IELTS (yang tidak murah). Banyak keluar waktu, tenaga, dan uang juga untuk nyiapin dokumen2nya. The selection tests were also very difficult, and I was almost screwed in one of the processes! Ini yang mau gw ceritain sekarang, sebuah pengalaman menarique.

Ini belum pernah gw ceritain di blog ini. Sebuah kejadian yang bikin gw hampir gagal mendapatkan beasiswa Purpose. 

Hari itu 11 November 2015, hari pertama tes seleksi beasiswa Purpose—interview test, bertempat di UNJ. I wanted that day to be perfect. I wore my best outfit. I had all the documents ready. I woke up at 4 am to prepare everything. I was so ready. Nothing would ever potentially go wrong that day.

Kita diperintahkan untuk tiba di lokasi pukul 10 pagi untuk lapor diri dan menyerahkan dokumen. Sesampainya di sana, staf Purpose udah ready di beberapa meja. Para calon awardee juga udah pada sampai. I thought I was early enough karena gw dateng sekitar jam 8an. Ternyata buanyakk yang lebih pagi dari gw. Udah rame, sis. Situasinya kayak lagi antre bayar pajak atau bagi2 sembako, orang dimana2. Yah beginilah kalo lembaga negara punya acara, apalagi acaranya bagi-bagi barang gratis. Rakyat pada kumpul~~ Wkwk~~

Calon awardee mengantri teratur di depan meja-meja staf tersebut. Ketika ada staf yang kosong, gw maju dan menyerahkan dokumen + TTD. FYI, gw kebagian wawancara jam 2 siang. Masih lumayan lama. Tapi gapapa, berarti masih ada waktu buat makan, siap2, solat, dll.

Setelah nyerahin dokumen, karena ruangan itu makin padat sama manusia, seorang staf kemudian memberikan pengumuman pakai toa. “Bagi calon awardee yang jadwal wawancaranya di atas jam 12 siang, diharapkan meninggalkan ruangan supaya tidak memenuhi ruangan. Ruangan ini khusus untuk penyerahan dokumen dan ruang tunggu bagi awardee yang jadwal wawancaranya sebelum jam 12 siang.”

Staf itu juga memberitahu bahwa awardee diharapkan berada di ruangan minimal 30 menit sebelum wawancara, dan perhatikan layar di ruangan. Layar tersebut akan menunjukkan nama2 awardee yang sudah gilirannya untuk wawancara. Jika nama awardee terpampang di layar, berarti sudah boleh naik ke atas untuk wawancara.

Okay, fine. Jadi gw keluar dulu, berkeliaran di UNJ, terus maksi dan solat, sampai waktu menunjukkan pukul 1 siang. Gw pun kembali ke ruangan tadi karena sudah mendekati jadwal interview. Gw masuk ke ruangan dan melihat nama gw belum terpampang di layar. Oke, wajar. Giliran gw kan masih 1 jam lagi. 

Setengah jam berlalu, nama gw belum juga ada di layar. Tapi lucunya, layarnya pun ga ter-refresh. Dari jam 1 gw pantengin, nama2 di situ ga berubah. Oh paling wawancaranya ngaret, pikir gw. 

Jam 2 teng, masih ga ada tanda2 nama gw keluar di layar. Akhirnya gw tanya sama salah satu staf.

“Maaf mas, saya giliran wawancara jam 2. Tapi nama saya belum ada di layar. Boleh tolong cek?” *sambil kasih liat KTP*

“Wah mba L*scha ya, ini udah kami panggil2 dari tadi, tapi mba ga muncul2. Udah lewat mba, gilirannya.”

“Hah? Dipanggil kapan ya, mas? Saya dari sejam yang lalu udah di ruangan ini, nggak denger ada yang manggil nama saya. Di layar pun nama saya nggak ada~”

“Udah daritadi nih mba dipanggilin. Udah lewat giliran mba. Udah ga bisa wawancara.”

Shock berat.

I could feel my soul leaving my body.

Gw yakin muka gw langsung pucat banget pasti. 

