Hi, guys! How y’all doin?
Minggu lalu, gw reunian virtual sama kakak2 XXXXX. It’s really been a while. Selain Lizta, Ayu, Acu, dan Kak Cia, gw hampir tidak pernah kontakan sama kakak2 XXXXX lain sejak resign dari sana tahun 2015. Paling sama Kak Yani waktu di Melbourne—beliau sempat berkunjung. Pernah kerja bareng juga di Majalah Ozip dan hampiiiirrr jadi colleague lagi ketika tahun 2019 gw ditawarin kerjaan di kantornya yang sekarang. Pas di Aussie juga pernah ngobrol sama Kak Uliel--yang tinggal di Perth, beliau kasih tips2 living in Aussie. Pernah juga sama Kak Bobby tahun 2015-an deh kalo ga salah, meminta referensi untuk daftar beasiswa Purpose.
Selain mereka, ga pernah kontakan siapa2 lagi. Sebatas friend di Instagram aja. Jadi bisa dibilang kemarin reuni semi-akbar, saking lamanya.
Gw ga berkesempatan ngomong banyak sih, karena telat sejam~ Tapi sempat menyimak perbincangan yang berlangsung. Rata2 jalur kariernya sudah sangat berbeda dengan XXXXX. Ada yang jadi consultant lepas, kerja di startup, NGO, jualan online, e-commerce, agency, brand kecantikan, ibu rumah tangga, dan masih banyak lagi. Kayaknya ga ada deh yang masih di media jadi jurnalis. Maybe semuanya realistis kayak gw. Wkwk~
Ketemu mereka jadi membuat gw berpikir tentang satu dan lain hal. Mereka ini adalah orang-orang menemani gw mengawali karier. Mereka yang menyaksikan gw yang ketika itu masih bau kencur baru lulus, memasuki dunia kerja pertama kalinya.
Gw ingat Oktober 2011 ketika pertama kali menginjakkan kaki di redaksi XXXXX, they were nothing but a friendly bunch. Gw disambut dengan ramah. Walaupun YYYYYY Group adalah grup media dengan fokus lifestyle/fashion seperti Vogue, ga ada tuh hawa2 bullying senioritas macem di The Devil Wears Prada. Semuanya chill dan saling menghormati.
Kakak2 di divisi--atau di XXXXX disebutnya kavling, showbiz—yang adalah divisi gw, ga ada yang galak. Satu orang tegas dan jutek—Kak Dian, reporting line gw waktu itu. Walau jutek, Kak Dian adalah orang yang cerdas dan berwawasan luas. Jadi gw sangat respek. Kak Yani, orang nomor 2 di divisi showbiz, selalu baik hati dan sabar ngajarin gw banyak ilmu, baik penulisan maupun online. Kak Asri—yang kemudian jadi bos gw karena Kak Dian resign beberapa bulan kemudian, juga kayak kakak kandung. Kita deket banget, Kak Asri juga ga melarang ketika gw bilang mau wawancara VOA—mendukung malah. :”)
Kemudian ada Kak Ocha—go to person buat hal2 seputar musik, baik lokal maupun internasional. Kak Ocha tau semuanya! Terakhir ada Acu alias Mariska Tracy--sekarang udah jadi food influencer/finalis Masterchef Indonesia. Acu ini tulisannya bagussss banget. Padahal passion dia bukan di showbiz, tapi tulisan2 dia soal showbiz tuh keren2.
Ada cerita lucu soal Acu. Si gadis oriental ini nyentrik dan suka pakai baju2 unik. Yang terunik adalah dia memadukan sweater motif + tutu + legging Britney Spears + usamimi neon + sendal tinggi ala emak2 Hong Kong. Silakan dibayangkan sendiri gimana ya. Wkwkwk
Gara2 ngeliat Acu pake baju unik, gw jadi pengen juga—walaupun gw tau di company handbook ada tulisannya kalo di kantor ini wajib professional look. Jadi pernah tuh suatu ketika gw eksperimen ke kantor pake celana jeans + printed T-shirt + syal motif + sneakers. Well Acu aja pake baju ajaib gapapa… pikir gw. Dibandingin gaya sehari2nya Acu, baju yang gw pake itu cukup normal.
