Friday, November 18, 2011

My Thoughts On : Fashion Week


Perkenalkan rubrik baru di blog: My Thoughts On

Isinya pure pemikiran gw akan berbagai hal. Satu postingan satu topik. Rata-rata topiknya adalah hal-hal yang gw temui sehari-hari. Random. Lagi ketemu apa, kepikiran apa, langsung ditulis disini. Tulisannya pun bisa positif bisa negatif -ya namanya juga pendapat- dan terserah gw, wong yang mikir otak gw, medianya blog gw~ Tulisannya ga pake cencorship, jadi kalo sarkas harap maklum aja. Haha~

Okay. This is My 1st Thoughts On : Fashion Week

Ada banyak kebiasaan-kebiasaan negara dunia pertama (baca: USA) yang menurut gw ga cocok, atau bahkan ga bisa diterapkan di Indonesia. Banyak banget. Gw udah liat beberapa, udah kepikiran untuk bahas beberapa juga di blog ini. Tapi karena gw procrastinate, ga pernah jadi ditulis.

Sekarang yang lagi kepikiran banget, dan mumpung isunya masih fresh dalam ingatan gw karena gw baru mengalaminya kemarin (yes, kemarin banget, tadi malem) adalah Fashion Week. Sebelumnya gw udah tau kalo FW ini adalah event besar, selalu ditunggu-tunggu berbagai kalangan kelas atas ibukota, dan jadi salah satu praktek hedonism yang positif (whatever the hell ini maksudnya apa).

Gw, sebagai self-proclaimed ‘fashion disaster’, ga pernah suka dengan hal-hal berbau fashion kayak gitu. Ga pernah terbesit sekali pun dalam pikiran gw untuk ngikutin trend fashion, belanja baju2 rancangan designer ternama, mix and match baju, on the other word: peduli penampilan! Menghadiri fashion week pun begitu. Gw ga pernah mau dateng ke FW, simply because I don’t like it, at all. That is just not me. Gw prefer ke bioskop nonton film crap daripada menghadiri event kayak gitu.

(Un)fortunately, tahun ini gw memecahkan rekor.

Gw dateng dong ke FW! Haha~ karena ada titah dari kantor alias liputan sih. Untungnya gw ga harus menulis banyak tentang apa yang gw liput, cukup dari press release yang dikasih aja. Gw ga kebayang kalo gw disuruh nulis 1 halaman full untuk FW yang gw liput. Mungkin sama nyiksanya kayak disuruh nulis tentang Breaking Dawn~

Alright gw ga mau bertele-tele, ini list hal-hal yang terbesit di benak gw selama ada di FW:

There are a LOT of Indonesian fashionistas. Gw ga pernah liat fashionista sebanyak itu di Indonesia. Orang2 yang ngantri bermeter2 buat liat satu show, orang2 yang dress up super stylish from head to toe, orang2 berpakaian ‘ajaib’, dll. Di satu pihak gw kagum sama mereka (pecinta fashion) karena mereka bisa melihat menariknya suatu hal yang paling ga bisa gw mengerti di dunia. I seriously can not understand fashion, apalagi kalo bajunya udah aneh2. I mean, let’s get this real, emang kalo jalan2 lo mau pake baju aneh2 kayak gitu? Pake head-piece segede2 gaban, pake heels yang malah bikin lo ga bisa jalan. Dimana logikanya semua itu?!

Tapi mereka santai2 aja tuh, malah excited. Yaa.. gw ngeliatnya ga jauh bedalah sama gw pas mau nonton Harry Potter. Ada perasaan ‘this is exactly where I belong’ aja gitu. Nah yang kayak gini nih yang bikin gw respect. :)

Fashion is only for rich people. I mean, untuk fashion yang bener2 fashion ya, yang bener2 memuja dan loyal pada suatu brand gitu, bukan yang beli di ITC atau Hong Kong :p Ini balik lagi sama realitas. Orang2 dress up pake baju bagus, mahal, seksi, pastinya adalah orang2 yang bawa mobil dong? Ini bagian dari prestige juga, apalagi buat bersosialisasi di ajang seperti FW. Mana mungkin mereka dateng ke FW naek Kopaja atau Busway, minimal taksilah. 

From that point, gw harus mengakui kalo bisnis fashion bisa diterapkan di Indonesia. Gw liat dengan mata sendiri ada tante2 beli baju pesta rancangan entah siapa seharga 17juta. Terus apa kabar orang yang punya sense of fashion tinggi tapi ga mampu beli baju2 brand ternama yang harganya selangit? In my opinion, ga bisa. No offense, karena fashion yang sebenarnya itu yaa.. yang gw liat kemarin di FW. Fashion yang kayak di Paris, Milan, New York, etc… Makanya para designer towardnya ke kota-kota itu kan? Jadi kalo sekedar gaya aja sih, bukan fashion.