“Mas, saya sudah di ruangan ini dari jam 1 dan giliran wawancara saya jam 2. Ga mungkin saya ga denger kalo nama saya dipanggil. Di layarpun nama saya nggak ada. Masa dilewatin gitu aja?”

“Ya tapi kenyataannya gitu mba. Nama mba udah ga ada di daftar nih, berarti tadi udah dipanggil, tapi mba ga nyaut.”

So many things didn’t make any sense here. Pertama, ngga ada aba-aba bahwa awardee yang sudah giliran wawancara akan dipanggil. Aba-abanya adalah perhatikan layar. Selama di ruangan pun gw tidak mendengar ada panggilan2 untuk awardee tertentu. Kedua, kalopun gw dipanggil, ga mungkin gw ga denger. Ruangan itu kecil, orang bisik2 aja kedengeran. Ketiga, kenapa di sini gw dipojokkan seolah2 gw yang salah? Gw sudah dateng sesuai jadwal, 1 jam in advance malah, dan gw sudah mengikuti aturan sejak awal, dengan tidak stay di ruangan tersebut apabila jadwal wawancara di atas jam 12. Keempat, ga mungkin juga giliran wawancara gw maju jadi antara jam 12-1, karena itu jam istirahat para staf. Gw liat kok staf2 itu termasuk interviewer2 keluar ruangan jam 12 buat maksi dan solat. Ga ada siapa2 di ruangan itu jam segitu~

Kesimpulannya, mas ini ngaco aja~

Gw speechless. 100% gw merasa gw tidak salah. 100% gw merasa gw korban.

Jadi gw berdiri diem di hadapan mas itu. Ga bergeming. Ga mengeluarkan sepatah katapun. Cuma tatapan tegas ke mas itu. 

Padahal sebenernya I was about to go off.

EH APA-APAAN GW GA BISA WAWANCARA??! GW GA MENYALAHI ATURAN APA-APA! KALIAN GA MANGGIL GW~ NAMA GW GA ADA DI LAYAR~ KENAPA JADI GW YANG SALAH~~~

Tapi gw tahan. Ga mau marah dan making a scene, karena marah2 malah akan memojokkan posisi gw~

Ada kali 10 menit gw berdiri di depan dia. Dia awalnya tengil, nyuekin gw~ Tapi gw keukeuh, berdiri sikap sempurna, ga bergeming. 

Akhirnya…

“Yaudah mba boleh ke atas. Lapor sama staf yang di sana, kasih liat KTP.”

“MAKASIH MASSSS!!” *senyumin* *padahal sebenernya udah pengen gw cekek*

Sampai di atas, lancar2 aja tuh~ Abis kasih liat KTP, gw dikasih nomor antrean, terus udah deh, nunggu giliran sama calon awardee lain. Ga ada drama apa2.

Huh!!! Sampai sekarang kalo inget2 kejadian itu masih emosi, beb!!!

Pakabar tuh mas2 yang hampir menggagalkan gw? Semoga baik-baik aja hidupnya ya. Hampir matiin rejeki orang, cih!! Ga berkah mas hidup lo!!!

Oh well, tapi ya gitulah lembaga pemerintah kalo bikin acara. Ga bisa sempurna. Pasti ada aja kacau dikit. 

Yuk pemerintah bisa yuk hire orang2 yang lebih kompeten untuk pekerjaan2 seperti ini. Mereka dibayar pake uang rakyat lho, jangan sampai service-nya mengecewakan. 

Anyway, untungnya kejadian itu adalah klimaks dari keseluruhan proses seleksi. Wawancara gw berjalan lancar (pernah gw ceritain di sini). Tes hari kedua juga aman sentosa (baca di sini). Sebulan kemudian ketika dinyatakan lulus, gw tidak heran. Hehehe~

Okay, that's all for today. Happy 9th bday untuk beasiswa Purpose. Thank you for giving me a purpose in life. Thank you for teaching me integrity. Thank you for all those great opportunities. Thank you for Melbourne. Thank you for your contribution to shape me into who I am today. In fact, I can't thank you enough.



I love you. Hope I can pay you back with dedication and hard work in the field I am most passionate about. For Indonesia! ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ

No comments:

Post a Comment