Eh keesokan harinya Kak Dian langsung manggil gw 1on1, dan melarang keras pake jeans & sneakers karena beliau udah dipanggil duluan sama higher level yang ngeliat gw pake jeans & sneakers. LOLOLOLOL~~
Oh memories. Yeah, memori demi memori gw rangkai bersama 5 orang ini di hari-hari pertama gw di XXXXX. Artikel pertama, liputan pertama, wawancara artis pertama, konser pertama, press screening pertama, media gathering pertama, event pertama, XXXXX Sampul pertama, dll. Orang2 inilah yang memberi gw kesempatan2 berharga itu. Terima kasih kakak-kakak. :”)
Yeah, gw sangat berterimakasih. You probably won’t understand, tapi impact-nya kerja di XXXXX sangat besar pada gw, dari dulu hingga sekarang. Dulu, waktu masih di sana, gw literally kerja tapi ga berasa kerja. Everyday I woke up in the morning feeling awesome karena gw akan menjalani hari yang luar biasa. Part of it because I was living my passion. Ya kayak yang tadi gw bilanglah, tiap hari ada aja liputan2 seru yang berhubungan dengan entertainment, ya konserlah, nonton filmlah, wawancara artislah, dll.
Other part probably because sebagai jurnalis junior waktu itu gw tidak harus memikirkan KPI~ Muahahahahaha~
Like seriously, yang mikirin KPI di XXXXX keknya cuma level Redaktur Pelaksana atau Managing Editor ke atas deh. Tim editorial tugasnya ya bikin konten yang bagus buat majalah aja. Itupun udah ketauan bikin konten apa tiap hari, karena planning sudah dilakukan 2 minggu sebelumnya dengan deadline yang sangat manusiawi. Ga kayak wartawan online yang harus bikin sekian quota berita apa yang terjadi hari itu. So yeah, life was pretty easy back then.
Kemudahan dan kenyamanan yang gw rasakan di XXXXX itu sangat melekat, apalagi gw menghabiskan hampir 4 tahun di sana. Setelah resign, susah banget buat gw untuk “move on”. Kerjaan apapun yang gw dapatkan paska XXXXX ga bikin nyaman. Bawaannya selalu banding2in. Lalu jadi demotivasi.
Ketika ga lagi mendapat privilege2 yang dulu didapetin di XXXXX, gw jadi sedih dan depressed. Separuh jiwaku pergi rasanya. </3
Gw bahkan sampai memutuskan untuk ambil S2 bidang entertainment, in the hope that sepulangnya ke Indo gw punya chance lebih besar untuk bisa kerja di bidang itu lagi, di media lagi. I was at the point where I was literally willing to do anything to live that kind of life again, go back to the way it was.
Kenapa gw segitunya? I think it’s because... it's my calling.
It’s what I love to do. It’s what I’m good at. It’s something that makes a difference for me. It’s what I was put here, on this planet, to do.
XXXXX helped me founded my calling dan orang-orang tadi, kakak-kakak XXXXX, berperan besar dalam prosesnya, karena bersama merekalah gw memulai karier.
And for that, I am eternally grateful. <3
Dear kakak-kakak XXXXX,
Semoga selalu diberikan kesehatan dan kebahagiaan dalam menjalani hidup ini. Semoga kita bisa bertemu lagi suatu hari nanti, mengenang kembali cerita-cerita lama, momen-momen manis bersama.
Dari mulai liputan konser/wawancara artis lokal, barat, Korea, Jepang, screening film bioskop or festival, yang selalu aja ada cerita seru dari panitia, EO, PR agency, artis, atau sesama jurnalis yang ghibah-worthy, ngurusin XXXXX Sampul bareng bertahun-tahun yang selalu menyenangkan, kenalan sama berbagai tipe remaja di liputan pensi, workshop penulisan, editing, fotografi, mengurus event tahunan akbar Jakarta Fashion Week, segala ke-hectic-an di backstage ataupun liputan depan catwalk, baik duduk di tribun atau ngemper bareng geng fotografer, ngurus event komunitas, nobar, cooking class, road show sama artis, daaaann semua pengalaman lainnya yang ga mungkin disebutkan satu persatu.
Good times, and good people to spend time with.
Wish you all the best.
With love,
Seeta.