I have a pity on the models. Gw kasian liat model-model itu.. mereka kurus banget :( gw sampe takut badan mereka patah. Ringkih gitu, ga ada dagingnya sama sekali. Selama mereka tampil gw bertanya2 dalam hati: “Mereka udah makan belum ya?” “Mereka capek ga ya?” “Mereka ribet ga ya pas ganti baju?” “Mereka deg-degan ga ya pas lagi di catwalk?” “Mereka takut jatoh ga ya?” “Mereka takut keserimpet ga ya?” Kebetulan gw mengetahui beberapa hal behind the scene runway kemarin, and gotta tell you, that show was an ironi.

Gays are mushrooming. I’m not a homophobic, I just never realized that their population is getting bigger! This just… surreal~ Apalagi di Indonesia yang nilai-nilai adat dan kebudayaannya masih dijunjung tinggi (eh masa sih?!)~ ckck.

The way they socialize… Gw tau acara semacam FW ini adalah tempatnya para sosialita, selebritis, designers, pejabat, orang-orang kaya, dll berkumpul. Gw nonton Sex and The City dan nonton FW kemarin rasanya persis kayak nonton adegan-adegan di film itu. Those Carrie Bradshaws are flawlessly walking, smiling to every people, getting high~ Buat gw yang sebelumnya ga pernah menyaksikan hal itu sebelumnya, berasa kayak nonton opera. Gw sih ga ngerti apa asyiknya bersosialisasi dengan cara seperti itu. Emang sih lo jadi bisa kenal public figure, ngobrol2 dan jadi deket, tapi, apa esensinya? Apa enaknya? Apa pelajaran yang bisa lo dapet dengan pertemanan seperti itu? Apa baiknya buat elo? Apa nilai-nilai penting kehidupan yang bisa lo petik dari situ?

Ga ada.

Life is way beyond getting social and wasting money.

Terlalu merugikan (word!) kalo lo hidup di dunia yang enak-enak aja. Emang sih semua orang pasti mau hidup enak, tapi rugi aja kalo lo ga memanfaatkan apa yang semesta tawarkan buat lo untuk mengembangkan diri, untuk mengenal sesuatu yang baru, untuk bisa berguna buat orang lain, untuk jadi lebih baik.

Gimana caranya?

Untuk yang satu ini gw mau meng-quote salah satu senior gw di kom. Beliau baru nulis sebuah postingan di blognya beberapa waktu lalu, dan gw setuju 100% dengan apa yang ditulisnya.

“Travel. Expose ourselves to less developed areas of the country (or the world). Choose a career line that is of benefit to other people. Living solely for our own happiness will sooner or later feel hollow and purposeless. It is not thoughtful, it is not even kind. It is being responsible; a lame attempt to avoid being ignorant. The cycle of inequality may only stop when we realise that it’s there. And not keep quiet.” (Inaya Rakhmani, 2011)

I believe, a person's worth is measured by what they've done for others,

… and (I think), that’s exactly how life is supposed to be.

:)

*Bonus Foto*


No matter how hate and how dumb I am about fashion, 
I’m still such a hypocrite who think this one is pretty cool! :D

1 comment:

  1. "Fashion is only for rich people."
    "Mana mungkin mereka dateng ke FW naek Kopaja atau Busway, minimal taksilah."


    Hmmm... I love fashion, tapi tahun lalu (tahun ini karena gw alhamdulillah udah punya duit sendiri, jadi gw naik taxi PP, YAY! hahaha) gw jadi panitia di JFW setiap harinya selama 7 hari dan gw naik bus tiap berangkat. Or, naik ojek. YES, ojek dari Depok ke Pacific Place. Pulangnya sih naik taxi karena udah malem :p

    Mungkin gw fashion lover kere tapi menurut gw nggak penting lo naik apa. Kalo lo mau pake baju aneh-aneh, kan bisa ganti baju di tempat? Dari rumah pake baju appropriate, sampe sana baru ganti baju. Dan nggak seribet itu kok :p

    Anyways, jangan salah, gw pun nggak sepenuhnya merasa itu adalah tempat di mana gw belong. Karena gw masih suka ngerasa "ya ampun itu tas... Nominal harganya bisa ngasih makan satu keluarga selama setahun..." jadi yah... Gw dateng ke sana cuma untuk nonton show-nya, dan foto-foto (MUMPUNG DANDAN MEN!) hahahhahahaha. xD

    ReplyDelete