Saturday, January 23, 2021

Nggak Mau Pakai Jilbab

Hi, guys! How y’all doin?

Tergelitik bikin tulisan ini karena isunya sedang hangat. 

Ceritanya ada sekolah negeri di Padang yang mewajibkan seluruh siswinya memakai jilbab (or hijab? or kerudung? idk-lah, you get what I mean), termasuk yang non Muslim. 

Ini gila sih, jauh banget dari nalar. It’s so stupid and wrong I can’t even~ Ga usah dibahas lebih lanjut ya, buang-buang waktu, jelas sekolah itu salah dan sudah sepatutnya diberi sanksi. 

Yang mau gw bahas adalah lantas apa yang terjadi pada siswi yang Muslim? Apakah tetap harus mengikuti peraturan tersebut?

Pasalnya itu sekolah negeri, bukan sekolah swasta atau sekolah berbasis agama yang bisa bikin peraturan sendiri. Sekolah negeri itu milik negara, dijalankan dengan uang rakyat, jadi peraturan yang diterapkan pun harus sesuai dengan asas negara. 

Negara Indonesia mengakui 6 agama, jadi ya peraturan sekolah harus merefleksikan 6 agama itu. Terapkan peraturan yang sifatnya netral, ga bisa dipaksakan ngikutin aturan agama tertentu. 

Emang sih yang diwajibkan cuma siswi Muslim, tapi the act of mewajibkan itu akan membuat citra sekolah tersebut tampak seperti sekolah Islam, bukan sekolah negeri lagi. Apalagi secara umum jumlah siswi yang Muslim lebih banyak daripada yang non Muslim. Gampang sekali terlihat sebagai mayoritas. This is bad. 

Akibatnya, orang2 non Muslim ga mau sekolahin anaknya di sana lagi. Anak-anak terbiasa terpisah2 atau tereksklusifkan dari kecil, ga dibiasakan untuk mengenal dan menerima perbedaan. Padahal ini adalah salah satu mission statement sekolah negeri.

Belum lagi kalau ada orang2 bandel yang kemudian menjadikan aturan wajib pakai jilbab ini sebagai USP untuk jualan, seolah2 sekolah itu lebih condong ke Islam, buat menggaet kaum2 tertentu atau menanamkan ideologi2 tertentu ke murid2nya~ Ya makin ancur negara~

On top of that, memakai jilbab adalah keputusan personal, yang harus datang dari hati anak itu sendiri, bukan paksaan atau suruhan orang lain, apalagi institusi macem sekolah~ Memakai hijab adalah keputusan yang suci dan sakral, serta menunjukkan komitmen kepada Tuhan. Dengan mewajibkan pakai jilbab, sekolah secara ga langsung memperlakukan jilbab seperti barang sekali pakai buang. Pulang sekolah, ya lepas aja~ It’s just wrong.  

Gw mau flashback ke belasan tahun yang lalu, zaman SMA.

Kebetulan gw sekolah di SMA negeri dan kebetulan juga SMA gw mewajibkan siswi Muslim untuk memakai jilbab di hari Jumat, on top of wajib pakai baju lengan panjang dan rok panjang.

Sebagai lulusan SMP Katholik, saat itu gw berontak. Bayangkan, seumur hidup gw ga pernah pake jilbab, tiba2 diwajibkan setiap minggu untuk pake. I mean, harus pake baju lengan panjang dan rok panjang aja udah ga make sense buat gw waktu itu~ Buat apa? Kenapa ga pake seragam normal aja? Toh sama-sama putih abu-abu~ Ini disuruh pake jilbab lagi~

Gw waktu itu belum paham kalo masalah wajib pakai jilbab ini sangat serius. Gw ga mau pake jilbab semata karena gerah aja. Tapi gw inget reach out ke beberapa orang, curhat soal masalah ini, berharap ada pencerahan, or even better ada yang belain~ 

Sayangnya, orang2 yang gw reach out pun ga paham kalau ini masalah serius. 

Perihal baju lengan panjang dan rok panjang, ada 2 alasan:

1. Karena hari Jumat adalah hari istimewa untuk orang Islam (ada hadisnya katanya), hence harus mengikuti budaya/tradisi Islam

2. Supaya terlindungi dari pelecehan seksual

Alasan pertama total bulshit, again, kenapa memberlakukan budaya Islam di sekolah negeri yang seharusnya netral? 

Alasan kedua, bulshit juga, kalau emang pengen melindungi dari pelecehan seksual, ya tiap hari dong diwajibkan, jangan cuma jumat doang~

Perihal jilbab, tanggapan mereka rata-rata sama, tetep nyuruh gw pake.

“Udah, nurut aja, namanya juga peraturan sekolah.”

“Kan sepaket sama baju lengan panjang dan rok panjang.”

“Pake ajalah, cuma seminggu sekali doang~”

“Pakenya pas jam pelajaran aja, pas istirahat kan bisa dicopot.”

Akhirnya, dengan segala unwillingness, gw ikutan pake jilbab setiap hari Jumat. Karena takut dihukum kalo ga pake. 

Kalo aja ada orang yang paham bahwa ini masalah serius, kemudian mereka belain gw dan speak up, ceritanya bisa lain. Sekolah gw bisa kena sanksi. Siapapun yang mengesahkan peraturan tersebut bisa ditindak. I would love to see that to be honest, karena bertahun2 kemudian gw denger sekolah itu sekarang dicap sebagai sekolah Islami, cenderung radikal malah. Seandainya ada yang speak up lebih awal, tentu tidak akan menjadi seperti itu. 

Oh well, intinya miris dan kasian sama anak2 yang ga punya pilihan untuk memilih sekolah, dan ujung2nya masuk sekolah negeri yang punya peraturan kayak gitu. Looking back, gw pun menyesal dan malu karena gw ga memahami masalahnya lebih awal dan malah ikutan melestarikan peraturan konyol itu. 

Semoga Nadiem Makarim bisa memperbaiki sistem pendidikan kita. Amien. 

No comments:

Post a Comment