Thursday, June 4, 2015

Unfinished Responsibility


Topiknya masih sama dengan postingan sebelumnya: Jet Lag.

Gw kirain satu2nya obstacle yang akan gw rasakan saat menjalani kehidupan baru ini adalah jet lag, masa adaptasi, transisi, and all of those things I said earlier. But then I came across something I didn’t see it coming:

Senin malem gw lagi di omprengan pulang kantor ketika ada whatsapp masuk. Sebut saja AIO, dia adalah publicist sebuah bioskop.

"Seeta, kamu ga dateng ke premiere-nya ********** nih?”

………………………………………………………………..

You see, untuk sebuah alasan yang ga jelas, gw somehow mau pamitnya gw dari XXXXX itu rahasia. Ga mau heboh kirim kabar ke semua orang, sebar berita di semua grup, dll. I wanted to be very very quiet.

Simply because, I’m not good with goodbye.

Goodbye sucks.

I’m not a crybaby but I could easily be one when it comes to goodbye.

Makanya gw memutuskan untuk keep it secret. Hanya beberapa orang yang gw kasitau.

Hari2 terakhir di XXXXX, gw masih dikasih liputan dan masih ketemu sama indirect colleague, atau orang2 yang secara ga langsung adalah rekan kerja gw. Misalnya para publicists, manager artis, artis2nya, orang label, orang fanbase, orang iklan/agensi, promotor, EO, temen2 media lain, dll.

Sebenernya itu kesempatan besar banget buat ngasih tau mereka, bahwa gw akan cabs dari XXXXX. Tapi gw bener2 ga sanggup buat bilang.

Pernah sekali gw coba ngomong ke salah satu dari mereka.

Setting-nya abis premiere film. Sebut aja Dibidibz, waktu itu adalah salah satu EO-nya. Gw samperin dia.

“Dibz, gw mau pamit.”
“Eh mau kemana? Kok buru-buru amat? Makan dulu gih!”
“Bukan, Dibz. Ini pamit dalam arti lain. Besok gw hari terakhir di XXXXX.”
“HAH??!! Eh apa-apaan, lo? Ga lucu!”
“Beneran.. Gw juga sedih ini!”
“iiihh apaan sih?? Pindah kemana??”
“Ada deh. Pokoknya beda banget dari XXXXX.”
“Huaaaa Seetaaa… Kok mendadak??? Kita ga ketemu lagi dong???”

Dan kami pun menangis.

I really hate dealing with this kind of emotion~

Fast forward, setelah menerima Whatsapp dari AIO, gw gatau harus merespons apa. Like great, setelah gw kesulitan dealing with that shitty emotion in real life, now I have to convert that feeling into words online!

WHAT THE FUCK AM I SUPPOSED TO SAY TO HIM?!

“AIO… I’m so sorry I have yet informed you… I’m no longer in XXXXX. For further screening/events invitation, please send to my colleague: **********”

Sediiiihh… banget pas nulis itu.  

And the fact that there will be a lot more like AIO in the future just kills me!

T.T

Moral of the story:

I should not do that. I know. I’m really sorry.

I’ve realized that it’s still my responsibility, part of my former job, and having just left like that just makes it unfinished.


I’m sorry.

No comments:

Post a Comment